"Kenapa kamu suka baca buku?" Tanya Zian sambil menyetir mobil sport kesayangannya di tengah kemacetan jalan raya.
"Karena baca pikiran kamu, aku nggak bisa" Jawab Alula dengan acuh tak acuh.
Zena mengulum bibir menahan geli mendengar jawabannya Alula dan melihat wajah kaget kakaknya.
Dia memang unik. gampang banget berubah moodnya. Batin Zian.
"Kenapa thriller dan detektif Yakumo?"
"Karena tokoh di thriller dan detektif Yakumo itu asyik untuk diajak berpikir"
Zena kembali mengulum senyum saat dia melihat kakaknya menyemburkan, "Hei! Mereka ada di buku dan mereka hanya tokoh fiktif. Asyik diajak berpikir, come on, Girl"
"Tapi mereka bisa mewakili perasaanku, bisa membuatku berpikir bebas, dan tidak menghina ataupun banyak bertanya ataupun menyemburkan protes saat aku meluapkan pemikiranku sendiri"
"Hei, Girl! Mereka itu......."
"Setuju sama Kak Lula. Zena suka baca buku fiksi, karena Zena merasa bebas berpikir dan meluapkan pemikiran Zena sendiri waktu membacanya"
Alula menoleh ke belakang dan mengangkat tangan lalu menepukkan telapak tangannya ke telapak tangannya Zena.
"Satu aja merepotkan, eh, ini ada dua" Gumam Zian lirih.
"Apa kamu bilang?" Alula menoleh ke Zian.
"Ah, tidak. Aku cuma menguap tadi" Zian meringis di depan kemudi.
Lalu, Zena mengajak Alula mengobrol tentang novel thriller remaja yang tengah Zena baca dan Zian hanya bisa diam membisu. Zian sama sekali tidak menyukai novel. Dia suka membaca, tapi membaca buku-buku tentang komputer dan strategi militer.
Akhirnya mereka tiba di toko buku milik ortunya Bimo. Bimo menyambut mereka dan sontak memekik kaget saat dia melihat gadis yang berdiri di sebelah kanannya Zian, "Alula?!"
Alula mengernyit, "Kamu tahu namaku?"
"Tentu saja tahu. Kamu anak kedokteran, kan, dan kamu tunangannya.........."
"Lula!" Suara Raymond membuat Alula menoleh. Lalu, Alula terpaksa menghampiri Raymond. Demi pertemanan masa kecil mereka dan demi sopan santun.
"Tunangan apa?!" Zian menepuk dada Bimo.
"Aku pernah dikenalkan oleh Raymond sama Alula. Raymond bilang kalau Alula adalah tunangannya"
Tangan Zian merosot bebas dari dada Bimo dengan mulut melongo.
"Itu benar" Sahut Zena.
Zian menoleh kaget ke Zena.
Zena bergegas berkata, "Aku pernah bertemu Kak Raymond di rumahnya Kak Lula dan Kak Lula bilang kalau dia dijodohkan dengan Kak Raymond, tapi Kak Lula tidak menyukainya"
Zian menghela napas lega, "Alula tidak menyukainya"
"Iya" Sahut Zena.
Bimo melihat ada keanehan di wajah Zian. Saat Bimo ingin bertanya apakah Zian naksir Alula, suara Raymond menginterupsi, "Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan Zian Wibisana di sini"
Alula langsung berkata ke Zena, "Mana buku thriller yang sedang kamu baca?"
Zena langsung menarik tangan Alula ke rak favoritnya di saat Raymond mengulurkan tangannya ke Zian.
Zian menatap Raymond dengan wajah datar dan menyambut uluran tangannya Raymond dengan kaku, karena dia cemburu.
Sedangkan Raymond terus mengulas senyum lebar, karena dia merasa di atas angin, dia merasa semua pria di depannya saat ini bukan tandingannya. "Aku tunangannya Lulu"
"Lulu?!" Zian menautkan kedua alisnya lalu mengeraskan geraham.
"Aku dan Lulu, emm, maksudku Alula, teman sejak kecil. Sejak kami TK. Kami dekat dan tumbuh bersama, karena Mamaku sahabatan sama mamanya Alula. Lalu, kami bertunangan. Kami akan menikah setelah kami lulus kuliah nanti. Jangan punya niat apapun pada Lulu, karena Lulu hanya akan menjadi milikku"
Zian tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya.
Bimo melihatnya dan sahabatnya Zian itu langsung berkata ke Raymond, "Aku akan tunjukkan paket buku thriller best seller selain Yakumo"
Raymond menoleh ke Bimo, "Oke, ayo!"
Bimo langsung menarik tangan Raymond sebelum bogem mentahnya Zian melayang tanpa ijin dari pemiliknya.
Zian memukul tembok di sampingnya sambil menggeram, "Lulu apa hah?! Enak aja kasih panggilan sejelek itu ke Alula, cih!"
Zian mengedarkan pandangannya untuk mencari Zena dan Alula sambil bergumam kesal, "Menikah apanya menikah?! Alula tidak menyukaimu, bodoh!"
Zian lalu berbalik badan lalu memilih masuk ke dalam mobilnya untuk menenangkan diri. Dia menyalakan AC dan menyandarkan kepalanya ke jok mobil.
Belum genap lima menit Zian menyandarkan kepalanya di jok mobil, cowok tampan itu menegakkan kepalanya sambil memekik kaget, "Sial! Kenapa aku malah di sini?! Dia bisa bawa Alula pergi" Zian langsung mematikan mesin mobil lalu bergegas turun dari dalam mobil dan berlari kencang ke toko buku milik ortunya Bimo.
"Mana dia?" Tanya Zian ke Bimo yang membukakan pintu untuknya.
"Siapa? Raymond? Kamu harus berterima kasih dengan benar sama aku, karena aku berhasil membuatnya pergi dari sini tanpa Alula" Bimo meringis bangga di depan Zian.
"Kok bisa?"
"Aku bilang kalau ternyata buku paket novel thriller selain Yakumo ada di toko buku ortuku yang ada di jalan Arjuna 11 dan dia langsung meluncur ke sana tanpa Alula"
"Kenapa dia sangat menginginkan buku itu?"
"Alula menyukai novel thriller dan karena Yakumo udah berhasil kamu dapatkan......"
Zian melotot ke Bimo.
"Tenang. Aku tidak bilang kalau kamu yang udah dapatkan Yakumo"
"Lanjutkan!"
"Maka Raymond nyari paket novel thriller best seller yang lainnya. Dia ingin surprisin Alula pakai paket novel thriller best seller di hari peringatan satu tahun pertunangan mereka"
"Satu tahun pertunangan" Gumam Zian dengan wajah lesu.
Saat Bimo ingin menanyakan ke Zian apakah Zian naksir Alula, suara Zena menginterupsi, "Kak! Waktunya bayar terus kita pergi cari makan. Aku lapar"
Zian berbisik ke Bimo, "Aku akan traktir kamu sepuasnya untuk kecerdasan kamu yang sudah berhasil menjauhkan Raymond dari Alula"
"Siap, Bro!" Pekik Bimo dengan senyum semringah.
Zian lalu melangkah ke kasir dan mbak kasir berkata ke Zian, "Totalnya dua ratus dua puluh empat ribu rupiah"
"Kok dikit? Punya Kak Lula yang mana?" Tanya Zian.
"Kak Lula nggak beli, karena Kak Lula udah dapat paket novel Yakumo dari Kakak" Sahut Zena.
"Oh jadi......" Bimo tidak bisa melanjutkan ucapannya karena tangan Zian dengan cepat membekap mulut Bimo.
Alula tersenyum dan berkata, "Aku tidak menemukan karya Keigho, jadi, ya tidak beli. Apa vouchernya berlaku untuk alat tulis?"
Zian menoleh ke Bimo sambil menarik telapak tangannya dari mulut Bimo.
"Bisa" Sahut Bimo dengan cepat.
"Oke. Tunggu sebentar, emm, aku akan memilih beberapa alat tulis" Alula tersenyum ke semuanya.
"Tidak usah buru-buru!" Sahut Zian.
"Mana boleh begitu. Zena udah lapar" Alula lalu berlari kecil ke rak alat-alat tulis.
"Aku juga boleh beli alat tulis, Kak?" Zena menarik ujung kaos kakaknya.
"Kamu udah beli buku segitu" Zian mendelik ke Zena.
"Aku kasih gratis deh untuk Zena" Sahut Bimo.
"Wah, makasih Kak Bimo" Zena memeluk singkat Bimo lalu dia berlari kecil menyusul Alula. Bimo meringis senang dapat pelukan dari Zena meskipun singkat banget.
Alula meletakkan satu pack krayon, satu pensil gambar, dan satu kanvas kecil di meja kasir. Sedangkan Zena meletakkan pensil, bolpoin, dan tempat pensil serba Hello Kitty.
"Biar aku yang bayar semuanya. Kamu simpan saja vouchernya. Bisa kamu pakai kapan pun nanti" Zian menyodok perut Bimo.
"Iya, vouchernya nggak ada expired date-nya" Sahut Bimo dengan cepat.
"Mana boleh begitu?" Protes Alula.
"Anggap saja sebagai hadiah hari jadi pertemanan kita yang ke tiga" Jawab Zian sekenanya sambil menyerahkan kartu debitnya ke mbak kasir.
"Tiga apa?" Sahut Zena.
"Tiga hari" Jawab Zian dengan santainya.
Zena mengulum senyum sedangkan Alula melongo heran dengan ucapannya Zian.
Bimo menatap Zian dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Fixed! Nih anak naksir Alula. Batin Bimo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Cakrawala
semoga sesuai ekspektasi ya Ray ... dn untuk Zian semangat berjuang mumpung janur kuning belum melengkung
2025-04-05
0
Cakrawala
sudah bisa menggombal Alula nya
2025-04-05
0
Miu Nh.
dahh... dah mulai bisa ngegombal kamu Al 😅
2025-04-04
0