Bab 13. Makam Kayu Aro

Di atas langit masih ada langit, semua nya ada penawar, kecuali mati. Saat Acigoba menginjak umur empat puluh tujuh tahun, dengan berbagai cara orang hebat melumpuhkan beliau, di saat itu beliau menemukan musuh, yang sebanding, mereka sama-sama meninggal dunia, tapi lebih dahulu meninggal musuh beliau, sebab musuh nya langsung mati di tempat.

Saat nyawa musuh beliau akan meninggal kan jasad, menurut cerita Acigobah sendiri, musuh nya mengibas kan tangan kearah nya, sehingga ada sesuatu yang menyelinap melalui pori-pori beliau yang dia rasakan.

Sejak saat itu, Acigobah mulai sering muntah darah, segala kesehatan nya turun, napas nya seperti bunyi napas kucing tidur, kadang sesak napas berlebihan, saat beliau menarik napas sudah terlihat dengan jelas, rusuk nya langsung turun naik. Badan nya kurus pucat pasi.

Mendengar cerita itu, segala sanak dan saudara nya, menjemput Acigobang ke negeri orang dan membawa pulang kampung. Tiba di kampung berobat pada teman nya, Yaitu kakek Gura.

"Babahayo kekuatan ilmu palinduang diri Uda ma, ndak mati langsuang dek kaputui an gayuang do ha." (Berbahaya kekuatan ilmu pelindung diri kakak, tidak mati langsung oleh keputusan gayuang.) Ucap kakek Gura, sambil tertawa mengobati teman nya.

Keputusan Gayuang itu salah satu ilmu, membunuh tanpa menyentuh, sebuah ilmu peringkat sihir teratas dalam dunia spiritual, kelemahan ilmu ini tidak mempan terhadap orang yang memiliki mata biru dan hijau, apa lagi orang yang lahir tampa dengan tembuni.

"Apo waang mainginan Ambo mati langsuang?." ( Apa kamu menginginkan aku mati langsung.) Jawab Acigobah tertawa juga.

Selama satu bulan Kakek Gura, selalu mengulangi teman nya itu untuk mengobatinya, setelah itu kelihatan tubuh nya kembali sehat dan bugar, jika dulu sebelum berobat, wajah dan tubuh nya kelihatan kurus kering seperti warna abu dapur.

Namun malang tak dapat di tolak, mujur tak dapat di raih, kehendak tuhan juga yang berlaku. Pada saat sore hari pada hari selasa jam tiga lewat, tiba-tiba rumah kecil yang di huni oleh Acigoba, di tembak petir. Mungkin sanak saudara dari musuh nya tidak enak hati, atau mungkin dari guru musuh nya, membalaskan dendam murid nya.

Mungkin dia mengirimkan sebuah sihir melalui petir, sihir yang terbilang ganas juga sejak zaman dahulu nya, Sihir dengan ramuan, batu gilingan cabe di balut dengan kafan orang mati berdarah, atau kafan orang mati saat melahir kan, di ikat dengan benang tujuh warna, tujuh ikatan buhul yang di mantrai. Sihir ini yang bernama Rantai Boguak, sihir ini para cerita orang-orang tua bisa di kirim lewat angin dan petir.

Bisa juga ramuan sihir ini, dari alu penumbuk padi, yang di balut dengan kafan orang mati berdarah, di ikat lima seperti ikatan mayat, dan setiap buhul itu di tiupkan mantra.

Atau kerak nasi gosong yang hitam tinggal di Periuk pecah saat menanak nasi nya, setelah itu di jemur atas atap, setelah kerak itu berjamur seperti jaringan laba-laba, sang dukun membaca kan mantra dan meniup kan nya pada salah satu jamur seperti jaringan laba-laba itu, tidak lama setelah dukun membacakan mantra, kerak itu akan terbang menyerupai elang hitam mencari orang yang di suruh dukun itu.

Sihir ini memiliki dua nama, Rantai Sakilan, atau Rantai boguak.

Acigoba di temukan dalam keadaan dada dan perut nya robek. Tubuh nya seperti warna jantung pisang di rebus, hijau kebiruan. Namun malam hari nya tubuh beliau di bawa oleh para sanak saudara nya kerumah keponakan nya.

Sejak saat itu, dia kritis dan koma, kadang nafas nya hilang, kadang napas beliau seperti ikan keluar dari air. Yang paling aneh nya dari hidung dan telinga beliau keluar semut gatal, dan semut api.

Sudah ribuan cara obat dan upaya selama hampir tiga bulan itu. Sebenar nya dari pinggang ke bawah tubuhnya telah mati, tidak bisa di gerakan, tambah lagi telah berbau bangkai.

Menurut keyakinan orang kampung, mungkin Acigoba memiliki banyak ilmu hitam, maka kakek gura langsung yang membuat kan obat untuk peluntur ilmu hitam beliau.

Sebab pas hari itu Kakek gura pulang ke kampung, karena selama hampir tiga bulan itu, beliau di jemput orang untuk mengobati, maklum zaman dahulu cuma berjalan kaki.

Sekitar dua jam setelah Kakek Gura membuat kan obat, saat obat terpasang, terdengar suara samar oleh setiap orang di dalam rumah itu, seperti suara pekikan dengan suara halus. Tidak lama Acigoba menghembus kan nafas terakhir, setelah itu turun hujan lebat, serta petir dan kilat saling bersahutan. Sehingga pemakaman Acigoba di tunda, hingga sore hari, setelah sore baru masarakat, berbondong menggali kubur.

Di tempat pemakaman suku nya, yaitu di kayu aro, pemakaman suku Congkiang Ate, tempat pemakaman itu gelap agak mengandung rawa, serta ratusan pohon rumbia dan juga pakis gajah masih banyak tumbuh disana. Pohon beringin serta beberapa lagi tumbuhan rawa-rawa lain nya.

Di tempat ini juga pernah terjadi ular yang memakan induk kerbau. Menurut penampakan orang-orang masa itu, ular nya telah di tumbuhi lumut serta pakis kresek. Akar pohon yang pernah di lalui ular ini putus-putus oleh berat bada nya.

Dan tengah malam nya baru selesai penguburan Acigoba. Setelah itu hujan kembali turun, dengan sangat lebat.

Saat saudara sanak dan famili Acigoba belum pulang kerumah masing-masing masih mengaji dan tahlilan di rumah duka, salah satu dari keponakan nya ketiduran, dalam tidur nya dia bermimpi. Acigobah berenang dalam lautan api mendidih, beserta ratusan ribu orang lainya.

Acigoba meminta menyuruh, mengeluarkan jimat yang yang pernah beliau tanam kan di buah pelir nya, sebab benda itu sangat membuat dia tersiksa, benda itu harus di keluarkan saat belum tiba subuh.

Namun saat keponakan nya terjaga, dia ceritakan mimpinya barusan, namun sebagian sanak saudara nya tidak ada yang percaya, dan sebagian ada yang percaya. Kembali mereka malam itu menemui kakek Gura, ingin mendapat kan kepastian mimpi itu, bahwa satu-satu nya teman yang paling dekat ialah, Datuk Klewang Pandore Ulu, saat dia masih berumur muda.

Namun cerita itu benar, bahwa Acigoba pernah mendatangi dan bertapa selama empat puluh hari empat puluh malam di gunung pusara sakti, dua macam benda yang dia dapat kan, Kuningan Baja Alam atau Besi emas kursani, dan satu lagi Ikan Seluang penghuni Gunung Pusara Sakti yang pernah dia makan.

Dan malam itu beberapa orang sanak saudara nya, pergi dengan membawa beberapa alat untuk menggali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!