Bab 5. Klewang Pandore

       Setiap negeri malam itu, dengan ciri-ciri yang sama, di Negeri Kalimuntiang senja hari lewat nya, tapi di negeri hilir mereka beritakan juga senja hari lewat nya, dan terus ke hilir, juga lewat nya senja hari itu juga.

Jadi berita itu terasa tak masuk akal, lalu Ibu Tuganggo serta bantuan orang negeri kalimuntiang, mencari kebenaran cerita itu, sebab Tuganggo hanya Anak tunggal bagi ibu nya. Dengan bantuan para pembawa perahu. Menurut cerita dari segala negeri hulu, hutan itu lewat nya juga sore hari, waktu akan matahari tenggelam.

Setelah kejadian itu, lebih kurang empat tahun setelah berita menggempar kan itu terjadi, Tuganggo itu kembali ke negeri kalimuntiang, dengan tubuh yang sangat kurus pucat pasi, pipi cekung tinggal kulit pembalut tulang, dengan penutup aurat ala kadar nya, sehingga orang kampung berlarian saat jumpa dengan nya.

Sehingga dia meresahkan warga, tapi naluri keibuan, dan tali batin tidak bisa di bohongi bahwa itu Tuganggo anak nya, lalu ibu nya menjemput Tuganggo yang sedang merenung tidak jauh dari rumah sawah warga Kalimuntiang. Dia di temani para warga dan segala tetua, jika Tuganggo melakukan sesuatu yang tidak di ingin kan, pada Bundo Kanduang mereka.

Tatapan mata pertama laki-laki yang merenung itu, benar memancar kan mata kesedihan dengan berkaca-kaca. Tidak lama setelah itu, mata nya berubah merah menyala teredam, semua orang mundur ketakutan.

"Tuganggo apa benar kamu Nak!?". Tanya ibu itu dengan aliran Air mata.

Laki-laki itu tertegun di sertai bingung, seperti dia pernah mendengar nama itu. Lalu dia menatap perempuan di hadapan nya dengan tenang, dengan tatapan tajam seakan ingin menerkam lalu dia tertawa sambil mengucap sesuatu.

"Ha ha ha ha aku, aku Tambun Jati, pemilik alam ini, siapa yang tidak mau ikut perintah ku, dia harus mati". Ucap Laki-laki itu tertawa.

"Apa yang membuat mu tersesat hingga sejauh ini?". Tanya wanita di hadapan nya.

"Alam ini milik ku, buatan ku, kalian numpang". Ucap Tuganggo dengan tatapan setajam pedang, pada seluruh warga yang berada di situ.

"Setan rendahan seperti mu, mengapa memakai jasad putra ku". Ucap Ibu Tuganggo, dengan deraian air mata.

Lalu Tuganggo menyerang wanita itu dengan ganas, untung seorang tetua adat, dia termasuk yang di segani karena dia guru silat, dengan secepat kilat menangkis serangan Tuganggo.

Terjadi perkelahian sengit antara tetua itu dengan Tuganggo, kelebihan Tuganggo tidak mempan oleh pukulan atau senjata apa pun, tapi jika silat dia tidak bisa sedikit pun, dan guru silat ini kelebihan menyerang dan mengelak.

Tuganggo tidak ubah seperti bola oleh guru silat itu. Terpelanting kesana-kemari, tapi Tuganggo tidak melemah sedikit pun baik tenaga dan kekuatan nya. Dia terus menyerang, tidak ada luka sedikit pun di tubuh nya.

Sehingga guru silat itu telah lelah dan capek, karena musuh tidak lumpuh juga. Dengan secepat kilat dia menerkam guru silat itu, sehingga kedua tangan nya, mencekik guru silat yang telah lemah itu.

Di saat hampir tetua itu kehilangan nafas nya, tiba-tiba hadir juga seseorang membantu dengan tangkas.

"Plaaaaak!". suara tamparan pipi Tuganggo oleh tetua silat yang membantu menolong.

Sehingga cengkeraman tangan nya pada tetua silat yang pertama terlepas. Sehingga tetua yang di cekik Tuganggo tadi langsung berdiri dan menjauh dari tempat perkelahian.

Ayunan tangan tetua itu, begitu indah lembut dan gemulai, bagaikan peri sedang menari, tapi gemulai tangan nya, bisa membengkok kan baja setebal lima sepuluh senti, setiap gerakan nya mengandung spritual yang tinggi, menyimpan kekuatan batin yang mengalir.

Langkah demi langkah dia praktek kan, seperti tarian dari sorga, menyatu dengan alam, sejalan dengan unsur para elemen kehidupan, lambaian tangan nya seperti menyimpan syair dan puisi rahasia, ibarat menyimpan teka-teki, sehingga musuh tidak bisa menebak pergerakan nya.

Lincah mata nya, melebihi elang, seperti kincir angin yang berputar, mengandung kewaspadaan tinggi, mata nya lincah membaca pergerakan musuh, jika seandai nya rambut bisa menyerang, tidak lolos dari pandangan nya, bisa menangkap peluru senapan, dan bisa meraih anak panah, seakan gerakan nya, bisa menggenggam angin.

Lincah seperti kucing, dan tenang seperti kura-kura, waspada seperti harimau, tatapannya lembut membelah gunung, tatapan tajam nya, membaca niat hati, kelihatan nyata dia berdiri dalam lingkaran kebatinan nya, seakan alam dalam pengendalian batin nya. Seakan tidak ada lagi yang akan menembus kecuali Sang Pencipta Sendiri.

Dia adalah Dubalang suku Antan Kayo yang bergelar, Klewang Pandore. Dia juga guru silek dan guru ngaji anak-anak, dan menjabat sebagai Dubalang dalam suku nya.

Tiba-tiba Tuganggo menyerang.

"Plaak!!". Sehingga Tuganggo terlempar, karena di pipi nya, mendarat tangan Klewang Pandore.

Tuganggo berdiri lagi, Dia langsung menyerang.

"Buuk!!". Tuganggo terpelanting lagi, lutut Klewang Pandore mendarat di rusuk kiri nya. Klewang Pandore tidak pernah menyerang, dia hanya bertahan menunggu musuh, sebab dari tadi telah dia baca, musuh nya tidak murni manusia.

Setiap Pukulan Klewang Pandore, mengandung Ayat-ayat suci, setiap Pukulan nya mendarat di tubuh Tuganggo, meninggal kan bekas lebam.

Tuganggo tidak berhenti menyerang, kelihatan nya, dia telah mulai merasakan sakit, kadang dia berteriak, hingga tepi sawah itu penuh oleh penduduk negeri Kalimuntiang, menonton jalan pertarungan guru besar ke tiga mereka ini.

Tuganggo tidak menyerah, dia terus menyerang, setiap dia menyerang dia terpelanting, seluruh tubuh nya telah merah lebam. Napas nya telah mulai sesak, ibu nya hanya menonton dari jauh, dengan linangan air mata dengan tubuh lemah gemulai, tapi dia di topang oleh beberapa orang perempuan, agar Bundo Kanduang mereka tidak jatuh.

Tiba-tiba Tuganggo menyerang lagi.

"Plak! Plak!, Plak, plak!".

"Buk!!".

"Aaaaakhhh!!". Suara Tuganggo berteriak, dia terlempar hampir dua puluh meter, dan menabrak satu batang pohon di tepi sawah itu.

Dia lalu berdiri, sambil memegang dada nya dengan sebelah tangan, lalu dia berlari ke arah hutan Ilir Negeri  Kalimuntiang, dengan langkah tertatih-tatih serta mulut nya mengeluarkan darah.

Lalu para warga ingin mengejar nya, namun langkah mereka terhenti, karena larangan Klewang Pandore. Sejak saat itu, masarakat takut melakukan aktivitas, karena takut pada Tuganggo.

Sejak kejadian itu, warga tidak tenang lagi, apa lagi ternak mereka, banyak yang mati, seperti darah nya telah di hisap, kambing, ayam, kerbau dan sapi serta anjing. Setiap bangkai ternak mereka ada luka bekas gigitan manusia di leher nya, hampir semua ternak yang mati, bangkai nya seperti itu, cuma yang dia ambil darah nya saja.

Sejak kejadian

Episodes
1 Bab 1. Negeri Kalimuntiang
2 Bab 2. Panglimo Tak Batuan
3 Bab 3. Nindian
4 Bab 4. Tusuk Konde
5 Bab 5. Klewang Pandore
6 Bab 6. Bintang Gilang Gemilang
7 Bab 7. Dari Pada Gila
8 Bab 8. Tasapo Setan
9 Bab 9. Bukuik
10 Bab 10. Datuk Apuang
11 Bab 11. Diara
12 Bab 12. Acigobah
13 Bab 13. Makam Kayu Aro
14 Bab 14. Jasad Acigobah Tersangkut
15 Bab 15. Yuni
16 Bab 16. Anak Tiri Dan Anak Kandung
17 Bab 17. Pendatang Di Negeri Kami
18 Bab 18. Panggil Aku Kakak
19 Bab 19. Jaga Hati Ku Dari Luka
20 Bab 20. Kampung Bungsu Tanula
21 Bab 21. Syarat Nya Lima Emas
22 Bab 22. Ingat Siapa Diri Mu
23 Bab 23. Hutan Kulindan
24 Bab 24. Mahluk Putih Tampa Wajah
25 Bab 25. Teguran Dari Nagari Ulu
26 Bab 26. Sebesar Biji Jagung
27 Bab 27. Tawar Sakit
28 Bab 28. Kuburan Kayu Aro
29 Bab 29. Lintah
30 Bab 30. Lubuk Jonggi
31 Bab 31. Buat Jimat
32 Bab 32. Luna
33 Bab 33. Penawar Seribu Sakit
34 Bab 34. Okni
35 Bab 35. Bakar Saja
36 Bab 36. Hantu Kuncung Mawe
37 Bab 37. Ampuni Aku
38 Bab 38. Jika Mencari Ku
39 Bab 39. Gunung Penyamun
40 bab 40. Haus Ingin Minum
41 Bab 41. Aku Ini Kakak Mu
42 Bab 42. Voli Persahabatan
43 Bab 43. Apa Benar Ini Tim Nakoda
44 Bab 44. Lemang Campur Sarikaya
45 Bab 45. Kita Sering Mencuri Pisang
46 Bab 46. Mendahului Kita Semua
47 Bab 47. Cerita Hisapan Jempol
48 Bab 48. Kesaktian Negeri
49 Bab 49. Ahli Gaib.
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1. Negeri Kalimuntiang
2
Bab 2. Panglimo Tak Batuan
3
Bab 3. Nindian
4
Bab 4. Tusuk Konde
5
Bab 5. Klewang Pandore
6
Bab 6. Bintang Gilang Gemilang
7
Bab 7. Dari Pada Gila
8
Bab 8. Tasapo Setan
9
Bab 9. Bukuik
10
Bab 10. Datuk Apuang
11
Bab 11. Diara
12
Bab 12. Acigobah
13
Bab 13. Makam Kayu Aro
14
Bab 14. Jasad Acigobah Tersangkut
15
Bab 15. Yuni
16
Bab 16. Anak Tiri Dan Anak Kandung
17
Bab 17. Pendatang Di Negeri Kami
18
Bab 18. Panggil Aku Kakak
19
Bab 19. Jaga Hati Ku Dari Luka
20
Bab 20. Kampung Bungsu Tanula
21
Bab 21. Syarat Nya Lima Emas
22
Bab 22. Ingat Siapa Diri Mu
23
Bab 23. Hutan Kulindan
24
Bab 24. Mahluk Putih Tampa Wajah
25
Bab 25. Teguran Dari Nagari Ulu
26
Bab 26. Sebesar Biji Jagung
27
Bab 27. Tawar Sakit
28
Bab 28. Kuburan Kayu Aro
29
Bab 29. Lintah
30
Bab 30. Lubuk Jonggi
31
Bab 31. Buat Jimat
32
Bab 32. Luna
33
Bab 33. Penawar Seribu Sakit
34
Bab 34. Okni
35
Bab 35. Bakar Saja
36
Bab 36. Hantu Kuncung Mawe
37
Bab 37. Ampuni Aku
38
Bab 38. Jika Mencari Ku
39
Bab 39. Gunung Penyamun
40
bab 40. Haus Ingin Minum
41
Bab 41. Aku Ini Kakak Mu
42
Bab 42. Voli Persahabatan
43
Bab 43. Apa Benar Ini Tim Nakoda
44
Bab 44. Lemang Campur Sarikaya
45
Bab 45. Kita Sering Mencuri Pisang
46
Bab 46. Mendahului Kita Semua
47
Bab 47. Cerita Hisapan Jempol
48
Bab 48. Kesaktian Negeri
49
Bab 49. Ahli Gaib.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!