Dear diary,
Kak Farel bersikap biasa pada hari Minggu juga hari ini, kecanggungan karena aku melarikan diri dari ciuman hari Sabtu malam seakan terlupakan dan tidak pernah terjadi.
Lalu barusan saat makan malam kak Farel berkata mulai besok jangan menunggunya pulang, karena akan ada tamu selama beberapa hari ke depan, jadi ia akan pulang sampai larut malam. Lalu minggu berikutnya ia harus keluar kota lagi selama seminggu. Ini semua hanya kebetulan kan? Tidak mungkin ia menghindariku karena kecanggungan kemarin kan?.
"Na, nanti kamu tidur aja ya, aku ga tau pulang jam berapa".
"Iya kak", lalu ia mencium pipiku dan pamit pergi.
Malam itu, meskipun kak Farel memintaku untuk tidak menunggunya tapi aku tetap mau melakukannya. Aku duduk di sofa sambil menonton film.
Aku terbangun saat kak Farel berusaha menggendongku dari sofa.
"Kak udah pulang", kulihat jam dinding jam 11.20 malam.
"Maaf aku malah bangunin kamu ya Na".
Aku mengganti posisiku, dan duduk tegak di sofa. Kak Farel kemudian juga duduk di sofa sambil memejamkan matanya.
"Kak tidur di kamar sana", lalu aku mencium bau alkohol saat mendekatinya.
"Kakak minum?".
"Iya sedikit. Aku masuk dulu ya Na".
Kalau aku tau ia akan minum saat menemani klien, aku akan menjemputnya pulang agar ia tidak perlu menyetir.
"Kak apa kakak akan minum lagi nanti?", tanyaku saat sarapan bersama.
"Mungkin, kenapa Na?".
"Kak aku jemput aja ya, masa kakak nyetir sendiri, mana udah malam lagi".
"Na justru aku yang akan kepikiran kalau dijemput kamu, kamu mau nunggu aku diparkiran depan bar? Cewek sendirian dan udah larut malam? Atau kamu mau masuk lalu duduk sendiri sambil nunggu aku, mana bisa aku membiarkan kamu duduk sendiri terus nanti digangguin pengunjung lain".
"Tapi masa kakak nyetir habis minum gitu".
Ia menarikku dan memelukku, "Seneng deh pagi-pagi udah diperhatiin".
"Aku tau batas kemampuanku Na, aku juga bisa melihat situasi, jika aku rasa aku minum agak banyak aku janji pulangnya naik taksi aja. Bagaimana, apa ini cukup ok?".
Aku mengangguk mengiyakan, lalu ia mencium keningku.
"Tamunya udah pulang kok besok, jadi hari ini terakhir aku menemaninya minum".
"Ok kak".
Saat malam tiba aku tetap menunggunya duduk di sofa, aku berusaha untuk tidak tertidur lagi.
Sekarang sudah jam 11 tapi kak Farel belum pulang, aku memainkan handphoneku, mempertimbangkan untuk menanyakan kapan ia pulang, tapi akhirnya aku meletakkan handphoneku.
Aku terbangun dan langsung melihat ke arah jam, hah jam 1 pagi! Aku tertidur lagi! Apa kak Farel belum pulang juga? Saat aku bangun dan hendak duduk di sofa, aku melihat kak Farel tidur di lantai diatas karpet sofa.
Pelan-pelan aku mendekatinya, berusaha membangunkannya.
"Kak jangan tidur disini", aku mengguncangkan badannya.
"Mmm...", tapi kak Farel tidak terbangun sama sekali.
Ok mungkin aku bisa membuatnya tidur di sofa saja, itu lebih baik daripada di lantai. Aku berusaha mengangkat kepalanya agar ia duduk tegak, tapi kak Farel sangat berat, ia terjatuh lagi. Aku berusaha melindungi kepalanya agar tidak terbentur lantai, namun aku ikut terjatuh bersamanya, bibirku mencium pipinya, dan sedikit lagi bergeser maka aku akan mencium bibirnya. Aku memperhatikan wajahnya dari dekat, dan jantungku berdebar menatapnya, merasakan hembusan nafasnya di wajahku.
Ayolah Nada, kendalikan jantungmu!, makiku dalam hati.
Kali ini aku mengguncangkan badannya lebih keras lagi, sambil memanggil namanya, "Kak Farel ayo bangun!".
Akhirnya ia sedikit terbangun, aku menarik kedua tangannya, berusaha membuatnya duduk sambil berkata, "Kak pindah tidur di sofa, ayo naik", ucapku sambil berusaha membangunkannya.
"Ahh Nada...", untungnya tanpa sadar ia mengikuti kemauanku dan kembali tertidur di atas sofa.
Aku mengambil bantal tidurnya, menyelipkannya ke bawah kepalanya, lalu menyelimutinya.
"Nada maaf semalam aku sangat mabuk".
"Apa semalam kakak bawa mobil?".
"Ga kok, aku pulang naik taksi".
"Apa kamu marah?", tanyanya sambil memelukku.
"Bagaimana aku bisa marah, kakak sudah minta maaf begini".
"Istriku memang yang terbaik", balasnya sambil mengecup pipiku.
"Nada karena aku sudah 2 hari menemani tamu ada beberapa pekerjaan tertunda, jadi sepertinya aku pulang terlambat lagi".
"Ok kak".
Kak Farel sibuk dengan urusan kantor akupun memiliki target untuk segera menyelesaikan proyekku. Sabtu kak Farel tidur hampir seharian, dan Minggu aku sudah membantunya packing karena ia akan mengunjungi 3 kota untuk urusan bisnis. Selama kak Farel diluar kota, aku tidur di rumah mama.
Saat weekend kami menghabiskan waktu bersama di rumah, karena ia terlihat membutuhkan banyak istirahat.
Tidak ada perubahan selama seminggu berikutnya, selain makan malam bersama.
Sabtu ini salah satu sepupuku akan datang berkunjung jadi aku dan Farel makan siang bersama papa dan mama di rumah. Setelah para sepupuku pulang, kami tetap tinggal disana sebentar untuk mengobrol dan makan malam bersama.
"Nada apa Farel sudah bilang kalau minggu depan mungkin ia akan sering pulang terlambat?".
"Belum", ucapku sambil melihat kearah kak Farel.
"Sebentar lagi akhir tahun Nada, papa dan Farel harus melakukan budgeting untuk tahun depan, semoga data yang masuk sudah ok jadi hanya sesekali saja lemburnya".
"Kalian tinggal disini aja dulu, kebetulan ini waktunya mama mulai buat kue untuk dibagikan sebelum libur Natal, kamu bisa bantu mama sepulang les".
"Mama kan ada mba yang bisa bantuin".
"Tapi kan yang lama tuh ngebentuk kuenya Nada, kamu kan lebih rapi kerjanya dibanding mba".
Aku mencari cari alasan dalam otakku untuk menolak mama, tapi ternyata mama belum menyerah merayuku,
"2 malam aja Nada, cukup kok".
Aku melihat ke arah kak Farel, entah apa yang dipikirkannya hingga ia berkata,
"Iya boleh Nada, terserah kamu".
Aku tidak mungkin menolak mama setelah kak Farel berkata seperti itu kan. Itu berarti aku akan tidur di tempat tidur yang sama dengannya, tunggu.... apa kak Farel sengaja berkata seperti itu?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments