Ingkari oleh Rama, Om mereka. Mungkin sakit hati itu masih tersisa, di hati keluarga besar mereka. Tapi karena tidak bisa berbuat banyak, karena Ayah nya Rama dukun besar yang sangat kesohor kesaktian nya. Mereka segan memperbesar masalah, tapi Datuk Klewang Pandore Ulu, tapi hanya atas nama Ayah Rama telah minta maaf terhadap keluarga besar Eria.
Tapi, minta maaf itu hanya bisa mengampuni kesalahan, tapi tidak bisa menghapus sebuah jejak-jejak perjalanan yang menyakitkan.
Begitu juga dengan Gura, sebuah permusuhan nya dengan Diara, belum berkunjung reda, dan belum juga lekang masih berlanjut hingga sekarang. Apa lagi Diara sudah jelas kelihatan nya sangat cantik, baik di Negeri Hulu, atau di sekolah mungkin dua orang yang bisa menyaingi kecantikan nya, oleh orang yang seumuran dengan Diara. Selain Diara cantik juga anak dokter dan polisi, di tambah lagi dia keturunan suku bangsawan di Negeri Hulu, yang memiliki tanah wilayah yang luas, Om dari ibu nya membawa gelar Panghulu Tungea Nan Tuo, dia juga S3, juga bekerja di bagian hukum negara, kakak dari ibu nya, membawa gelar Palinduang Tuo, juga sekolah bagian hukum.
Dan adik dari nenek nya membawa gelar Malin Ulemu Lauik, juga sekolah bagian tentang Agama tidak lama lagi akan menyandang gelar Angku Nan Mudo.
Terakhir Kakak paling sulung ibu nya, seorang militer, dia yang membawakan gelar hulu balang Panglimo Bajau.
Apa lagi yang kurang yang di miliki Diara, sehingga dia bisa berbuat semena-mena pada orang lain, suku Kingkiang Ate cuma dua saing terbesar dalam Negeri Hulu. Yang pertama suku Gura, Tanduak Kuniang. Yang kedua suku Antan Kayo. Ke tiga suku ini saling memiliki wilayah yang luas sejak daerah Negeri Asok Api perbatasan hilir dari Kampung Kalimuntiang, hingga perbatasan langsung dengan Negeri Kilang Tabu.
Pada suatu hari di sekolah.
Hari ini mereka latihan bola voli, baik laki dan perempuan, karena mereka tidak berapa minggu lagi akan mengadakan pertandingan antar sekolah kecamatan.
"Plaak". Terdengar suara servis dari seseorang murid laki-laki.
"Plaak!".
"Plaak!".
"Plaak!".
"Buuk!".
Suara riuh penonton dan sorak menggema di sekolah SMP negeri Hulu.
"Cepat Gur!!". Seorang berteriak memerintah kan Gura dia adalah Pael dalam posisi Tosser, dalam tim voli, Gura dan Pael ialah termasuk pemain serbaguna, Universal Player.
"Buk!". Bola tiada yang membendung, langsung jatuh ke lantai, pukulan Gura yang santai, bisa membuat tangan seorang Middle Blocker kebas, dan mati rasa.
Hingga bola terlempar jauh hingga keluar lapangan sehingga mengenai Diara yang duduk sambil meminum. Sehingga baju nya kotor dan air minuman nya tumpah.
Sehingga Diara mengamuk pada Gura, sehingga permainan hari itu di undur, sebab semua guru tahu, sifat Diara.
"Gur! sudah, jangan memperpanjang masalah, kamu saja yang minta maaf." Kata kepala sekolah pada Gura.
"Tapi Pak! kan aku tampa sengaja melakukan nya, kalian sendiri melihat. Ribuan mata juga memandang aku melakukan nya tampa sengaja". Ucap Gura yang sedang di adili, di kantor.
Seluruh kantor hari itu penuh di kelilingi anak-anak murid mendengar, yang terdengar hanya umpatan dan cacian Diara pada Gura, guru-guru pada takut menghentikan Diara, karena gadis remaja yang satu ini adalah putri termanja dalam keluarga nya.
"Eh! Kamu itu selalu ingin bermusuhan dengan ku, berbagai cara kamu ingin menyakiti ku". Ucap Diara marah-marah pada Gura.
"Maka nya, jadi orang itu jika takut tersentuh, hidup dalam hutan sana sendirian". Teriak seseorang siswa wanita dari luar.
Jika di dengar dari suaranya dia adalah Yuni, dia salah satu saingan wajah Diara, tapi dia lebih dekat dengan Gura.
"Uuuuuuuu". Sorak para murid. Namun Gura tersenyum tampa melihat keadaan dan suasana di sekeliling nya.
"Plaaaak". Suara tamparan Diara mendarat di pipi Gura.
"Brengsek kamu". Ucap Diara, menatap tajam Gura, yang sambil meringkih kesakitan.
Semua guru hanya melongo melihat kelakuan Diara pada Gura.
"Kita sudah satu-satu. Tadi kamu kena bola oleh ku, sekarang kamu sudah menampar ku, tidak perlu ada minta maaf lagi". Ucap Gura sambil menggosok pipi nya.
"Kamu yang terlebih dahulu bersalah, dengan mudah nya, kamu ucapakan tiada minta maaf". Ucap Diara dengan tatapan setajam pedang.
"Gura! sudah, jangan di perpanjang masalah nya, dia seorang wanita kamu laki- laki, kamu yang minta maaf". Ucap seorang guru wanita.
"Apa seperti itu jalan kehidupan ini Buk!?". Tanya Gura sambil menatap ibuk guru yang bernama Ani itu.
"Gura! jangan membantah ibu Ani". Ucap guru yang lain nya.
"Jawab pertanyaan aku tadi, apa seperti ini jalan nya dunia?" Tanya Gura, pada guru IPA itu.
"Karena ibu Ani dan ibu Lita berteman kan dengan ibu Diara?". Tanya Gura lagi.
"Jadi sekolah kita ini, ada sebuah aturan anak tiri dan anak kandung buk, dari sejak aku kelas satu SMP hingga sekarang kalian berdua selalu melindungi Diara, aku benci dengan seorang penjilat". Ucap Gura terus menatap mereka berdua.
Lalu Gura melangkah ingin pergi meninggal kan mereka semua. Tapi tidak ada satupun guru yang berani menegur nya, kelihatan Gura benar-benar marah.
Sebab sejak dia duduk di bangku SMP, belum ada catatan nakal nya, dia anak yang sopan, disiplin, berakhlak bagus, dia juga di kenal sebagai pendiam.
Selama ini baik anak-anak sekolah cewek atau cowok, mengetahui kalau Diara yang sering menyakiti Gura, dan selalu mencari masalah dengan dia, tapi entah kenapa yang satu kali ini, dia menyanggah seluruh keputusan Guru, apa mungkin dia tidak dalam keadaan mood atau apalah.
"Heh, urusan kita belum selesai!". Ucap Diara.
"Urusan kita nanti di selesaikan di rumah adat, sejak dari SD hingga sekarang aku juga belum menemukan keadilan, jika kamu belum juga mendapat keadilan, lapor kepada pemangku adat suku mu, dan juga aku akan melapor pada, pemangku adat ku, biar delapan suku yang mencari keadilan pada kita". Ucap Gura. tiba-tiba wajah Diara memucat.
"Gura!". Panggil kepala sekolah.
"Gura! dengar kan bapak". Ucap kepala sekolah itu kedengaran gugup
"Masalah sepele ini tidak seharus nya, para pemangku adat yang menyelesaikan, di sekolah ini kami yang berhak menyelesaikan masalah". Ucap kepala sekolah itu, yang sedang berbicara pada Gura yang telah berdiri di pintu.
"Menyelesaikan. Selama ini kalian selalu menyelesaikan masalah, menyuruh ku selalu minta maaf pada orang yang selalu berbuat semena-mena, baik pada ku atau pada murid yang lain, kalian mengagung kan dia seperti anak raja yang berkuasa". Ucap Gura tampa menoleh ke
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments