Mahira masih terdiam dan kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh Nando.
Mahira memberanikan diri untuk menatap wajah suaminya, berharap untuk menemukan jawaban apa yang di inginkan oleh suami nya itu.
"Ku pikir setelah kamu melahirkan kalian sebaiknya pergi dari sini! Aku berubah pikiran untuk mengambil anak mu. Aku tidak ingin menyakiti keluarga ku, terutama Meera. Jika anakmu masih tinggal disini maka bayang-bayang wajah mu masih mengganggu keluarga ku." Sambung Nando.
DEG
Kenapa ini sangat menyakitkan sekali. Mahira memberanikan diri untuk protes. "Ini anak kita bukan hanya anak ku saja, kenapa Tuan selalu menyebarkan kalau ini adalah anak ku saja?" Air mata Mahira jatuh tanpa permisi.
Nando terkekeh geli mendengar protesan dari Mahira.
"Saat itu aku mabuk dan tidak tahu kamu masih perawan atau tidak, Aku yakin itu bukan anak ku, kamu hanya ingin menjebak ku , agar ada pengakuan seorang ayah untuk anak mu.
Air mata Mahira sudah tidak bisa dibendung lagi. Mahira melempar kartu debit nya ke lantai.
Cukup sudah harga dirinya di injak-injak. Baru kali ini Mahira menangis di depan Nando sampai sesenggukan. Ingin sekali menampar wajah pria yang ada di hadapannya.
"Saya akan pergi sekarang, saya memang tidak berharga dihadapan Tuan Nando, jika bukan demi Kak Meera, saya tidak akan berlama-lama disini. Untuk apa harus bertahan jika setelah itu kami akan dibuang juga.Kami tidak butuh uang mu," Bentak Mahira.
Mahira keluar dari kamar Nando,namun dicegah oleh Nando. Nando memandang wajah Mahira,sedang Mahira membuang muka,dia tidak mau menatap wajah pria yang sempat mencuri hati nya.
"Mau pergi kemana kamu? Mau makan apa kamu jika kamu pergi dari sini?" Bentak Nando.
" Itu bukan urusan Anda Tuan Nando yang terhormat. Apa pedulinya Anda jika kami keluar dari rumah ini, kami bisa mencari kebahagiaan kami sendiri," Mahira sangat geram dengan suaminya.
Huffft
Nando membuang nafas kasar, karena baru pertama kali Mahira melawan nya.
"Tolong lepaskan tangan saya Tuan Nando yang terhormat!" Mahira berusaha melepaskan tangan nya dari genggaman Nando.
Nando tak mengindahkan ucapan Mahira, justru Nando semakin kuat mencekal tangan Mahira.
Mahira nampak menyesal karena sudah bicara kasar pada Nando, yang mampu memancing amarah Nando.
Nando menarik kepala Mahira agar wajah Mahira mendekati nya, kemudian Nando mencium bibir ranum Mahira. Mahira tersentak kaget atas perlakuan Nando.
Mahira mundur berusaha menjauh dari Nando, namun Nando semakin memperdalam ciuman nya, air mata Mahira menetes, perasaan nya bergejolak, Mahira sangat bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Setelah itu Nando melepaskan ciuman nya dan memandang wajah cantik Mahira.
"Tolong jangan pergi! Aku sangat membutuhkan mu, aku minta maaf atas sikap ku selama ini,!" Sambil membelai rambut Mahira yang panjang dan lurus.
Seketika hati Mahira langsung mencair. Siapa yang tidak akan luluh dengan pesona pria tampan dan gagah di depan nya, pria yang berhasil mencuri hati Mahira, walaupun berbeda generasi. Mahira seperti terhipnotis dengan apa yang dikatakan Nando.
"Kenapa Tuan melarang ku pergi? Tuan selama ini terus menyakiti perasaan ku." Nada suara Mahira yang tadinya menggebu -gebu penuh emosi,kini berubah menjadi lemah lembut .
Nando menarik tangan Mahira dengan lembut dan menyuruh nya duduk di samping nya, Nando mengusap air mata Mahira. "Aku tidak akan menyakiti mu lagi, maafkan aku."
Mahira menggeleng sambil tersenyum getir. Mahira mau berubah, dia tidak mau mudah percaya ucapan orang.
"Saya akan tetap pergi, saya capek Tuan, sudah cukup kesabaran saya selama ini menghadapi sikap tuan. Kita akhiri saja semuanya biar tak ada lagi yang tersakiti"
Mata Nando membulat, Nando langsung mendorong tubuh Mahira keranjang kemudian menguncinya. Kini wajah mereka saling bertemu dan berjarak hanya beberapa Senti. Hembusan nafas mereka serasa panas.
"Dokter bilang jika usia kehamilan mu ini masa emas untuk berhubungan intim, untuk mencari jalan lahir, supaya melahirkan dengan mudah. Aku tidak mau menjadi suami jahat, aku akan memberikan kewajiban ku pada istri mungil ku," bisikan Nando sambil membelai lembut kepala Mahira.
"Please Ra, jangan mudah kena rayuan pria di depan mu, tuan Nando tidak mencintai mu, dia hanya ingin tubuh mu." Mahira berusaha berperang dalam pikiran nya . Agar tidak mudah tergoda rayuan pria di depan nya.
Mahira mendorong tubuh Nando dengan kuat, Mahira kaki Nando. Nando yang kesakitan karena tendangan Mahira, menatap tajam ke arah Mahira. Mahira berlari ke kamar nya dan tentu saja Nando mengejar nya. Baru kali ini Nando mendapatkan perlakuan kasar dari istrinya. Bahkan Meera saja tidak pernah melakukan nya.
"Istri sialan,kemarin kamu! Teriak Nando.
Orang yang melihat terkejut melihat kemarahan Nando. Nando berlari ke kamar Mahira dan menggedor pintu kamar Mahira.
"Mahira,keluar kau! Beraninya kamu menendang ku!" Nando sangat marah dan masih menggedor pintu kamar Mahira.
"Nando mendobrak pintu kamar Mahira, Mahira sedang mengemasi barang nya sambil melirik ke arah pintu yang masih berusaha dibuka paksa oleh Nando.
BRAAAAAK
BRAAAAAK
BRAAAAAK
Dan dobrakan kedelapan pintu kamar Mahira terbuka, Mahira mundur sambil memeluk tas gendongnya tas milik Mahira.
Nando langsung merebut tas Mahira dan langsung mengeluarkan semua isi tasnya. Nando tersenyum kecut, setelah itu Nando membuang tas Mahira.
"Baju ini semua istri ku yang membeli kan. Apakah kamu mau pergi dengan membawa semua pembelian istriku? Jika kamu ingin pergi bawa barang-barang mu sendiri! Kamu tidak tahu malu jika membawa barang-barang pemberian dari istri ku,"
Mahira langsung memungut baju miliknya yang sudah tidak muat lagi karena perutnya sudah membesar. Nando menatap Mahira dengan pandangan yang dingin, tidak ada rasa belas kasihani pada istri keduanya yang sebentar lagi melahirkan.
Setelah Mahira mengambil baju miliknya sendiri, Mahira berdiri lalu menatap Nando dingin.
"Aku tidak akan menahan mu lagi jika kamu ingin pergi, yang jelas kamu pergi atas kemauan mu sendiri dan bukan aku yang mengusir mu. Jika Meera bertanya kamu jangan pernah bawa namaku"
Mahira mengangguk paham, Mahira segera melangkah pergi melewati Nando dan keluar dari kamar. Bi inem melihat pertengkaran mereka dari jauh. Saat Mahira gadis malang itu tengah membawa tas punggung nya dan pergi dari rumah ini.
Dinda juga melihat apa yang terjadi antara sang ayah dan teman nya yang sekarang berganti menjadi ibu tirinya itu, bersorak gembira dalam hati. Hal yang di inginkan terjadi juga, Dinda tahu bahwa Papa nya tidak mencintai Mahira, dan berfikir bahwa selama ini Mahira lah yang telah menggoda Papa nya dan menjebak Papa nya sampai Mahira hamil dan memaksa Papa nya menikahi nya.
Mahira berjalan mau keluar dari kompleks perumahan elit yang dihuni selama ini, selama menikah dengan Nando. Tiba-tiba di tengah jalan Bi inem menghentikan langkah Mahira.
"Non, Non Mahira mau kemana? Non Mahira sedang hamil tua, seharusnya Non lebih bersabar lagi. " Bi inem iba melihat istri muda tuanya nya itu.
"Bi Mahira tidak apa-apa. Ini yang Mahira inginkan, Mahira ingin pergi dari keluarga itu."
Bi inem menangis karena tidak tega melihat penderitaan Mahira. Bi inem mengeluarkan sejumlah uang dan memberikan nya kepada Mahira. Bi inem tahu jika Mahira tidak punya uang.
"Ini Non, ini bisa dibuat untuk mencari tempat tinggal, Non cari kost, sisanya di buat makan. Semoga saja ini cukup. Maafkan bibi tidak bisa membantu Non banyak.
"Bi, tidak perlu, saya bisa mencari uang sendiri." Bi inem menggeleng bi inem memaksa Mahira untuk menerima uang nya.
"Jika Non tidak mau menerima uang bibi, bibi akan mengadu dan menceritakan semua ke nyonya Meera." Bibi inem terpaksa mengancam agar Mahira menerima uangnya. Dan akhirnya Mahira terpaksa menerima uang pemberian bi inem.
******************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
4U2C
memang seharusnya kamu pergi jauh MAHIRA,,buat apa kamu bertahan walaupun kamu diperkosa NANDO itu juga tidak menjamin NANDO mahu bertanggungjawap atas anakmu MAHIRA,,cuma MEERA yang baik sama kamu tapi hati MEERA tersiksa,,lebih baik kamu pergi saja dari kelurga NANDO.
2025-04-06
0