Zena mengerjakan soal matematika dengan lebih mudah dan cepat berkat pengajarannya Alula. Alula tersenyum melihat Zena dengan semangat mengerjakan semua soal matematika.
Alula tersenyum ke Zena setelah mengecek pekerjaannya Zena lalu berkata, "Kamu cerdas. Kamu mudah paham"
"Berarti semua pekerjaan Zena benar?"
"Benar semua. Kamu benar-benar cerdas. Kak Lula senang sekali mendapatkan murid secerdas kamu" Alula tersenyum lebar ke Zena.
Zena refleks memeluk Alula sambil berkata, "Terima kasih, Kak"
Alula sontak mematung. Sejak papanya meninggal dunia, dia tidak pernah merasakan pelukan hangat seperti ini.
Matanya mendadak merasa panas dan ingin melelehkan airmata. Lalu, dengan cepat Alula menarik diri dari pelukannya Zena sebelum dirinya benar-benar meneteskan airmata. Alula kemudian bergegas berkata, "Ini belum satu jam dan kamu sudah selesaikan semua soal dengan sangat baik. Emm, mau bantu Kakak masak mie goreng Jawa?"
Zena membeliak kaget, "Kakak bisa masak?"
"Bisa. Kakak sendirian di rumah, jadi harus masak sendiri"
"Ayo" Zena langsung bangkit berdiri.
Alula tersenyum senang lalu menggandeng Zena ke dapur.
Saat Alula memakaikan celemek ke Zena, Zena memberanikan diri untuk bertanya, "Mamanya Kakak kerja, ya?"
"Iya. Mamanya Kakak kerja menjadi dokter bedah umum di rumah sakit Kasih Bunda" Alula berkata sambil mengeluarkan telur dan ayam dari dalam lemari es.
"Hah?! Serius?! Papanya Zena juga kerja di sana" Zena membantu mengeluarkan sayur sawi sendok dan daun bawang dari dalam lemari es.
"Benarkah?" Alula menoleh kaget ke Zena.
"Iya. Nama papanya Zena, Johny Tien Wibisana" Ucap Zena sambil mencuci sayur di wastafel.
"Kok ada dua marga di nama Papa kamu? Marga Tiongkok dan Jawa, ya?" Tanya Alula sambil mencuci ayam, bersebelahan dengan Zena.
"Iya. Neneknya Zena orang Tiongkok, namanya Maria Tien dan Kakeknya Zena orang Jawa, namanya Zayan Wibisana. Makanya Papa kasih nama anak-anaknya berhuruf depan Z semuanya. Ngikutin nama kakek, hehehehe"
"Nama kamu bagus, kok. Nama Kakak kamu juga bagus. Unik. Jarang lho ada orang punya nama berhuruf depan Z" Alula tersenyum ke Zena.
"Terima kasih, Kak. Nama Kakak juga bagus. Cocok untuk Kakak yang manis dan baik" Zena tersenyum ke Alula.
"Kamu juga cantik. Kulit kamu putih banget. Kakak iri, nih. Kulit Kakak nggak seputih kamu"
"Justru kulit yang seperti Kakak ini banyak disukai cowok"
"Ish! Masih kecil udah ngebahas cowok aja, nih" Alula terkekeh geli.
Zena ikut terkekeh geli.
"Kok, masak banyak banget, Kak?" Tanya Zena.
"Sekalian mau mengembalikan wadah bolu pandan milik Mama kamu. Kalau dikembalikannya kosong, kan, nggak sopan. Nanti mau Kakak isi dengan mie goreng Jawa bikinannya Kakak ini" Jawab Alula sambil memainkan spatula di dalam wajan penggorengan yang cukup besar.
"Zena lap dulu wadahnya, ya" Ucap Zena.
"Iya, terima kasih" Sahut Alula sambil melemparkan senyuman ke Zena.
Zena tersenyum lebar ke Alula.
Punya Kakak perempuan enak, ya, apalagi yang pandai memasak dan pandai matematika kayak Kak Alula. Aku mendadak sayang banget sama Kak Alula. Batin Zena sambil menatap punggung Alula yang tengah meliuk-liuk mengikuti gerakan tangan kanan yang tengah memainkan spatula di atas penggorengan.
Alula mengajak Zena makan sebelum mengantarkan Zena pulang.
"Emm, enak banget, kak. Kakak bisa buka warung bakmi Jawa, nih, pasti laris manis" Zena tersenyum lebar ke Alula.
"Bisa aja kamu. Cuma mie sederhana seperti ini masak laris manis"
"Iya. Beneran. Nanti Mama dan Kak Zian pasti suka banget mie ini dan mereka pasti kasih rate 10/10"
"Hahahahaha! Kamu bisa saja" Alula tertawa kecil di depan Zena dan Zena sontak nyengir di depan Alula.
"Kamu anak kelas tiga SMP yang cantik dan cerdas. Pasti banyak cowok yang ngantre buat dapetin kamu" Alula memberikan senyum menggoda ke Zena. "Udah punya pacar belum?"
Zena mengibaskan tangan di depan wajahnya, "Belum. Kak Zian itu galak banget. Kalau ada cowok yang mau ke rumah dia pasti interogasi sampai detail dan pakai bersedekap. Lama-lama menyusut deh cowok yang mau main ke rumah"
Alula sontak tertawa ngakak mendengar ucapannya Zena. "Memangnya Kakak kamu galak banget, ya"
"Iya. Semua cowok tentu saja jadi kapok main ke rumahnya Zena" Zena melancipkan bibir dan Alula kembali tergelak geli.
Sementara itu Zian sontak bersin-bersin, "Hatchi, Hatchi!!! Sial! Siapa yang berani membicarakan aku saat ini" Zian mengusap pucuk hidungnya.
Beberapa menit kemudian, Zian merentangkan kedua tangannya ke atas setelah dia selesai mengetik bab satu skripsinya. Zian lalu berdiri dan berbalik badan ke pintu kamar. Dia hendak melangkah lalu limbung dsn terjatuh ke kasur dengan posisi miring.
"Sial! Kenapa tiba-tiba kepalaku terasa berat banget, nih. Aku harus bangun dan njemput Zena" Zian berusaha bangun dan ambruk lagi.
Saat Zian tengah berusaha bangun untuk yang kedua kalinya, terdengar pekik panik mamanya, "Zian! Kamu kenapa?!"
Zian menggumam lemah, "Zian kayaknya demam, Ma. Tadi kehujanan dari kantin depan kampus ke perpus, habis itu Zian minum es dan pas ngegowes pulang kena gerimis"
"Tidur yang benar" Mamanya Zian membetulkan letak tidurnya Zian.
Lalu, wanita berumur empat puluh tujuh tahun yang masih sangat cantik, karena dia adalah mantan atlet voli nasional, berkata ke putra sulungnya, "Kamu tunggu bentar!"
Zian hanya mampu mengangguk sekali dan tampak ringkih banget.
Beberapa menit kemudian mamanya Zian kembali ke kamarnya Zian bersama Alula dan Zena.
Melihat Alula berdiri di samping ranjangnya, tentu saja Zian membeliak kaget, "Ma! Kenapa bawa Alula ke sini?!"
"Untuk memeriksa kamu. Dia, kan, fakultas kedokteran. Kalau nunggu Papa kamu kelamaan" Pekik Mamanya Zian.
"Cuma flu biasa, Ma. Ambilkan obat flu saja. Kenapa harus bawa Alula ke sini?" Zian memejamkan mata dengan wajah frustasi.
Melihat Alula kebingungan dan canggung, mamanya Zian langsung berkata, "Duduk saja dan periksa dia! Mama, eh, Tante akan turun Ke bawah ambil obat"
"Ah, baik, Tante" Jawab Alula dengan canggung.
Mamanya Zian menarik tangan Zena, "Bantu Mama cari obatnya"
Zena menuruni anak tangga sambil bertanya ke mamanya, "Mama suka sama Kak Alula, ya?"
"Suka banget. Dia manis, pandai masak, dan bisa ngajarin kamu Matematika. Mama mau deketin dia sama Zian, kamu setuju, kan?"
"Lalu, apa kabarnya Kak Sarah si anak camat itu? Mama juga menyukainya, kan? Lagian Kak Sarah udah terang-terangan bilang kalau dia naksir Kak Zian. Dia anak teman arisannya Mama juga, kan?"
"Ish! Kalau dibandingkan Alula, Mama lebih suka Alula. Sarah itu sedikit menor kalau dandan dan manja banget. Nggak bisa masak dan dia cuma anak ekonomi. Ngajarin Matematika ke kamu, kamu juga nggak mudeng-mudeng, kan?"
"Iya. Zena juga lebih suka Kak Alula"
"Makanya biar mereka lebih deket, kita ambilnya obat agak lamaan dikit, hihihi"
Zena dan mamanya terkikik geli bersamaan sambil menutup mulut mereka pakai tangan.
Sementara itu, Alula menempelkan ujung stetoskop ke dada Zian. Mamanya Zian meminjamkan stetoskop milik suaminya ke Alula.
Sial! Mama memang suka ngawur! Kenapa ajak Alula ke sini untuk memeriksa Zian. Batin Zian sambil menutup wajahnya dengan lengannya.
"Kenapa jantung kamu berdebar sangat kencang?"
Zian sontak menarik lengannya lalu membuka mata dan menatap Alula.
Mata Alula dan Zian beradu.
Alula memandangi kedua bola mata Zian yang ternyata kalau dilihat dari dekat berwarna kecoklatan. Alula merasa nyaman memandang kedua bola mata itu.
Zian juga memandangi bola mata hitamnya Alula yang ternyata dinaungi bulu mata lentik dan dihiasi dua alis seperti bulan sabit. Cantik dan manis. Zian terhipnotis bola mata indah itu.
Saat keduanya terhanyut di dalam kekaguman mereka masing-masing, tiba-tiba terdengar pekik suara anak gadis yang sangat memekakkan telinga, "Zian! Kamu kenapa?! Kamu, kok, bisa sakit?! Dan kamu siapa?!"
Zian kembali menutup wajahnya dengan lengannya dan menarik napas panjang lalu menghembuskannya kasar.
"Kamu siapa?" Alula balik bertanya.
"Aku calon istrinya Zian. Namaku Sarah"
Zian langsung menarik lengannya dan menoleh ke Sarah, "Calon Istri apa, hah?! Jangan asal ngomong dan.......hei! Alula! Kamu mau ke mana, hah?!"
"Calon Istri kamu udah datang, aku nggak mau ganggu" Alula berlari kecil meninggalkan kamar Zian.
Zian sontak bangun dan melotot ke Sarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
mama Al
sudah dekat aja ama Zena
2025-03-17
1
Elisabeth Ratna Susanti
terima kasih banyak untuk supportnya 🥰
2025-03-18
1
Cakrawala
mwr merh di malm selasa
2025-03-17
0