Rutinitasku di hari Minggu adalah bermalas malasan di sofa sambil menonton drama Korea.
"Nada... kamu belum mandi nak?", tanya mama.
Mama dan papa baru saja pulang olahraga, biasanya mereka setidaknya akan menyempatkan untuk berjalan kaki seminggu sekali disekitaran perumahan kami.
"Nanti ma tanggung nih lagi seru dramanya", balasku.
Beberapa saat kemudian terdengar suara yang tidak asing ditelingaku.
"Selamat pagi tante".
"Pagi Farel, tuh lihat Nada masih belum mandi loh".
"Iya tante, sudah biasa lihatnya", ucapnya sambil tersenyum.
"Om dimana tante?".
"Lagi mandi mungkin Rel, tadi kami habis jalan disekitaran rumah. Sebelum pulang tadi tante beli mie ayam yang terkenal itu loh Rel, nanti kamu coba ya. Tante tinggal dulu sebentar ke dalam ya Rel".
"Baik tante", kemudian ia duduk disebelahku.
"Kenapa ga bilang kalau mau datang", tanyaku kesal.
"Sudah bilang dari kemarin malam, tapi kamunya aja yang sengaja ga lihat pesan aku kan?".
Ya memang benar juga sih, aku memang sengaja mengacuhkan pesan yang masuk darinya setelah perbincanganku dengan papa dan mama kemarin. Kemudian aku mengacuhkannya lagi dan menonton drama, meski sebenarnya aku sudah tidak lagi memperhatikan alur ceritanya, pikiranku hanya dipenuhi banyak pertanyaan namun aku memilih untuk menyatakan sikap protesku dengan mengacuhkannya.
"Na, kamu marah ya sama aku?".
Ia mengetuk lenganku beberapa kali, namun aku menggeser posisiku agar sedikit menjauh darinya.
"Nada aku minta maaf, jangan marah donk, cantiknya jadi berkurang deh", ia mendekat lagi kearahku.
Aku berdiri berpindah tempat duduk agar tidak disampingnya lagi.
"Kata siapa aku marah, memangnya kak Farel salah apa sama aku?".
Ya aku memang ga marah, cuma kesal sama takdir yang membuat jalanku dan kak Farel bertemu di persimpangan. Ia hanya menatapku, mungkin ia sedang menyusun kata-kata dalam otaknya untuk membuat amarahku mereda.
"Sejujurnya aku ga tau salah apa, tapi aku bersedia dihukum supaya kamu ga marah lagi Na".
Mmm sudah kuduga dia akan menjawab begitu, dasar cowok ga peka, makiku dalam hati.
"Ya sudah bahasnya nanti saja aku mandi dulu, jangan ngomong macam-macam sama papa mama ya. Aku ga mau dimarahin karena ketahuan jutekin kakak", ancamku.
"Iya Nadaku..., aku...", belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya aku sudah memberinya tatapan tajam. Beraninya dia berkata Nadaku, pacar aja bukan, akhhhh... dasar gila!.
"Iya aku juga ga mau kamu tambah marah sama aku", ulangnya menyelesaikan kalimatnya yang tertunda tadi.
Lalu aku memberinya tatapan kesal padanya dan berlalu kekamarku di lantai 2.
Sengaja aku berlama-lama di kamarku, aku malas turun ke bawah, dalam bayanganku sudah pasti papa dan mama akan mendukung Farel untuk mendekatiku.
Saat aku turun kebawah, aku mendengar gelak tawa orangtuaku dengan Farel dari arah meja makan.
"Ayo nak duduk disini, dari tadi Farel nungguin kamu untuk makan nih", aku hanya tersenyum menanggapi mama.
"Om, tante, setelah makan aku minta izin ajak Nada jalan ya".
Aku menahan nafasku untuk sesaat saat mendengarnya. Bisa bisanya dia mengulangi kesalahan yang sama, bertindak duluan tanpa bertanya dulu padaku. Ingin rasanya menolak dan memakinya, tapi aku menahan nafasku agar semua terlihat baik-baik saja di depan orangtuaku.
"Kebetulan papa dan mama ada undangan nikah nanti malam, jadi kalian sekalian makan malam diluar saja ya", ucap mama.
"Mmmm...", jawabku pelan.
Tidak lama setelah itu, aku bersiap pergi dan pamit kepada orangtuaku.
Saat kami berdua sudah duduk di dalam mobilnya, ia bertanya padaku,
"Apa kamu ada tempat yang mau kamu datangin Na?".
"Tumben nanya, biasanya seenaknya aja buat keputusan sendiri", balasku ketus.
"Ya kan lebih bebas kalau kita diluar rumah, kamu juga bisa marahin aku sepuasnya Na".
"Mmm...", jawabku segan.
"Jadi kita mau kemana?".
"Terserah, tapi jangan jauh-jauh, aku mau sore udah kembali ke rumah".
"Tapi kata mama kamu...", belum selesai ia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah memberinya tatapan tajam.
"Ok baiklah", ucapnya pasrah.
Ia membawaku ke mall tidak jauh dari rumahku. Kemudian ia mengajakku duduk di area foodcourt yang menghadap jendela besar dengan pemandangan lalulintas di luar mall.
"Kita harus bicara Na, tunggu aku sebentar disini ya".
Tidak lama ia memberiku sebotol minuman jus berisi campuran berbagai macam buah.
"Terima kasih kak", amarahku sudah mulai mereda.
Untuk sesaat kami sama-sama terdiam melihat pemandangan lalu lintas di bawah mall.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments