Chapter 3

Dagh Digh. Dugh

Jantung ku berdetak kencang. Aku tidak tahu mengapa aku sangat bahagia. Malam ini terasa sangat menyenangkan. Mas Nando ayah sahabat ku Dinda yang dari dulu aku kagumi, walaupun sulit untuk aku gapai namun kini dia menjadi suami ku, walaupun aku tidak bisa memiliki hati nya. Biarlah rasa ini aku pendam sendiri.

Malam ini terasa sangat panjang,baru pertama kalinya dia tidur di sebelah ku. Dan aku mendengar dengkuran halus Mas Nando. Rupanya Mas Nando sudah terbuai ke alam mimpi. Sedangkan aku, aku masih grogi sebab ini baru pertama kalinya Semakin aku mencoba memejamkan mataku, semakin susah untuk ku tidur. Aku mencoba melirik ke arah Mas Nando yang sudah terlelap. Aku pandangi pria yang usianya berkepala 4 ini masih sangat lah tampan. Pantas saja banyak wanita yang ingin mendekati nya, walaupun sudah mempunyai istri dan dua anak.

**********

Ke esokan harinya

Jam dinding kamar sudah menunjukkan pukul 04:30 aku segera bangun kemudian mandi lalu menunaikan kewajiban ku, untuk melakukan sholat shubuh.

Mas Nando adalah seorang pria yang menepati janji. Jam sudah menunjukkan pukul 05:0am

" Cepat ganti baju mu dengan baju santai, setelah itu ayo jalan."

Ucap Mas Nando setelah itu dia masuk kamar untuk cuci muka dan bersiap siap.

Mahira langsung berganti baju dengan santai, Mahira pikir Nando akan lama dikamar mandi. Namun ketika Mahira sedang membuka baju.

Aaaaaaaa......

Mahira langsung teriak. Karena

Nando keluar dari kamar mandi. Ketika Mahira naked.

Mahira refleks nutup tubuh nya yang dengan kedua tangan nya. Nando berjalan mendekati Mahira. " Mengapa kamu tutupi?"

Sambil menyingkirkan tangan Mahira yang menutupi tubuh nya.

"Aku sudah pernah melihat nya dan aku tidak tertarik sama sekali" ucap Nando dengan sangat pedas.

Dan mampu menusuk jantung Mahira. Sungguh kata-kata yang menyakitkan.

Namun Mahira masih saja berusaha untuk tersenyum dan segera melanjutkan memakai pakaian nya. Namun Nando tanpa sepengetahuan Mahira.Nando memandangi Mahira yang sedang memakai baju tanpa berkedip.

Akan tetapi Nando tidak tertarik sama sekali pada gadis didepannya. Karena memang seumuran dengan putri nya.

"Cuci wajah mu dulu, aku tunggu di depan" Ucap Nando

"Baik Tuan.'

Mahira mencuci wajah nya dan tak terasa air mata nya jatuh. Setelah selesai mencuci muka Mahira mendekati Nando yang sedang pemanasan.

"Sudah " tanya Nando

Mahira mengangguk, mereka mulai berjalan kaki memutari area kompleks perumahan elit.

Matahari masih bersembunyi di balik awan, namun beberapa orang sudah keluar sekedar berolahraga.

Mahira berjalan sambil meremas rok nya, dia benar benar sangat canggung berjalan berdampingan dengan suami nya.

Mahira melirik Nando yang masih fokus memperhatikan jalan di depan nya. "Masha Allah sangat tampan sekali, sungguh sangat beruntung bagi siapapun yang di cintai oleh nya." Gumam Mahira dalam hati.

"Apa rencana mu setelah melahirkan?" Tanya Nando tanpa melirik ke arah Mahira.

" Sesuai perintah Tuan, saya akan menyerahkan bayi ini pada anda dan pergi jauh sangat jauh dari kehidupan anda." Jawab Mahira dengan hati yang memendam kesedihan.

" Bagus setelah itu goda pria lain yang beristri, sampai hamil dan jadilah benalu dalam rumah tangga orang lain ! Itulah pekerjaan mu? Betapa bodoh nya aku melakukan itu padamu saat aku mabuk. Bahkan aku tidak tau apakah kamu masih perawan atau tidak. Sungguh aku sangat sial malam itu."

Dada Mahira langsung terasa nyeri sungguh kata-kata yang keluar dari mulutnya sungguh menyayat hatinya. Sungguh sangat kejam perkataan nya. Padahal faktanya dialah yang telah merenggut kehormatan Mahira.

" Saya tidak senista itu Tuan, saya gadis baik-baik."

" Jika kamu perempuan baik-baik, maka malam itu tidak akan pernah terjadi jika kamu memberontak."

"Bagaimana saya memberontak,? tenaga Tuan sangat besar, dan tubuh saya terlalu kecil untuk melawan Tuan."

Setelah itu mereka melanjutkan jalan pagi nya. Mahira memperlambat langkah kakinya. Mahira tertinggal jauh dari suaminya.

" Jika aku tau kamu akan menyakiti hati saya seperti ini, lebih baik aku tidak ikut jalan pagi." Gumam Mahira dalam hati.

Tiba-tiba mata Mahira berkunang-kunang, kepala nya terasa sangat pusing, banyak bintang yang menari nari di atas kepala nya

Brukkkkkk

Reflek Nando menoleh kebelakang, setelah mendengar sesuatu yang terjatuh. Dan benar saja rupanya Mahira jatuh pingsan.

"Sialan..." Nando mengumpat sambil mengangkat tubuh Mahira yang jatuh tergeletak.

***********

Dikamar Mahira

"Baru pertama kali jalan pagi dengan Mahira sudah dibuat susah sampai pingsan," Omel Meera pada suaminya. Meera mengusap rambut Mahira dengan lembut.

"Entahlah mengapa ketika dekat dengan gadis ini,aku selalu sial," jawab Nando.

"Meera menatap suaminya dengan kesal ,Meera menyelimuti Mahira dan berkacak pinggang menghadap suaminya.

" Jaga Mahira! Hari ini mas libur kan? Usia kandungan Mahira sudah menginjak 8 bulan Mas, Mas sebagai suami nya harus siaga!"

"Kamu istri yang tidak waras,Mer. Kamu nyuruh aku menjaga madumu sendiri. Tolong jangan berpura - pura kuat! Aku tau kamu hampir setiap malam menangis gara-gara bocah sialan ini hadir ditengah tengah rumah tangga kita." Protes Nando.

Tanpa ada yang tau jika Mahira sudah siuman dan mendengar perdebatan sepasang suami istri yang dulu harmonis, kini hancur karena kehadiran nya.

Tes .....

Air mata jatuh membasahi pipi Mahira. Mahira merasa sedih, hatinya terasa bagai ditusuk belati, saat mendengar semua.perdebatan antara Kakak madunya dengan sang suami.

Betapa kejamnya sang suami yang secara tidak langsung menyakiti perasaan nya. Perkataan nya yang keluar dari mulutnya menyayat gadis polos yang berstatus sebagai istri mudanya. Padahal semua ini adalah kesalahan Nando yang sudah tega memperkosa nya.

Benar-benar pria yang tidak punya hati, pria br***k

"Ra,kamu sudah sadar?" Tanya Meera sambil menggenggam tangan Mahira.

Mahira mengangguk dan berusaha untuk bangun namun di cegah oleh Meera.

Meera memberikan air putih pada Mahira.

"Ayo, minum dulu,Ra,!"  Meera memberikan gelas yang berisi air putih kepada Mahira dan membantu nya untuk minum.

Nando masih berdiri memandang kedua istrinya yang akur. Seharusnya Nando senang karena kedua istrinya akur. Malah justru Nando merasa kesal dan mau melangkah kan kakinya keluar kamar, namun dicegah oleh Meera.

"Mas Nando mau kemana?" Meera bertanya kepada sang suami. Nando menoleh ke arah Meera istri pertama nya.

"Aku lapar, ingin makan."

"Aku harus segera berangkat ke rumah sakit,  Mas Nando harus menjaga Mahira!" Perintah Meera dengan nada penekanan karena Meera tidak mau menerima kata penolakan dari suaminya.

Nando menatap istrinya Meera yang cantik.  Meera tidak takut dengan tatapan tajam sang suami. Nando dan Meera memang sama-sama keras kepala. Mahira merasa tidak enak langsung menimpali.

"Kak Meer, saya sudah lebih baik jadi biarkan Mas Nando pergi. Aku tidak apa-apa Kak!"  Ucap Mahira

Nando tersenyum kecut, sangat risih sekali mendengar Mahira memanggil nya Mas.

Mahira terpaksa memanggil Mas karena ada di depan Meera.

Meera menghela nafas lalu berpamitan berangkat kerja pada Mahira, Mahira mengangguk dan kini Mahira sendirian di kamar. Mahira menangis sambil menggerutu.

"Entah kapan bisa terbebas dari keluarga ini." Ingin sekali kabur dari sini, tapi harus kabur kemana, karena tidak punya tempat tinggal, dan semenjak hamil Mahira sudah tidak bekerja jadi tidak punya uang untuk menghidupi nya ketika kabur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!