Berselang beberapa menit kemudian, Bibi inem datang sambil membawa baki yang berisi makanan untuk sarapan Mahira. Mahira duduk di tepi ranjang sambil bersandar, Mahira menatap ke arah wanita tua itu, hanya Bi inem lah tempat ternyaman saat ini untuk berkeluh-kesah.
"Non, Bibi suapin,ya?"
"Tidak usah Bi, saya sedang tidak nafsu makan."
BI inem tau kegundahan hati yang dirasakan Mahira, gadis malang itu seolah bingung dengan situasi yang sedang dihadapinya, ingin kabur tapi bagaimana nasibnya bayinya Mahira tidak punya sama sekali untuk membiayai bayi nya. Jangan kan membiayai bayi nya, membiayai hidup nya sendiri saja belum bisa.
" Makan,Non. Nanti Non Mahira akan di ajak Tuan Nando untuk mengecek kebun teh, biar Non kuat menemani Tuan Nando untuk mengecek kebun teh." BI inem nampak mulai menyendok kan makanan dan menyuapi Mahira.
"Kebun teh?"
Bibi mengangguk, Mahira mengunyah makanan yang ada di dalam mulut nya, seolah tak percaya bahwa suaminya mengajak nya. Baru pertama kalinya Nando mengajak Mahira pergi.
"Habiskan Non, setelah itu Non Mahira ganti baju, Tuan Nando menunggu Non Mahira tiga puluh menit lagi."
Mahira sontak terkejut, dia bahkan belum mandi. Mahira langsung mengambil piring yang dibawa Bi inem,lalu memakan nya dengan lahap,dia tidak ingin suami nya lama menunggu nya. Mahira ingin cepat setelah itu mandi dan berdandan tipis karena ini pertama kalinya suami nya mengajak nya pergi.
"Non,ini kesempatan Non Mahira untuk mengambil hati Tuan Nando." Bisik Bi inem
"Apa boleh,Bi? Apa saya harus melakukan itu? Apa itu tidak keterlaluan? Sama saja saya menusuk Nyonya Meera dari belakang. Nyonya Meera sudah sangat baik pada saya, Bi . Jawab Mahira
Bibi menghela nafas, Mahira memang benar - benar gadis yang sangat polos, bahkan untuk meluluhkan hati suaminya saja dia tidak tau caranya.
"Nanti Non Mahira cari jawabannya sendiri,ya ! Sekarang Non Mahira makan dulu lalu bergegas mandi setelah itu berdandan secantik mungkin."
Mahira mengangguk, setelah makan Mahira segera mandi kemudian memilih baju paling bagus , karena perut nya yang semakin membesar Mahira memutuskan untuk memakai rok terusan dengan panjang selutut. Rok berwarna putih, kemudian dia berdandan tipis, bayi dalam perut nya bergerak Mahira refleks mengelus perut nya.
"Nak jika keberadaan ibu tidak di anggap, semoga saja saat kamu lahir Ayah mu menganggap mu sayang. Ibu akan selalu mengingat mu sayang walaupun nanti nya kita harus berpisah." Mahira mengajak bayi dalam perut nya bicara sambil mengelus perut nya yang membuncit itu.
Setelah selesai bersiap, Mahira keluar dari kamar nya, Mahira melihat suami nya yang tampan sedang duduk di ruang keluarga sambil membaca koran. Mahira berjalan menunduk menuju ke arah Nando.
"Kamu berdandan ingin menggaet pria mana lagi?" Tanya Nando.
DEG !
"Maafkan saya Tuan.saya berdandan untuk diri saya sendiri, bukan untuk menggaet pria manapun." Jawaban Mahira sambil menunduk.untuk menahan tangisnya.
"Benarkah? Wanita licik seperti mu tidak bisa dipercaya."
Mahira terhenti langkah nya , menguatkan dirinya untuk menatap Nando . Nando berdiri dari duduknya, lalu mendekati Mahira lalu menekan dahinya dengan kuat dengan jari telunjuk nya. Air mata Mahira lolos begitu begitu saja saat melihat Nando melototi nya. Nando tersenyum kecut lalu berkacak pinggang di depan Mahira.
"Kamu mulai berani dengan ku?" tanya Nando.
"Ti..dak Tuan.." jawaban ketakutan keluar dari mulut Mahira.
"Baguslah! Ayo cepat berangkat!"
Mahira mengangguk, mereka keluar dari rumah dan bertemu dengan Dinda yang mau berangkat kuliah. Dinda menatap heran kepada Papanya yang jalan hanya berdua dengan gadis yang dibencinya. Gadis yang pernah menjadi sahabat nya dan kini menjadi duri dalam keluarga nya .
