TOK TOK TOK
Meera mengetuk pintu ruang kerja Dokter Evan.
"Mari silahkan masuk Dokter Meera, " Meera masuk ke ruangan Dokter Evan. Kemudian Meera menarik kursi dan duduk di depan Dokter Evan.
Dokter Evan berdiri dan mengambil air mineral dan memberikan kepada Dokter Meera.
"Apa aku menganggu Dok?" Tanya Dokter Meera.
"Oh, tidak kebetulan saya sudah free. Di minum dulu airnya Dok ,!" Dokter Evan mempersilahkan Dokter Meera meminum air yang di suguhkan. "Gimana operasi nya tadi?" Sambung Dokter Evan bertanya kepada Dokter Meera. Karena Dokter Evan tahu bahwa sebelumnya Dokter Meera ada jadwal operasi.
" Operasi nya berjalan lancar Dok ." Jawab Meera sambil membuka segel air mineral.
"Tadi Mahira datang kesini,"
" Benarkah? Oh my God aku lupa jika ada jadwal kontrol . Pusing karena masalah datang silih berganti. Masalah Mahira belum kelar,kini ditambah masalah Dinda yang semakin hari semakin parah sampai membutuhkan penanganan dari psikiater." Curhat Meera sambil memijat pelipisnya.
Dokter Evan ikut iba atas permasalahan yang dialami temannya itu. Dokter Evan tahu bahwa Dokter Meera sosok wanita yang tangguh, dia pasti mampu menghadapi semua masalah. Dokter Evan hanya mampu memberikan support agar Dokter Meera sabar dan ikhlas menjalani nya.
"Aku turut prihatin dengan masalah yang menimpa mu. Ehmmmm boleh aku bertanya sesuatu yang lebih sensitif?" Dokter Meera mengangguk.
"Silahkan Dok, apa yang ingin Dokter tanyakan?"
"Ehmmmm.........Apakah suami mu pernah memukul mu?"
Dokter Meera mengerutkan dahinya dan langsung menggeleng. Dokter Evan Evan akhirnya tidak mau berterus terang kalau Dokter Evan melihat pipi Mahira memar bekas tamparan. Dokter Evan tidak mau menambah beban pikiran rekan kerjanya. Karena Dokter Evan tahu pasti Dokter Meera akan khawatir jika tahu kalau dia melihat pipi Mahira merah seperti bekas tamparan.
"Kalau boleh, boleh aku minta alamat Mahira yang sekarang?"
" Boleh Dok," akhirnya Dokter Meera menulis alamat Mahira di atas kertas dan memberikan nya kepada Dokter Evan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jam bertugas untuk hari ini telah usai. Waktunya Dokter Evan untuk pulang. Tapi Dokter Evan tidak mau langsung pulang.
Mobil Dokter Evan berhenti di toko buah. Dokter Evan membeli parcel buah. Setelah selesai bertransaksi Dokter Evan melanjutkan perjalanan nya mampir ke rumah Mahira. Sebagai seorang pria Dokter Evan sangat prihatin dengan kondisi Mahira.
Setelah sampai di alamat yang dituju, alamat yang diberikan Dokter Meera. Dokter Evan langsung memarkirkan mobilnya di depan rumah Mahira.
Dokter Evan melihat sekeliling rumah Mahira. Rumah yang sederhana yang menurutnya tidak layak. Rasa sakit menyeruak Dokter Evan teringat akan adik perempuannya. Bagaimana jika nasib Mahira di alami oleh adiknya Dokter Evan tidak sanggup membayangkan hal itu.
TOK TOK TOK
Dokter Evan mengetuk pintu rumah Mahira. Tak berselang lama pintu pun terbuka. Mahira terkejut ternyata tamu nya adalah Dokter yang menangani kandungan nya .
"Dokter..."
Karena tidak ingin terjadi fitnah Mahira tidak mempersilahkan Dokter Evan masuk.
"Silahkan duduk Dok,! " Mereka akhirnya duduk di teras rumah Mahira. Dokter Evan melihat pipi Mahira yang lebam.
"Ra, maaf aku memanggilmu cukup dengan nama kalau di luar rumah sakit.!" Mahira mengangguk. Mahira masuk ke dalam rumah meninggalkan Dokter Evan di luar sendirian. Karena ingin ambil minum untuk tamunya . Walaupun tidak ada makanan untuk menjamu tamu nya, tapi setidaknya Mahira mau menjamu tamu nya walaupun hanya dengan air putih.
"Silahkan minum Dok,maaf hanya air putih!" Dokter Evan meminum nya demi menghormati tuan rumah.
"Ini Ra, Aku bawakan vitamin dan buah-buahan, dimakan ya!"
"Terimakasih banyak Dok. Ehmmm kalau boleh tahu Dokter tahu rumah saya darimana?"
"Maaf Ra, aku lancang aku minta alamat rumah mu dari Dokter Meera."
Mahira tipe orang yang pemalu, sedari tadi Mahira selalu menunduk.
***********
Di tempat lain
Di kantor Nando melamun , Nando melihat telapak tangannya yang sempat menampar Mahira. Baru pertama kalinya Nando menampar seorang perempuan. Rasa bersalah itu sudah pasti.
Kringgggggg....
Bunyi telepon di meja kerja Nando. Yang telah membuyarkan lamunan Nando. Rupanya sang sekertaris yang menelpon.
"Maaf Tuan, Mister Serhan ingin bertemu dengan Tuan." Suara sang sekretaris yang memberi tahukan kedatangan Mister Serhan.
"Okey , persilahkan beliau masuk. "
Akhirnya sekretaris nya masuk mengantar Mister Serhan ke ruangan Nando.
"Hello Mister, how are you? Let's sit down Mister!"
"I am fine Nando," Mereka pun saling berjabat tangan kemudian Mister Serhan pun duduk. Beberapa menit kemudian sang sekretaris mengantar minum untuk tamu bos nya.
"Nando saya datang kesini untuk berpamitan, saya harus kembali ke Perancis, ada sedikit masalah disana. Dan untuk kebun teh tolong kamu kelola dahulu."
"Okey Mister, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk mengelola kebun teh Mister selama Mister di Perancis."
Nando pun berdiri menghampiri Mister Serhan. Mereka berpelukan, karena setelah transaksi kemarin mereka bukan hanya sekedar menjadi klien tetapi mereka sudah berteman dengan baik. Mereka yang punya hobby sama , sama-sama suka ma***k, jadi pantas saja mereka langsung cocok untuk menjalin pertemanan.
"Sebelum saya pulang nanti, bagaimana jika malamnya kita minum lagi.?"
"Okey..."
"Aku sudah mencari wanita untuk menemani kita." Ucap Mister Serhan.
"Oh ,itu pasti sangat menyenangkan Mister." Mereka saling bercanda dan tertawa bersama.
Di tempat lain
Dokter Evan dan Mahira terkejut ternyata ada yang datang wajah blasteran juga sama seperti Mahira.
Mahira mencoba memutar memory nya. Akhirnya Mahira ingat jika pernah bertemu pria blasteran itu di kebun teh.
David keluar dari mobil dengan membawa berbagai buah dan bunga yang cantik dan masih segar.
Mahira berdiri karena pria blasteran itu datang ke arah Mahira.
"Kak..." Sapa Mahira
"Maaf membuat mu terkejut. Daddy ku bilang kamu sudah pindah kesini." David berusaha menjelaskan ke Mahira bagaimana bisa dia sampai disini. Tatapan beralih ke Dokter Evan.
Belum selesai dengan suasana canggung mereka. Tiba-tiba terdengar suara motor mendekat ke arah mereka dan berhenti di belakang mobil Dokter Evan.
Mahira menatap dengan heran ternyata teman nya yang bernama satria yang datang.
Dokter Evan terkejut dengan kedatangan satria begitu juga dengan Satria dia juga terkejut melihat Dokter Evan disana.
"Lho Om Evan ngapain disini?" Tanya Satria kepada Dokter Evan.
"Nah, kamu juga ngapain kamu kesini? " Dokter Evan bukannya menjawab pertanyaan Satria, malah memberikan pertanyaan balik kepada Satria.
"Mahira itu temanku Om." Jawab Satria Santai.
"Mahira teman kamu? " Tanya Dokter Evan. Untuk memastikan pendengarannya.
"Benar Om, Mahira itu teman sekolah ku.'
Ketiga pria ini bingung. Apalagi dengan Mahira jangan ditanya lagi. Mahira tak kalah bingung nya dengan mereka. Kenapa mereka semua bisa berkumpul disini.
Akhirnya Mahira menyuruh mereka masuk kedalam. Dan menyuruh mereka duduk dengan beralaskan tikar , mereka duduk dalam diam hanya mata mereka yang saling bicara. Mereka saling menatap bergantian, seolah minta kejelasan.
Mahira sedang di dapur menyiapkan minuman untuk menjamu tamunya yang tak terduga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments