POV Farel.
Ok sekarang aku harus bagaimana? Setidaknya aku ingin kembali berteman dengannya, semenjak aku menyatakan perasaanku, ia hanya terlihat emosi setiap melihatku. Apa ia sangat tidak menyukaiku?
"Nada maaf karena tindakanku membuatmu menjadi tidak nyaman", ucapku tulus.
"Tindakan yang mana menurut kakak yang membuatku tidak nyaman?", tanyanya.
"Semuanya, mulai dari saat aku mengatakan aku menyukaimu, sampai hari ini yang membuat keputusan terlebih dahulu tanpa bertanya. Aku melakukannya sebenarnya demi kamu, tujuanku dari awal hanya kamu, tapi aku terlalu gegabah bukan?".
"Ya", jawabnya pelan.
"Apa aku seburuk itu dimatamu? Apa aku sangat mengganggumu Nada?".
Kulihat ia mempertimbangkan pertanyaanku, meneguk botol minuman yang aku berikan tadi, aku tau ia sangat menyukai rasa mix fruits, karena aku sudah memperhatikannya selama 2 tahun belakangan ini. Ya aku menyadari bahwa aku menyukainya semenjak ia berpacaran dengan seniornya di kampus. Tadinya kupikir Nada hanyalah adik sahabatku, tidak lebih. Namun ternyata aku salah, aku mulai merasa cemburu jika Nael menceritakan kencan Nada. Nael keluar dari rumah saat ia menikah 2 tahun lalu, semenjak itu aku mulai mencari-cari alasan agar tetap bisa bertemu dengan Nada. Jadi saat aku mendengar Nada putus aku menunggu saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku.
"Mmm... sebenarnya ga juga sih, aku kesal sama kakak karena tiba-tiba diajak nikah aja, sebenernya kakak cukup menyenangkan sebagai seseorang yang tidak aku kenal dekat dan sebagai sahabat kak Nael".
"Aku sering mendengar tentang kakak dari kak Nael, jadi aku tau kakak tidak seburuk itu".
"Aku sungguh menyukaimu Nada, aku harus bagaimana agar kamu percaya sama aku? Apa kamu lebih menyukai pendekatan tradisional, mengajakmu berkencan, pacaran lalu melihat apa ada kemungkinan untuk menikah? Apa itu yang kamu mau Nada?. Kupikir aku menunjukkan keseriusanku dengan mengajakmu menikah, aku sudah yakin kamulah orang yang tepat untukku".
Ia hanya terdiam menunduk sambil memainkan botol minumannya.
"Aku tau situasimu, kamu sangat menyukai animasi bukan? Setidaknya sekali saja kamu ingin mencoba menjadi animator. Tapi papamu tidak memiliki orang lain lagi untuk meneruskan usahanya. Nael sudah lama mundur, kamu harapan satu-satunya. Semenjak om terkena gejala stroke tahun lalu, ia selalu berusaha menyeretmu masuk ke dunianya bukan?".
"Aku tau aku gegabah, tapi kupikir ini adalah solusi bagi masalahmu, tentu saja demi keuntunganku juga. Dengan menikah aku berharap kamu melihat sisi lain diriku yang mungkin bisa membuatmu menyukaiku, dengan memberi ketegasan bahwa aku tidak ingin bermain main denganmu, dan menjagamu dari cowok lain yang berusaha mendekatimu".
"Apa kamu tidak melihat tawaranku sebagai solusi, Nada? Jika itu sangat mengganggumu kamu hanya perlu menolaknya dan aku akan mengerti. Lagipula aku tidak mengatakan apapun mengenai pernikahan kepada siapapun selain kamu, Nael pun sebenarnya hanya tau aku menyukaimu, kamulah yang sebenarnya membocorkan itu pada Nael. Tapi aku jamin, rahasia ini berhenti sampai Nael saja, aku memintanya tidak mengatakan kepada siapapun".
"Kenapa kakak menyukaiku? Teman kencan kakak yang banyak itu, lebih cantik, lebih kaya, setidaknya bukan bocah kaya aku yang masih bingung sama tujuan hidupnya".
Aku tersenyum mendengarnya, memang sih perbedaan umur kami terpaut 5 tahun, tapi sepertinya itu bukan tolak ukur untuk formulasi sukses tidaknya sebuah hubungan.
"Aku menyukaimu saat kamu menyisihkan makanan kesukaanmu untuk aku dan Nael. Aku menyukai saat kamu membelikanku sebotol minuman saat aku bertanding basket. Aku menyukai bagaimana kamu menungguku untuk makan bersama saat aku main kerumahmu. Aku menyukai saat kamu tersenyum menyapaku. Aku menyukai tawamu saat aku membuat lelucon. Memang itu hal-hal kecil yang sebenarnya kamu lakukan karena aku sahabat Nael bukan? Tapi aku merindukan hal-hal kecil itu, aku menyadari kehilangan hal itu semenjak Nael menikah dan aku jarang bertemu denganmu lagi Nada".
Aku melihatnya tersenyum mendengar perkataanku.
"Di rumah yang memperhatikanku seperti itu hanyalah asisten rumah tangga yang memang digaji untuk itu. Lagipula kalau soal cantik, aku menyukai kamu yang polos dan tanpa make up seperti sekarang. Teman kencanku yang banyak itu (aku menekan kata banyak dengan nada bercanda dan tersenyum), mereka terlihat palsu dengan make upnya yang tebal, kalaupun ada yang manis dan polos, tapi sama sepertiku kami hanya dipaksa untuk berkencan oleh orangtua kami. Jadi mereka hanyalah teman kencan, tidak lebih. Apa itu sudah menjawab pertanyaanmu?".
Ia mengangguk menatapku lalu mengalihkan pandangannya ke arah lalu lintas lagi. Aku menunggu tanggapannya, aku takut aku terlalu banyak bicara, kali ini aku ingin tau isi pikirannya.
"Aku mengerti apa yang kakak bicarakan, tawaran kakak.... mmm... sebenarnya itu cukup masuk akal, tapi... bagaimana aku bisa menikah pura-pura dengan kakak".
"Apa kamu lebih memilih aku melakukan pendekatan tradisional? Tapi sekarang kamu sudah tahap akhir skripsi bukan? Suka tidak suka, dalam waktu dekat kamu harus mulai masuk mempelajari bisnis papamu Nada. Atau kamu memiliki rencana lain? Jika ya, maka seperti cowok normal lainnya aku akan berjalan lebih lama dan normal untukmu".
"Entahlah kak", jawabnya.
"Setidaknya mulai saat ini, apa aku bisa menjadi temanmu? Sebagai cowok normal yang mengajak berteman karena menyukaimu, lupakan fakta kamu sudah mengenalku karena aku sahabat Nael. Bisakah kita memulainya lagi hari ini? Kita mulai dari nol?".
"Udah kaya pom bensin", jawabnya sambil tersenyum
"Deal?", aku mengajaknya berjabat tangan, ia menyambut tanganku sambil tetap tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments