Chapter 16

"Rupanya para pebinor sedang berkumpul." Satria berusaha untuk memecah keheningan diantara mereka.

"Hai bocah, lebih baik kamu mundur saja, kamu masih ingusan! Mahira itu tidak cocok dengan mu, dia butuh sosok pria yang dewasa yang mengayomi dia." Ucap David, lalu menatap ke arah Dokter Evan.  "Dan untuk kamu," sambil menunjuk Dokter Evan. "Kamu jangan coba - coba mendekati Mahira. Mahira hanya milikku." Sambung David.

Dokter Evan hanya tersenyum manis, dia tidak mau bersikap kekanak-kanakan karena sudah pasti akan merugikan dirinya. Dokter Evan masih menjaga sikap wibawanya agar terlihat paling cool di antara mereka. Apalagi salah satu saingannya adalah keponakannya sendiri.

Ketegangan antara mereka bertiga langsung mencair dengan datangnya Mahira yang hadir ditengah - tengah mereka dengan membawa baki yang berisi 3 gelas teh hangat.

Satria dengan sigap mengambil satu gelas teh hangat yang dibawa Mahira. Mahira berusaha untuk duduk di antara mereka tapi kesusahan karena perutnya yang semakin besar. Dokter Evan dengan sigap langsung membantu Mahira untuk duduk, walaupun awalnya Mahira menolak untuk dibantu , mau tak mau harus mau karena memang kesulitan untuk duduk.

"Ra, kapan kamu mau bercerai?" Satria langsung to the point bertanya kepada Mahira.

Mahira memakluminya karena Mahira tahu kalau memang Satria tidak suka basa-basi, Satria tipe cowok yang ceplas -ceplos .

Dokter Evan dan David shock dengan pertanyaan Satria yang terkesan frontal.

"Sat, kamu itu tanya apa sih? Tidak sopan kamu bertanya seperti itu Sat,"  Tegur Dokter Evan kepada keponakannya.

Mahira hanya tersenyum kecil, sambil memainkan jemarinya karena masih sangat canggung dengan mereka.

David melihat wajah cantik Mahira dan baru menyadari kalau pipi Mahira memar. David mencoba meyakinkan pandangannya. David berdiri melangkah ke arah Mahira, untuk memastikan apa yang telah dilihatnya.

"Apakah Nando yang melakukan ini padamu?" Tanya David setelah yakin bahwa ternyata pipi Mahira memar.

Mahira menggeleng. Mahira tidak mau mengumbar aib rumah tangga nya. Mahira tidak mau nama suaminya nanti jelek. Karena Mahira masih menghormati Nando sebagai suaminya.

"Ra, biar aku obati memarmu ! " Dokter Evan meminta izin untuk mengobati Mahira.

"Tidak perlu Dok,ini hanya luka kecil, karena saya terburu-buru jadi terjatuh. Besok pasti sudah sembuh."

Dokter Evan tidak bisa memaksa karena takut akan membuat Mahira tidak nyaman.

*

*

Sepulangnya dari trio pebinor. Pebinor gak tuh sebutan untuk mereka bertiga.

Mahira menutup pintu rumahnya , kemudian menatap barang-barang yang dibawa oleh para tamunya yang tak terduga.

Mahira tersenyum bahagia, karena masih ada orang yang mau peduli dengannya. Kemudian Mahira duduk di atas tikar dengan bersandar di dinding kayu sambil memegangi perutnya, tak terasa air mata Mahira jatuh juga.

"Andai Mas Nando sebaik mereka." Mahira  ber andai- andai.

Mahira mencoba membaringkan tubuhnya di atas tikar dan tak terasa tertidur,saking penatnya kehidupan yang dia jalani.

*

Hari pun sudah sore. Mahira terbangun dari tidurnya. Ketika terbangun Mahira sudah melihat Nando di depannya. Mahira mencoba untuk bangun, dan langsung menunduk dia takut melihat suaminya.

"Cepat mandi! Setelah ini ayo kita keluar makan malam bersama Mister Serhan."

Nando memperhatikan bekas tamparannya di pipi Mahira. Nando mengelus pipi Mahira yang dia tampar tadi pagi . Mahira hanya terpejam ketakutan karena masih trauma.

"Maaf.!" Lirih Nando. "Seharusnya aku tidak menamparmu . Maafkan aku!"

Mahira membuka matanya, kemudian memperhatikan wajah suaminya yang memelas sepertinya merasa bersalah.

Nando meletakkan kepalanya di paha Mahira. Nando memejamkan matanya. Dia ingin tidur beberapa menit saja di pangkuan Mahira.

"Ra, apakah kamu mencintaiku?" Tanya Nando dengan mata yang masih terpejam.

Tak ada respon dari Mahira, Nando pun membuka matanya, Dan melihat jika istri kecilnya menangis. Nando sadar jika Mahira menangis karena ulahnya. Tangannya langsung mengusap pipi Mahira dengan lembut.

"Aku minta maaf , setelah ini aku akan memindahkan mu ke apartemen. Maafkan aku Ra,! Aku memberikan rumah ini hanya untuk mengetes mu saja,  aku takut kamu hanya mencintai harta ku Ra, tapi setelah melihat mu tinggal disini tanpa mengeluh,itu membuat aku kagum dengan mu. Aku pikir kamu wanita yang matre ternyata aku salah. "

Mahira masih tidak paham dengan jalan pikiran suaminya yang berubah - rubah. Trauma dan rasa sakit Mahira masih tersimpan rapi di ingatan Mahira.

Nando bangun dan langsung memeluk Mahira. Air mata Mahira langsung tumpah tanpa aba-aba. Entah air mata kesedihan atau kebahagiaan yang jelas Mahira ingin menangis sepuasnya.

"Ibuku sudah meninggal,dan aku tidak tahu siapa bapakku . Disini saya hanya punya Tuan dan Kak Meera, hanya kalian keluarga yang aku miliki. Aku tidak butuh cinta dari Tuan Nando, namun yang ku butuhkan kasih sayang Tuan Nando pada baby twins. Mereka butuh Tuan," Suara nya serak karena tangis .Mahira mengelus baby twins nya yang sedang dia kandung.

Mahira memang gadis lugu , dia tidak mau egois jika baby twins nya sangat membutuhkan Nando. Tidak hanya materi namun kasih sayang juga.

"Jika mereka terbukti anakku maka kamu jangan khawatir aku akan menyayangi mereka. Namun jika mereka bukan anakku maka bersiaplah untuk pergi dari kehidupanku untuk selamanya.

"Ini anak Tuan." Mahira kecewa karena Nando meragukan anaknya.

Nando melirik banyak barang yang tergeletak di tikar. Entah mengapa Nando sangat kesal. Tetangga Mahira yang dibayar Nando untuk mematai Mahira melaporkan jika Mahira dikunjungi 3pria tampan sekaligus.

"Barang-barang itu dari siapa?" Tanya Nando. " Kembalikan semua barang-barang itu! Kamu hanya boleh menerima barang - barang dariku saja ,paham?" Sambung Nando.

Mahira mengangguk karena tidak mau berdebat.

"Kamu milikku,dan hanya Milikku, jadi kamu tidak boleh dekat dengan laki-laki lain. Kamu hanya boleh dekat denganku."

"Kenapa?" Mahira memberanikan diri untuk bertanya.

"Kamu masih tanya kenapa, Kamu itu milikku. Apa masih kurang paham?"

Mahira menatap wajah Nando dengan serius, dan Nando pun membalas tatapan Mahira dengan serius. Mahira dibuat bingung dengan sikap suaminya yang terkadang bersikap manis, terkadang bersikap horor.

"Tapi Tuan Nando mudah marah dan bersikap kasar padaku." Lirih Mahira.

"Maafkan aku!"

"Sudah berapa kali Tuan minta maaf kepada ku, dan mengulangi nya?"

"Ra, sungguh aku minta maaf, karena aku tidak bisa mengontrol emosi ku."

Huffft

Mahira membuang nafas dengan kasar. Dia tidak tahu apa dia harus percaya dengan mulut manis suaminya. Mahira selalu berusaha untuk sabar dan selalu memaafkan Nando tapi lagi-lagi Nando melukai nya dan membuat Mahira trauma.

Mahira sungguh sangat bimbang dan ragu -ragu . Mahira belum bisa menghilangkan rasa traumanya atas perlakuan Nando terhadap nya.

Nando melihat ada keraguan di mimik wajah Mahira. Nando langsung memeluk Mahira dan mencium kening Mahira lalu turun ke pipi Mahira,dan turun ke bibir ranum Mahira.

"Ra, tolong maafkan aku! Aku janji tidak akan kasar lagi dengan mu."

Janji dan kata janji entah berapa janji yang terlontar dari mulut Mas Nando. Aku bertahan karena memikirkan kedua bayiku. Aku tidak ingin mereka bernasib sama seperti ku yang menderita tidak memiliki orang tua.

Aku ingin anak-anakku memiliki kehidupan yang layak, kasih sayang yang utuh walaupun aku harus menderita.

Aku harus menjadi wanita yang tangguh demi anak-anakku. Aku tidak mau lemah dan menyerah pada kehidupan yang sepertinya tidak adil untuk ku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!