"Papa mau kemana dengan pelakor ?" Tanya Dinda.
"Sudah jangan ikut campur! Segera pergi sana, berangkat ke kampus!" Perintah Nando pada putri nya.
Dinda tersenyum kecut, lalu menarik tubuh Mahira lalu mendorong nya sehingga Mahira yang sedang hamil terhempas. Nando terkejut dan langsung menangkap tubuh Mahira. Nando menatap tajam ke arah putri nya.Dinda heran karena Papa nya melindungi gadis yang di anggap nya pelakor. Dinda semakin benci kepada Mahira.
"DASAR kalian gak tau diri, gak punya perasaan, kalian tega menyakiti Mama. Dasar pasangan m*******m . Kasian Mama, Pa !" Ucap Dinda dengan nada emosi.
Plaaaaakkkkkkk
Nando menampar putri kesayangan nya . Mahira sangat terkejut. Mahira mundur beberapa langkah. Dinda menatap sang Papa dengan ekspresi tidak percaya. Ini baru pertama kalinya Nando menampar putri nya. Dinda semakin marah. Dinda memilih langsung lari menuju mobil nya dan masuk sambil menangis dan tangan nya memegang pipi yang merah kerena tamparan sang Papa.
Tadi itu Tuan Nando membela ku batin Mahira.
"Ayo, cepat masuk mobil ! Nunggu apalagi?" Ucap Mahira membuyar kan lamunan Mahira.
Sedikit senang, Mahira masuk mobil sambil tersenyum. Dia duduk di bangku belakang bersebelahan dengan Nando. Setelah itu, mobil yang dikemudikan Pak Ibnu melaju menuju kebun teh peninggalan orang tua nya. Mahira sangat canggung sampai sampai tidak berani menatap suaminya.
"Orang tua mu benar-benar sudah meninggal?" Tanya Nando
"Ayah saya tidak tahu kemana,sedari kecil saya tidak pernah bertemu dengan beliau."
Nando memperhatikan wajah blasteran istri keduanya. Wajah yang cantik, putih bersih. Namun umur Mahira sangat jauh dari nya.
"Apa prediksi dokter? Bayimu laki-laki atau perempuan? " Tanya Nando.
"Bukankah ini juga bayi anda Tuan?" Mahira memberanikan diri untuk bicara bahwa bayi ini juga anaknya. Nando hanya melirik sinis ke arah Mahira.
"Bayinya kembar laki-laki , Tuan"
"Oh."
Hanya itu jawaban yang keluar dari Nando. Kemudian mereka diam . Nando seperti tidak tertarik untuk mengetahui tentang bayinya. Mahira hanya bisa pasrah dan menahan rasa Bahkan baru saja pingsan bukan nya di suruh istirahat malah di ajak ke kebun teh.
Nando sedang menelpon seseorang.
"Meera sayang, nanti malam aku mau mengajakmu makan malam bersama kolegaku. Aku akan menjemputmu di rumah sakit" Ucap Nando. Rupanya yang dia telepon adalah Meera istri pertama nya.
DEG !
Hati Mahira sangat hancur berkeping-keping, lagi -lagi air mata menetes tanpa diminta. Mahira segera menyeka air matanya. Dia tidak mau Nando melihat nya menangis. Menangis pun tak ada gunanya.
"Ra !" Ucap Nando memecahkan lamunan Mahira. Ternyata dia sudah selesai bertelepon.
"Iya, tuan."
"Kira kira apa yang disukai oleh perempuan ?" Tanya Nando.
"Beda perempuan,beda pula selera nya Tuan." Jawab Mahira
Nando menunjukkan sebuah foto kalung berlian pada Mahira. " Bagus?" Tanya Nando.
"Sangat bagus, Tuan."
"Kalung ini untuk Meera ,dia wanita yang spesial dalam hidupku."
Ucapan Nando tentu saja menyakiti hati Mahira istri keduanya. Mahira sadar bahwa dia hanya butiran debu di keluarga ini. Dan tidak pernah di anggap keberadaan nya oleh Nando.
"Kamu ingin kalung seperti ini?" Tanya Nando , sambil memandang Mahira yang sok kuat . " Jika mau kamu tinggal mencari pria kaya yang bisa memberikan apapun yang kamu inginkan. Asal jangan pria yang sudah beristri . Sambung Nando. Yang dengan sukses nya mencabik cabik hati Mahira.
*******************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments