Kak Farel menunggu orangtuaku pulang untuk memberitahukan kabar gembira kami.
"Sore om, tante".
"Sore, tumben ada di rumah biasanya kalian pergi jalan", ucap mama.
"Iya tante, tadi ban mobilku bocor jadi batal deh jalannya".
Kemudian kami berempat duduk di ruang keluarga, aku merasa gelisah karena tau beberapa saat lagi topik pembicaraan akan berubah.
"Ada berita baik apa Farel? Kamu tidak berhenti tersenyum dari tadi", tanya papa.
Kak Farel mengangkat tangan kananku, memperlihatkan cincinku.
"Om tante, aku berhasil meyakinkan Nada untuk menikah denganku, sebentar lagi tangan kirinya juga akan memakai cincin".
Papa memeluk Farel, kemudian aku, begitu pula mama.
"Om bahagia Rel, bersamamu, om tidak perlu mengkhawatirkan Nada lagi, karena kamu adalah pasangan yang tepat untuk Nada".
"Om...om... panggil papa mulai sekarang, panggil papa dan mama mulai sekarang", ucap mama, kemudian mereka tertawa bersama.
Hmmm.... sepertinya ini akan menjadi malam yang panjang untukku. Malam itu kami makan malam bersama, selama itu pula pembicaraan hanya seputar masa depanku dan Farel.
Tok tok..., aku membuka pintu kamarku.
"Nada sudah mau tidur nak?".
"Belum kok ma".
Kemudian mama mengajakku duduk bersampingan diatas tempat tidur, ia menggenggam kedua tanganku, dang mengusap cincin di jari manisku.
"Farel anak yang baik bukan?".
Aku mengangguk menyetujuinya.
"Nada, mama tau kamu belum mencintainya, tapi perasaan cinta akan tumbuh seiring dengan waktu. Mama mengalami apa yang kamu alami, kuncinya adalah bersikap terbuka, menerima kekurangan masing-masing".
"Iya ma, Nada mengerti".
Malam ini sungguh panjang, karena kemudian mama menceritakan awal pernikahannya dengan papa.
...----------------...
POV Farel.
"Papa... mama...", kulihat mereka sedang duduk di ruang keluarga.
"Apa sih Rel, senang banget nih kayanya", tanya mama.
"Ma, aku akan menikah dengan Nada", kemudian aku memeluk mama.
"Selamat ya nak", mama dan papa bergantian memelukku.
"Pa, kita harus merencanakan kunjungan ke rumah Nada".
"Ya, papa akan membicarakan ini dengan papa Nada nanti".
"Jangan nanti pa, tapi besok pa".
"Rel, mama kan harus beli barang untuk lamaran, belum undang keluarga besar, butuh waktu loh".
"Mmm... Farel dan Nada sepakat untuk keluarga inti saja ma, lagipula kami berdua anak bungsu".
"Bagaimana pa?", mama menengok ke arah papa.
"Ya baiklah, mari kita dengar bagaimana rencanamu", ucap papa.
Aku mulai menceritakan isi kepalaku kepada keluargaku.
Rabu pagi aku mendapat pesan dari papa Nada.
"Pagi Farel, papa mau mengajakmu makan malam bersama, kapan kamu punya waktu luang?".
"Besok malam aku bisa pa, aku akan datang ke kantor papa dulu besok sepulang kerja pa".
"Tidak perlu ke kantor, kita langsung bertemu di tempat makan saja, nanti papa kirim nama restorannya ya".
"Baik pa".
Aku tau papaku sudah berbicara dengan papa Nada, jadi apa alasan beliau mau bertemu denganku?
Aku sengaja datang lebih awal, karena lebih baik aku yang menunggu dan bukan ditunggu.
"Pa", sapaku.
"Sudah pesan makan Rel?".
"Belum pa, aku hanya pesan minum".
"Ayo kita pesan makan dulu".
Aku memesan makanan yang mudah aku telan, karena ternyata ini hanya pertemuan 2 orang, berarti papa ingin membicarakan sesuatu yang serius mengenai rencana pernikahanku.
"Farel, papa akan langsung saja ya".
"Ya pa", ucapku sambil mengatur nafasku, sejujurnya aku gugup mengenai ini.
"Apa alasan Nada setuju untuk menikah denganmu? Papa tau ia belum mencintaimu. Papa mengatakan belum, karena papa yakin padamu Farel. Papa bisa melihat Nada mulai menerimamu, tapi ini semua terlalu cepat".
"Takut Nada berubah pikiran pa, jadi aku ingin prosesnya cepat, lagipula kami akan belajar saling mencintai, aku yakin itu pa".
Sejujurnya aku tidak seyakin itu, aku mengajaknya menikah karena ketakutan akan kehilangan Nada. Selama ini kata-kata percaya diri yang kuucapkan kepada Nada dan semua orang sebenarnya lebih untuk menguatkanku, semakin sering aku mengucapkannya, aku berharap aku benar-benar bisa mempercayai kemampuanku.
"Farel, papa tau Nada keras kepala, meski ia menerimamu tapi sepertinya belum cukup meyakinkannya untuk mau segera menikah, jadi papa curiga apa ada hal lain dibalik sikap Nada yang berubah begitu cepat?".
Aku terdiam menimang nimang haruskah aku berkata jujur mengenai perjanjian kami? Cepat atau lambat aku harus berbicara mengenai karir Nada, aku sudah berjanji pada Nada. Mungkinkah ini kesempatan yang takdir berikan untukku?. Aku meletakkan alat makanku dan menatap papa.
"Pa, sebelumnya Farel mau minta maaf, mohon papa jangan marah dengan Nada, karena ini ideku".
"Ok, papa akan berusaha memahaminya".
"Papa tau kan kalau Nada kurang tertarik untuk bekerja di kantor papa, tapi aku mengerti situasi papa, jadi aku memberikan penawaran bagaimana kalau aku menggantikan Nada bekerja di kantor papa. Aku juga tidak menyukai politik dibisnis keluargaku pa, aku tidak mau berkelahi dengan sepupuku untuk jabatan tertentu, lagipula sudah ada kak Andien yang bekerja disana".
"Mmm... apa kamu sudah mengatakan hal ini pada papamu?".
"Sudah pa, aku sudah banyak belajar disana selama ini. Aku sedang mempertimbangkan untuk membuka bisnis seperti Nael atau bekerja ditempat lain, karena aku tidak memiliki ide bisnis seperti Nael, jadi aku masih bingung. Saat Nada mengutarakan kesulitannya, kupikir ini solusi bagi kami berdua".
"Mmmm.... baiklah".
"Pa maaf, Farel menawarkan solusi ini, sebelum membicarakannya dengan papa. Aku tau pengalamanku dalam berbisnis masih sangat minim, jika papa tidak menyukai ide itu, aku akan sangat mengerti pa, aku tidak ingin menjadi beban papa".
"Farel papa mengenalmu sudah lama, tentu saja papa akan sangat senang jika kamu mau bekerja di kantor papa, dan kamu tidak akan menjadi beban disana. Papa akan menerimamu kapan saja, selama papamu mengizinkan hal itu".
"Dan Nada....papa juga tau selama ini ia masih belajar animasi bukan? Dan kamu selama ini membantu menutupinya dari papa".
Deg... rasa gugupku yang berangsur mereda kini kembali lagi, jantung bergerak lebih cepat.
"Pa, maafkan Farel".
"Ini bukan salahmu Rel".
"Papa pikir dia menyukai dunia itu karena mantannya, tapi melihatnya bagaimana ia tetap terus berada disana selama ini, papa mulai menerima kalau ini tidak berhubungan dengan mantannya lagi".
"Pa, Nada kemarin juara harapan 1, pesertanya dari seluruh cabang tempat lesnya, bisa dikatakan kategori nasional pa".
"Oh ya? Bagaimana menurutmu tentang Nada? Apa ia memiliki peluang bekerja di dunia animasi?".
"Tentu saja pa, ia belum menyelesaikan lesnya, tapi bisa mendapat harapan 1 di kategori yang sama dengan para peserta yang sudah menamatkan materinya, itu prestasi yang luar biasa pa".
Papa tertawa kecil mendengarku.
"Kamu tidak melebih-lebihkan hal ini karena ingin membela Nada kan Rel?".
"Ga pa, sungguh, aku bisa mempelihatkannya pada papa".
Kemudian aku membuka IG dan memperlihatkan para pemenang lomba yang memang levelnya diatas level Nada saat ini. Papa menganggukkan kepalanya sambil menggeser-geser layar ponselku.
"Ok baiklah papa akan mempertimbangkan untuk membiarkan Nada mengejar karir lain".
"Terima kasih banyak pa", ucapku tersenyum.
"Rel, Nada beruntung memilikimu".
"Bukan pa, aku yang beruntung karena Nada mau menerimaku, sungguh pa".
Papa tersenyum mendengarnya, sisa malam itu kami habiskan dengan obrolan ringan mengenai rencana pernikahanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments