Merona Malu

Zian lalu tersenyum ke Alula dan berkata, "Terima kasih udah mau menemani aku makan siang dan mau menemaniku beli buku sama Zena nanti sore"

"Sebagai balas budi, karena kemarin kamu mau menampung aku semalaman. Menampung seekor kucing yang kedinginan dan malang" Alula menunduk, karena dia tidak kuat melihat terlalu lama wajah tampannya Zian yang dihiasi senyuman.

"Kucing? Bagiku kamu tidak nampak seperti kucing" Sahut Zian dengan seringai menggoda.

Alula mengangkat wajahnya dan spontan berkata, "Kamu jelek kalau menyeringai seperti itu"

"Oh, berarti aku ini tampan di mata kamu?"

"Si.....siapa yang mengatakan kamu tampan?" Alula memalingkan wajahnya.

"Kamu bilang kau jelek kalau menyeringai berarti aku ini tampan kalau aku tidak menyeringai" Zian terkekeh geli.

Alula menatap Zian kembali dan menyemburkan, "Ish! Narsis. Kalau di mata kamu aku bukan kucing, lalu apa?"

"A Puppy"

"Kenapa?"

"Karena kucing itu tidak tahu balas budi. Kalau Puppy itu tahu balas budi dan Puppy itu lebih menggemaskan daripada kucing" Zian tersenyum lebar ke Alula.

Deg! Hati Alula kembali berdesir hebat dan kini perutnya seperti didesak ribuan sayap kupu-kupu.

"Enak aja ngatain aku anak anjing" Alula mendengus kesal ke Zian untuk menyembunyikan rasa bahagianya dipuji Zian menggemaskan seperti anak anjing.

Zian memperlebar senyumannya.

Kenapa dadaku berdesir aneh melihat senyumannya Zian. Batin Alula sambil memasukkan semua sampah ke dalam paper bag.

Saat Alula hendak memasukkan wadah makanan ke dalam tas selempangnya, Zian dengan cepat menarik wadah makanan itu sambil berkata, "Aku akan membawanya pulang"

"Tapi aku belum mencucinya"

"Aku ahli mencuci wadah makanan" Sahut Zian sambil memasukkan wadah makanan ke dalam tas ranselnya.

Alula mendengus geli lalu berkata, "Ternyata memang benar kamu banyak keahliannya, ya"

Zian terkekeh geli lalu bangkit berdiri sambil mengangkat tas ranselnya.

Alula ikut berdiri sambil menyampirkan tas selempangnya ke pundak kiri.

Saat Zian sudah siap melangkah, Alula berkata, "Aku boleh ikut kamu sampai depan?"

Zian tersenyum dan menganggukkan kepala, "Oke"

Alula menoleh ke belakang lalu melihat ke setiap rak buku yang dia lalui dan itu membuat Zian tergelitik untuk bertanya, "Kamu mencari buku apa?"

Alula menoleh kaget ke Zian yang masih berjalan mengiringi langkahnya.

"Nanti bisa beli di toko buku" Tambah Zian.

"Oh, itu, emm, buku detektif paranormal Yakumo. Aku sangat menyukai Yakumo" Alula terpaksa berbohong, karena dia memang tipe orang yang tidak suka menceritakan apa yang dirasakan, apa yang dia alami, dan menceritakan dirinya sendiri. Dia tidak ingin Zian tahu mengenai Leo dan apa yang sudah dia alami semalam, karena dia tidak ingin Zian menjauhinya. Dia ingin memiliki teman kali ini. Hanya satu dan itu Zian. Dia sejak kecil hanya memiliki satu teman, yakni Raymond. Namun, karena perjodohan, dia menjaga jarak dengan Raymond.

Zian menoleh ke Alula sambil menyeimbangkan langkah kakinya dengan langkah kaki Alula, "Kamu suka buku Thriller, ya?"

Alula mengerjap lalu menatap lantai di depannya dan hanya menganggukkan kepala sambil melangkah pelan.

Dia dingin lagi. Lirik Zian.

"Kamu lebih suka buku thriller apa detektif?" Tanya Zian sambil menahan pintu lift untuk Alula.

Alula melangkah masuk ke dalam lift sambil menjawab singkat, "Dua-duanya"

Alula dan Zian diam membisu. Zian kehabisan kata-kata.

Saat lift terbuka di lantai satu, Zian kembali menahan pintu lift untuk Alula dan Alula melangkah keluar dari dalam lift dengan wajah was-was.

Leo bakalan mengikuti aku, nggak, ya? Aku takut. Aku tidak tahu dia dari fakultas apa? Aku takut dia tiba-tiba muncul di depanku. Kenapa juga aku harus satu univ dengan b*j*ng*n itu? Alula menoleh ke kanan dan ke kiri dengan wajah was-was.

"Kamu mengkhawatirkan apa?" Tanya Zian saat dia melihat Alula kembali menoleh ke kiri dan ke kanan.

Alih-alih menjawab pertanyaannya Zian, Alula menghadap Zian dan menatap Zian.

Aku butuh Zian. Paling nggak sampai ke fakultas kedokteran. Aku takut diikuti sama Leo. Batin Alula.

"Ada apa?" Tanya Zian dengan alis bertaut.

"Emm, apakah kamu bawa payung?" Alula menunjuk dagu ke depan.

Zian memutar kepalanya ke depan, "Ah, iya. Hujan. Aku bawa payung dan bawa mobil. Ayo aku antar sampai ke fakultas kedokteran"

Alula menganggukkan kepala lalu bergegas tersenyum sambil berkata, "Terima kasih"

Untung ada Zian. Batin Alula.

Zian tersenyum lebar lalu memayungi Alula menuju ke parkiran mobil.

Zian merendahkan lengannya agar payungnya condong ke Alula dan membiarkan pundak kirinya terkena air hujan.

Zian melihat Alula sesekali menoleh ke belakang lalu menoleh ke kiri dan ke kanan.

"Kamu sebenarnya dari tadi mencari apa? Atau kamu takut akan apa? Atau siapa?" Tanya Zian sambil membukakan pintu mobil untuk Alula.

Alula menoleh kaget ke Zian lalu menjawab cepat, "Aku tidak mencari apa-apa"

Sial! Jarak wajah kami dekat banget saat ini dan dia tampak manis banget saat ini. Bibirnya .......astaga bibirnya! Bibirnya kenapa merekah seperti itu? Jakun Zian bergerak naik turun dengan darah yang meluncur cepat dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

"Kamu bisa sakit kalau kelamaan kena hujan seperti itu"

Ucapan Alula membuat Zian mengerjap kaget lalu cowok tampan itu berdeham sembari menyerahkan payung ke tangan Alula.

"Buruan masuk mobil Zian dan bawa payungnya!" Pekik Alula.

Zian dengan cepat berlari kecil sambil berkata, "Kamu juga buruan masuk!"

Zian kemudian berlari kecil mengitari kap mobil saat Alula melipat payung.

Alula bergegas masuk ke dalam mobil dan dia mengelap rambut basahnya dengan tissue yang dia ambil dalam tas selempangnya saat Zian masuk ke dalam mobil.

"Zian...."

"Hmm..." Zian menoleh ke Alula sambil mengelap rambut basahnya dengan tissue.

"Se.....sepertinya sabuk pengamannya macet" Alula menarik-narik sabuk pengaman dengan susah payah.

"Boleh aku membantu kamu memakaikan sabuk pengaman?"

Alula menoleh ke Zian dan menganggukkan kepala.

Zian berkata, "Permisi," sambil menarik sabuk pengaman dan memegang sabuk pengaman itu dengan tangannya tanpa menyentuh Alula.

Alula memundurkan wajahnya dan meremas kedua ujung blusnya. Gadis manis itu bahkan memejamkan mata rapat-rapat dan menahan napas.

Zian membantu memasang sabuk pengaman ke pinggangnya Alula dan memastikan dirinya tidak terlalu dekat atau terlalu jauh. Setelah memastikan sabuk pengaman terpasang dengan baik dan tidak terlalu longgar atau terlalu ketat, Zian menarik tubuhnya dengan cepat ke belakang kemudi mobil.

"Terima kasih" Ucap Alula sambil memalingkan wajah merah meronanya ke kaca mobil.

"Hmm" Sahut Zian dengan debaran jantung abnormal.

Setelah melajukan mobil sportnya, Zian menyalakan tape mobil dan lagu-lagu pop terbaru kesukaannya diputar.

Lagu cinta dengan lirik romantis yang diputar di tape mobilnya Zian, membuat Alula menoleh ke Zian dan berkata, "Kamu suka lagu-lagu seperti ini?"

Zian menoleh sekilas ke Alula lalu berkata, "Aku suka semua jenis musik. Rock, slowrock, disko, jedag-jedug remix, pop, aku suka semuanya"

"Jedag-jedug remix?"

"Iya, yang ada di Tiktok" Sahut Zian.

"Oh"

"Kalau kamu?"

"Aku suka slowrock dan disko. Jedag-jedug remix oke juga"

Zian kembali teringat baju seksinya Alula pas Alula menari disko di kamarnya Alula. Jakun Zian kembali naik turun.

"Kamu punya suara bagus dan pandai main gitar. Kenapa tidak ikut casting pencarian bakat?"

Zian mengerjap kaget lalu menoleh sekilas ke Alula, "Aku tidak suka jadi artis. Dunia panggung bukan passionku"

"Oh"

"Kalau kamu? Kamu suka fotografi kenapa ambil kedokteran? Kamu juga suka baca kenapa tidak ambil sastra?"

"Mamaku yang membiayai semuanya jadi aku harus ikuti apa kemauannya. Sebenarnya aku suka........" Alula menghentikan ucapannya.

"Sebenarnya kamu suka....apa?" Zian menoleh sekilas ke Alula.

"Lupakan saja. Tidak penting"

Zian kemudian meminggirkan mobilnya lalu menoleh ke Alula, "Kamu bisa katakan apapun ke aku. Kita toh sudah sekamar semalam"

Deg! Wajah Alula memerah malu dan gadis manis itu refleks menepuk keras dada Zian.

"Ugh!" Zian refleks mengaduh.

Alula terperanjat lalu refleks mengusap dada Zian, "Maafkan aku. Aku tidak sengaja menepuknya terlalu keras. Makanya jangan bercanda kayak tadi"

Zian mendengus geli lalu bertanya dengan hati-hati, "Sampai kapan kamu mau mengusap dadaku seperti ini?"

Alula mengerjap kaget lalu menarik tangannya dari dada Zian dengan cepat.

Gadis manis itu kemudian membuka sabuk pengaman dengan cepat dan buru-buru membuka pintu mobil. Sebelum Zian sempat mencegah Alula turun, gadis manis itu sudah melompat turun lalu berlari menerjang hujan menuju ke fakultas kedokteran yang sudah berjarak dua ratus meter dari mobilnya Zian.

Zian terkekeh geli melihat sikap konyolnya Alula.

"Sial! Dia sangat manis dan menggemaskan" Zian meraup kasar wajah tampannya.

Terpopuler

Comments

mama Al

mama Al

kopi untuk Zian

2025-03-23

0

anggita

anggita

👆👆.... 2iklan

2025-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!