"Beri salam sama Papa baru kamu dan kalau kamu belum siap manggil dia Papa, kamu bisa manggil Om, nggak papa, kan, Sayang?" Mamanya Alula menoleh ke pria yang bernama Alex.
Pria itu melempar senyum ke Alula dan berkata, "Nggak papa. Panggil Om atau apalah terserah Alula saja"
Alula mengepalkan kedua tangannya dan menautkan kedua alisnya. Bibirnya tampak mengerucut kecil.
Melihat Alula diam mematung, makannya Alula kembali berkata, "Lalu, sapa Kakak tiri kamu. Leo. Dia satu kampus denganmu. Dia ambil Hukum. Hampir lulus. Leo tiga tahun lebih tua dari kamu"
"Hai" Leo melambaikan tangan ke Alula.
Alula melirik tajam ke Leo lalu gadis itu berlari ke lantai atas dan berlari lebih kencang menuju ke kamarnya. Alula menutup pintu kamar dengan sangat keras, brak!
Semua orang tersentak kaget dan melihat ke atas. Mamanya Alula lalu berkata ke Alex dan Leo, "Maafkan Alula"
"Tidak apa-apa" Alex melambaikan tangannya.
Leo hanya melempar senyum canggung.
"Emm, aku bicara dulu dengan Alula. Kalian makan saja dulu" Mamanya Alula kemudian berlari kecil ke kamarnya Alula.
Alula menenggelamkan wajahnya di bantal kesayangannya dan menangis sekencang-kencangnya di sana.
Alula serasa ingin menghilang dari muka bumi ini, tapi dia tidak mau mengikuti jejak mendiang ayahnya. Dia takut dosa dan takut bergentayangan di dunia ini. Namun, kenyataan demi kenyataan yang harus dia terima sangat menyakitkan. Dia tidak tahan lagi, tapi tidak tahu dia harus berbuat apa.
Alula terpaksa terlentang saat bahunya ditarik paksa.
"Duduk!" Mamanya Alula mendelik ke Alula.
Alula memaksa tubuhnya untuk duduk hanya demi menghormati seorang ibu yang sudah melahirkan dirinya di dunia ini.
Mamanya Alula kemudian melipat tangan di depan dada lalu berkata, "Jangan membenci Mama, karena Mama jarang ada untuk kamu! Jangan menganggap Papa kamu itu malaikat, hanya karena dia selalu ada buat kamu!"
"Tapi, hati Lula tidak bisa disetir, Ma. Memang kenyataannya Lula lebih dekat sama Papa ketimbang sama Mama, karena Papa selalu ada buat Lula" Alula berkata dengan wajah sembab dan bibir melengkung ke bawah. Pandangan Alula mengarah ke kedua kaki mamanya, karena Alula merasa muak menatap wajah cantik mamanya. Wajah cantik yang penuh dengan kemunafikan. Itu penilaian Alula selama ini terhadap ibu kandungnya sendiri.
Alula mendengar mamanya menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian, Alula mendengar mamanya berkata, "Tatap Mama!"
Alula mengangkat malas wajahnya.
"Papa kamu terlibat judi online dan kafenya terjual karena hutangnya mulai menggunung. Mama tidak tahan hidup dengan penjudi, lalu Mama minta cerai"
Alula hanya diam membisu. Telinganya dia buat beku dan tidak bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh mamanya. Pandangannya Alula mengarah ke bola mata mamanya, tapi tampak kosong.
"Kamu dengar Mama?!" Teriak mamanya Alula.
Alula tergagap lalu menggelengkan kepala, "Aku tidak mau dengar kalau Mama menjelekkan Papa"
"Oke, baiklah! Anggap saja si penjudi dan si pecundang itu malaikat di mata kamu. Namun, Mama tidak bisa. Mama akhirnya meminta cerai dan demi menjaga perasaan kamu, kami tidak mengatakan ke kamu soal perceraian kami. Paling nggak sampai kamu berulangtahun. Kami akan katakan semuanya setelah kamu berulangtahun, tapi papa kamu malah bunuh diri. Dasar pengecut!"
"Cukup Ma! Jangan hina Papa! Mama boleh lakukan apapun yang Mama inginkan, tapi Lula mohon jangan hina Papa!" Alula berkata di sela derai airmatanya.
Mamanya Alula mendengus kesal lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan kamarnya Alula.
Alula kembali menenggelamkan wajahnya di bantal kesayangannya dan menangis sejadi-jadinya di sana.
Alula kemudian tertidur dan bangun karena bunyi notifikasi di telepon genggamnya. Alula duduk di tepi ranjang dan menoleh ke jam dinding. Jam setengah sebelas. Alula kemudian bangkit berdiri dan menyeret langkahnya untuk keluar dari kamarnya. Dia butuh minum karena tenggorokannya terasa sangat kering. Alula membenturkan keningnya pelan ke lemari es sebelum dia membuka lemari es. Kepalanya terasa pening karena menangis terlalu lama.
Setelah selesai menenggak satu gelas air putih dingin, Alula menutup lemari es dan saat gadis itu berbalik badan, dia dikejutkan dengan kemunculan Leo. Alula menggeser langkahnya ke samping dengan cepat, karena dia melihat Leo tersenyum aneh padanya.
Leo mengangkat kaleng berwarna biru ke udara lalu berkata dengan suara aneh, "Hai! Ayo temani aku minum! Papa aku dan Mama kamu udah tidur. Kita bisa minum bareng dan melakukan........"
Dia mabuk. Aku harus cepat-cepat lari ke kamarku. Batin Alula.
Alula berbalik badan dengan cepat, tapi saat dia hendak berlari ke kamarnya, Leo berhasil mencekal pergelangan tangan kanannya Alula.
Leo menarik pergelangan tangan Alula dan Alula jatuh ke pelukan Leo.
Leo terkekeh lirih lalu pemuda itu berkata sambil mengusap pelan punggung Alula.
Alula sontak mematung.
"Kamu manis sekali. Aku rasa aku naksir kamu pada pandangan pertama, Alula. Aku tidak peduli kamu itu adik diriku. Ayo kita having fun di kamar" Leo mendekap erat Alula dan menciumi rambut Alula.
Alula merinding dan refleks Alula menyarangkan lututnya ke junior pemuda itu. Saat pemuda itu mengerang kesakitan, Alula mendorong dada pemuda itu dengan sangat keras.
Saat Leo terjengkang jatuh ke lantai, Alula berlari cepat ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan napas ngos-ngosan lalu dengan tangan gemetaran dia mengunci pintu kamarnya.
Gadis itu kemudian melompat ke ranjang dan duduk di tengah ranjang sambil memeluk kedua lututnya. Hati Alula mencelos saat dia mendengar pintu kamarnya diketuk tanpa jeda yang dibarengi dengan teriakan, "Buka pintunya! Buka pintu, Lula! Jangan sok suci! jangan jual mahal! Ayo kita having fun! Buka pintu!"
Alula melompat dari atas ranjang dan berlari cepat ke pintu balkon. Setelah membuka pintu balkon, dia turun secara perlahan ke atap garasi mobil lalu melangkah pelan ke bawah. Gadis itu kemudian turun ke bawah lewat pintu gerbang dan bernapas lega saat dia berhasil menginjakkan kaki di lantai bawah.
Alula melihat ke atas dan deg! Matanya bertemu dengan matanya Leo. Alula berbalik badan lalu menyandarkan punggungnya ke pintu gerbang dengan jantung berdegup kencang. Selang beberapa menit, Alula melihat ke atas lagi dan menghela napas lega karena Leo sudah menghilang. Gadis itu kemudian bergumam, "Aku takut kembali ke kamar. Lalu, aku harus ke mana?"
Alula melihat ke rumahnya Zian dan menemukan bentuk rumah Zian sama dengan bentuk rumahnya. Mudah untuk dipanjat gerbangnya dan dia juga bisa naik atap garasi mobil rumahnya Zian. Alula mendongak ke atas dan bergumam, "Itu pasti kamarnya Zian" Gumam Alula.
Alula kemudian berlari ke gerbang rumahnya Zian, memanjat gerbang itu lalu dia berjalan di atas atap garasi mobil dan berhasil sampai ke balkon. Alula mengetuk pelan pintu balkon.
Zian yang masih merevisi skripsinya, tersentak kaget mendengar pintu balkonnya diketuk dan ada suara lirih seorang wanita memanggil-manggil namanya.
Zian bangkit berdiri dan berlari ke pintu balkon. Dia menyibak tirai dan tersentak kaget. "A.....Alula?" Zian membekap mulutnya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menarik pintu balkon.
Alula mendorong Zian masuk lalu gadis itu menutup pintu sliding balkon, mengunci, dan dengan cepat menarik gorden.
Zian melotot melihat kecepatan tangan Alula.
"Maafkan aku kalau aku mengagetkan kamu" Alula membungkukkan badan di depan Zian.
Zian menatap belahan rambutnya Alula lalu menarik tangannya dari mulutnya secara perlahan. Keterkejutannya belum hilang sepenuhnya. Zian masih butuh waktu untuk mencerna apa yang ada di depannya saat ini.
Melihat tidak ada sahutan, Alula menegakkan badannya lalu menangkupkan kedua tangan di depan dada sambil berkata, "Aku boleh tidur di sini malam ini? Aku bisa tidur di lantai atau di sofa itu" Alula menunjuk sofa single yang panjang tanpa sandaran yang terpasang di ujung ranjangnya Zian.
Zian mundur beberapa langkah ke belakang saking kagetnya. Kedua alis Zian terangkat ke atas dan rahangnya tertarik ke bawah.
"Aku, emm, aku tidak tahu harus ke mana lagi. Kalau tidak boleh menginap di sini, baiklah" Alula berbalik badan dan dengan cepat Zian melompat sambil menahan pundak Alula, "Tunggu!"
Alula memutar badan dan dengan cepat Zian menarik tangannya dari pundak Alula sambil berkata, "Maaf aku sudah menyentuhmu"
"Jadi, boleh?" Tanya Alula dengan wajah memohon.
"Katakan dulu alasannya? Kenapa kamu tiba-tiba naik ke balkonku dan mengetuk pintu balkonku di jam......" Zian melirik jam dinding, "Sebelas malam?" Zian mendelik kaget ke Alula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Cakrawala
iya judi mmg slh tp plis jgn mnjlekn dia di depn Alula.. brthu Alula dgn cr yg baik dn lmbut Ma biar Alula bisa mengerti./Sob/
2025-03-19
0
Diana (ig Diana_didi1324)
kayaknya Alula tdk suka sama Papa barunya atau butuh adaptasi dulu mungkin
2025-03-20
0
mama Al
ada benarnya juga sih perempuan mana yang tahan yang suka judi
2025-03-19
0