"Maaf Buk Lita, tolong berikan ponsel nya pada Gura, aku mau berbicara pada dia". Ucap Om Diara.
"Oh. baik Pak". Jawab Buk Lita, lalu Buk Lita berdiri, sambil memberikan ponsel nya pada Gura.
"Halo Gura, aku Om nya Diara, Gura kamu kenal dengan Om kan, memang sejak Om telah bertugas di luar di tambah Rama tidak di kampung lagi, sejak itu Om tidak pernah lagi main ke rumah mu dan menemui kakek mu, cuma Om minta, selesaikan saja masalah mu di sekolah. Anggap Diara masih kecil, aku dan Rama itu berteman dari kecil jangan sampai hubungan keluarga kita terputus oleh masalah sepele ini". Ucap Om nya Diara.
"Dia yang meminta ke adilan, Diara sendiri yang mengatakan urusan kami berdua belum selesai". Jawab Gura ringkas, dengan suara dingin berwibawa, kelihatan dalam diri nya telah bangun tanda-tanda bahwa dia yang akan penerus gelar hulu balang di suku nya Sianggo Gaga.
Jawaban Gura membuat para Guru dan seluruh murid tertegun, anggapan mereka terhadap Gura barusan jauh panggang dari api, dan begitu juga anggapan mereka terhadap Om Diara sangat jauh dari perkiraan mereka. Semua guru saling menatap satu sama lain, kecuali Buk Nindi dia kelihatan santai, seperti tidak terjadi apa pun.
"Begini, tolong ceritakan secara ringkas tentang asal muasal masalah yang timbul sekarang ini". Ucap Om Diara.
"Nanti di rumah adat Om akan tahu cerita nya, ingat ini bukan kehendak ku, tapi kehendak Diara, aku hanya mengikuti keinginan nya". Jawab Gura.
Wajah seluruh guru pucat dan Juga Diara, mendengar jawaban Gura, mereka tidak akan menyangka masalah sepele seperti ini, akan menjadi besar, sebenar nya inti semua ini bukan tentang masalah dia dan Diara juga, tapi tentang masalah para guru nya yang tidak adil.
"Gura ingat, tolong sekali lagi ingat. Aku dan Kakek mu adalah hubungan murid dan guru, dan juga dengan Om Rama mu hubungan saudara seperguruan, Om hanya minta, demi Om. Aku akan cuti beberapa hari, Om langsung yang akan minta maaf pada keluarga mu." Ucap Om Diara dia telah meluntur kan kehormatan nya, demi guru dan saudara seperguruan nya.
Mendengar ucapan om Diara seperti itu, kelihatan wajah keangkuhan Gura menyusut, keras hati nya seperti melunak, api kemarahan nya kelihatan mulai meredup. Gura tidak tahu kalau om Diara murid kakek nya, ternyata om Diara juga telah mengangkat ikrar sumpah saudara seperguruan, apa lagi Rama adalah anak guru nya sendiri, tidak mungkin Gura berbuat seperti ini. Sama saja membenih permusuhan antara saudara atau guru dan juga murid, sebab guru ilmu kebatinan tidak sama sumpah dan janji nya dengan guru dan murid di sekolah.
Jika guru kebatinan, siapa yang melanggar ikrar sumpah dan janji, mereka yang melanggar akan di makan janji dan sumpah, tidak mungkin Gura yang memutus tali silahturahmi mereka, tidak mungkin Gura yang menghancurkan ikatan mereka yang telah terikat sumpah.
"Om. maaf kan aku, sedikit pun aku tidak tahu, Om murid dari kakek, aku juga tidak tahu Om juga memiliki ikatan saudara seperguruan dengan Om Rama, maaf kan aku, Om tidak perlu pulang meminta maaf pada keluarga ku, cuma satu yang ku pinta terhadap Om, tolong ajarkan Diara menghargai sesama manusia, karena Om salah satu pemangku adat dalam suku Congkiang Ate". Ucap Gura.
Kedengaran nya permintaan Gura menyelinap ke hulu hati tapi apa daya om Diara, dia juga bersalah tentang ini, apa lagi Gura berbicara seperti tidak berbicara di hadapan orang memiliki pangkat tinggi, jika bawahan nya Om Diara yang bicara pada nya seperti ini, mungkin telah sekarat.
"Baik, Om juga akan pulang kampung selain menjenguk kakek mu, Om juga akan mengajar kan keponakan Om" Jawab Om Diara.
"Terimakasih, Asalamualaikum". Ucap Gura.
"Alaikumsallam" Jawab om Diara.
Lalu Gura memberikan ponsel nya kembali pada Ibuk Lita. Lalu dia pergi dari kantor, pergi seperti orang pemimpin besar saja, seperti dia pemilik kekuasaan sekarang, tampa menoleh kebelakang.
Setelah dia tiba di luar, seluruh murid hanya tertunduk kelihatan takut menatap sang kutu buku ini, sang pendiam handal. Dia terus berjalan ke arah lokal dan di ikuti Yuni.
"Hei...!". Sapa Yuni sambil menampar punggung Gura. Sambil mengacung kan jempol.
"Ada apa Yun". Jawab Gura.
"Heh! Sudah berapa kali aku bilang, panggil aku kakak". Ucap Yuni.
"Aku malas panggil mu kakak, kamu tua nya dari aku cuma lima bulan, badan ku lebih besar dari mu". Ucap Gura, sambil terus menuju bangku nya.
"Hei! Hei! bukan masalah tubuh, tapi umur, kamu harus memanggil ku kakak". Ucap Yuni, sambil membalikan tubuh Gura pada nya.
"Waduh. Apa lagi sih! Ganggu orang saja". Ucap Gura.
"Panggil aku kakak, itu suruhan dari mama mu, juga papa mu, serta kakek dan nenek, juga kedua orang tua mu, pokok nya seluruh keluarga kita, menyuruh kamu memanggil ku kakak, oke!" Ucap Yuni pada Gura.
"Lidah ku kelu, memanggil mu kakak, dari dulu kamu selalu memaksa ku, memanggil mu kakak. Seperti pengemis saja". Ucap Gura.
"Kamu yang seharus nya belajar memanggil ku Papa, mana tahu nanti, kita seperti mama dan Ayah". Ucap Gura tersenyum sambil mengerutkan dahi nya pada Yuni.
"Ingat, aku tidak akan mencari yang lain lagi, dengan cara apa pun harus kamu pendamping hidup ku". Ucap Gura.
"Itu tidak boleh, kita itu adik kakak". Jawab Yuni.
"Bagaimana Ayah ku dan mama ku, mereka sah menikah". Ucap Gura, tersenyum jahil pada Yuni.
"Karena ibu dari Datuk klewang pandore dan ibu dari nenek ku, ibu mereka adik kakak, bukan seperti kita, ayah mu dan ibu ku adik kakak satu ayah satu ibu". Ucap Yuni.
"Tapi kita tetap sah". Ucap Gura, sambil menatap Yuni dengan senyuman.
"Setelah kita tamat sekolah, kita nikah, jangan cari yang lain, jika ada yang mendekati mu, harus berurusan dengan ku". Ucap Gura dengan tatapan serius.
"Ah. Bodoh, dari kelas empat SD selalu mengucap kan seperti ini". Ucap Yuni sambil tersenyum malu pada Gura.
Saat mereka sedang asik bercanda, tiba para teman-teman satu Tim mendekati Gura. Asak, Pail, Yongki, Bim, Oda. Mereka ialah anggota Tim Kapten yang tidak pernah terpanggil ke luar, tapi setiap ada undangan antar sekolah baik pertandingan antar negeri, atau satu kecamatan, dan propinsi paling sedikit nya tim mereka di pakai tiga orang, yang tidak pernah tinggal, Gura dan Pail apalagi yang antar propinsi kemaren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments