"Kamu suka fotografi?" Tanya Zian sambil menyerahkan lembar foto polaroid ke Alula. "Tadi jatuh"
"Oh, terima kasih" Alula menerima foto polaroid itu lalu memasukkannya ke dalam tas selempang kainnya.
"Bagus hasilnya. Pakai kamera instan model apa?" Tanya Zian sambil membantu Alula meletakkan buku-buku di rak yang semestinya.
"Murah, kok" Sahut Alula.
Lalu suasana hening.
"Kenapa suka fotografi? Padahal kamu anak kedokteran, kan? Kamu juga belum kasih tahu kamera instan kamu model apa?"
Alula hanya mengangkat kedua bahunya.
Sial! Susah juga ajak dia ngobrol,ya. Zian mengusap cepat ujung hidungnya.
Biasanya cewek-cewek yang berebut mengajak Zian mengobrol dan Zian tidak pernah berminat menanggapinya. Kini giliran dia ingin mengobrol panjang dengan seorang cewek, dia justru dihadapkan dengan cewek yang pelit bicara.
Sial! Kena karma kayaknya, nih, aku. Gara-gara sering nyuekin cewek, sekarang aku dicuekin sama cewek. Zian mengelus tengkuknya.
Alula berbalik badan lalu melangkah lebar meninggalkan Zian.
Zian tersentak kaget dan refleks mengekor langkah Alula sambil berteriak, "Hei! Mau ke mana?!"
Alula menghentikan langkahnya lalu menghadap Zian, "Ssstttt! Jangan teriak ini perpus!"
"Sori" Zian refleks menangkupkan tangan di depan dada.
"Mau ke mana?" Tanya Zian dengan suara lirih.
"Bukankah tadi kamu mengajak aku buru-buru menukar sepeda kita" Alula mengerutkan keningnya.
"Ah, iya. Lupa." Zian nyengir di depan Alula.
Alula mendengus lalu berbalik badan meninggalkan Zian.
Zian berlari kecil agar dia bisa mensejajarkan langkahnya dengan langkahnya Alula.
Zian melirik Alula. Tinggi dia hanya sampai di dadaku. Semakin dilihat, dia semakin manis dan dia pinter ternyata. Anak kedokteran, cuy! Bisa memperbaiki keturunan kalau aku bisa mendapatkannya. Papa pasti suka kalau aku dapat anak kedokteran semanis ini, hihihihi.
Papanya Zian yang seorang dokter sontak bersin di ruang prakteknya. Lalu, papanya Zian bergumam sambil mengusap ujung hidungnya, "Siapa yang membicarakan aku?"
Karena ingin kenal lebih dekat dengan Alula, Zian yang sebenarnya cuek dan tidak suka mengobrol dengan cewek, akhirnya membuka obrolan lagi, "Kamu suka sepeda laki, ya?"
"Itu sepeda Papaku" Sahut Alula singkat.
"Oh" Sahut Zian.
Sial! Kenapa dia pelit banget bicaranya. Batin Zian sambil menggaruk pucuk kepalanya.
"Kamu tahu bedanya anak komputer sama anak kedokteran?" Tanya Zian dengan harapan Alula bisa lebih mencair.
Alula hanya mengangkat bahunya.
"Anak komputer bisa disalahpahami waktu dia ditanya ambil apa? jawabnya ambil komputer, dipenjara dong ambil komputer, Hehehehe, tapi anak kedokteran aman. Anak kedokteran ditanya ambil apa? Jawabnya ambil kedokteran, aman, aman, kan" Cerocos Zian sambil mendengus geli.
Namun, usaha Zian sia-sia. Alula sama sekali tidak tersenyum, tertawa, terkekeh, atau sekadar mendengus geli. Alula hanya meneruskan langkah ke depan dengan wajah datar.
"Waktu aku bilang begitu ke temen-temenku, mereka tertawa lho. Kok kamu nggak?" Ucap Zian kemudian.
Alula menoleh ke Zian, "Oh, jadi kalian anak komputer suka membicarakan anak kedokteran?"
"Oh, tentu saja tidak" Zian langsung melambaikan tangannya.
"Nah, itu tadi apa?" Alula kembali mengarahkan pandangannya ke depan.
"Itu tadi positif, kan. Aku justru ngehina anak komputer tadi" Sahut Zian.
"Tetap saja membicarakan anak kedokteran" Dengus Alula.
Sial! Gue salah nyomot jokes. Dasar otak geblek! Zian menggaruk tengkuknya.
"Tapi tetap saja positif" Protes Zian.
"Mana gembok sepedaku?! Kamu merusaknya, ya?!" Alula menghentikan langkahnya di depan sepedanya lalu menoleh tajam ke Zian.
"Ini gemboknya" Zian merogoh saku depan tas ranselnya. "Tidak rusak. Aman"
Alula mengambil kunci gembok sepedanya dari tangan Zian dengan wajah merengut. "Kamu tukang nyolong sepeda, ya?!"
"Eh, jangan nuduh sembarangan! Aku pandai kalau soal membuka kode kunci, tapi aku bukan pencuri" Sembur Zian dengan wajah kesal.
"Lain kali jangan taruh sepeda kamu di dekat sepedaku! Aku tidak suka kamu buka gembok sepedaku tanpa ijin" Alula lalu menggowes sepedanya dan meninggalkan Zian begitu saja.
"Anying!!!!!! Dingin, judes, dan kaku banget dia! Apa iya aku tertarik sama dia? Tapi, kelihatannya iya, sih, aku jadi semakin ingin mengejarnya" Zian meringis lalu dia bergegas menggowes sepedanya menyusul Alula.
"Hei! Kamu pikir kalau sepedaku kamu ambil lalu aku harus jalan kaki dari kantin depan ke perpus?! Bisa pingsan Gue karena jauh banget! Lagian Elo yang salah kenapa malah sekarang marah ke Gue?!" Zian menggowes sepedanya di samping sepedanya Alula.
Alula mengabaikan Zian dan semakin cepat menggowes sepedanya.
Zian tidak bisa menyusul Alula karena tiba-tiba di depan Zian ada cewek melintas dan berhenti mendadak di depan sepedanya Zian. Zian mengerem mendadak sepedanya dan bernapas lega karena sepedanya tidak menabrak cewek yang melintas itu.
Zia kemudian berteriak kesal,"Hei! Kamu jailangkung ya?! Datang tak diundang!" Zian melotot ke cewek yang tengah berdiri dengan wajah kaget di depan setang sepedanya Zian.
Alih-alih marah atau balik membentak Zian, cewek itu justru semringah dan bertepuk tangan sekali, "Zian! Aku bisa bertemu Zian!"
Zian langsung membelokkan sepedanya dan menggowes cepat sebelum cewek yang menurutnya aneh itu bertindak neko-neko padanya.
"Sial!!!! Dia hilang" Zian mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan sosok Alula.
Zian kemudian memutuskan untuk ke kantin sebentar beli minuman dingin untuk meredakan rasa lelah dan kesalnya karena kehilangan jejaknya Alula, sebelum dia pulang ke rumah.
Satu jam kemudian, Zian melemparkan tas ranselnya ke meja belajarnya lalu dia melompat ke kasur. Dia tidur terlentang dengan kedua tangan terangkat ke atas dan kedua kakinya masih menapak lantai. "Semoga besok Gue bisa ketemu dia lagi di perpus" Gumam Zian.
Zian sontak duduk tegak lalu berlari ke pintu balkon saat dia mendengar suara keributan di luar.
Zian membuka pintu balkon lalu mendelik kaget saat dia melihat ke bawah, "Alula?!" Zian membungkam mulutnya. "Hah?! Dia pindah ke rumah di depan? Astaga?!" Zian melompat-lompat sambil menangkupkan kedua tangan di depan bibirnya yang tengah tersenyum lebar.
Lalu, Zian melangkah mundur dengan cepat dan menutup pintu balkon berbentuk sliding yang terbuat dari kaca reflektif tanpa mengeluarkan suara sebelum Alula menemukan dirinya di balkon.
"Semoga kamarnya di depan kamarku ini. Semoga, semoga" Zian menengadahkan wajahnya ke langit-langit kamar sambil mengarahkan tangannya yang mengatup ke atas. "Kabulkan doa hambaMu yang jarang sekali berdoa ini, ya, Tuhan" Gumam Zian kemudian.
Zian kemudian menegakkan wajahnya dan tersenyum lebar sambil melompat saat dia melihat Alula membuka jendela kamar yang berada di depan balkon kamarnya Zian.
"Yes!!!! Terima kasih Tuhan, hambaMu ini berjanji mulai detik ini akan rajin meminta kepadaMu" Gumam Zian.
Plak! Sebuah pukulan di kepala mendarat manis.
Zian mengusap kepalanya dan menoleh kaget, "Mama! Kenapa mukul Zian?!"
"Karena kamu ngawur ngomongnya. Doa itu bukan hanya meminta. Doa juga harus mengucap syukur dan kita juga harus mendoakan orangtua, saudara, dan sesama kita!" Mamanya Zian bersedekap dengan wajah sewot.
"Iya, iya!" Sahut Zian sambil merengut dan mengusap kepalanya.
"Kamu lihatin apa?!" Tanya mamanya Zian sambil menjulurkan kepala.
"Nggak lihat apa-apa" Zian langsung memutar badan mamanya, "Yuk, kita makan. Mama ke sini karena mau ngajak Zian makan, kan?" Zian mendorong punggung mamanya untuk keluar dari kamarnya sebelum mamanya melihat Alula.
Adik perempuannya Zian yang masih SMP langsung berteriak kesal, "Kakak kebiasaan deh! Naruh kaos kaki di sepatunya Zena"
"Nggak sengaja kelempar" Zian duduk di sebelah adiknya lalu meringis di depan adiknya.
"Mana ada nggak sengaja. Setiap hari selalu begitu" Adiknya Zian mulai melancipkan bibirnya.
Zian mengusap gemas pucuk kepala adiknya.
Adiknya Zian menggelengkan kepala dengan kesal.
"Udah jangan bertengkar di depan makanan. Tidak baik. Ayo buruan berdoa. Karena Zian punya salah sama Zena, maka Zian yang mimpin doa makan kali ini" Mamanya Zian langsung melipat tangan.
Zena langsung tersenyum lebar ke kakaknya dan Zian hanya bisa menghela napas panjang.
Setelah Zian berkata, "Amin" Mamanya Zian membuka suara, "Ada yang pindahan"
"Iya. Zian denger ribut-ribut tadi" Sahut Zian.
"Tadi Zena sempat lihat, yang pindah cewek manis semuanya. Yang satu seumuran Mama yang satu kayaknya seumuran kakak. Ada lagi satu cowok yang cakep seumuran Kakak juga" Sahut Zena.
"Hmm" Sahut Zian acuh tak acuh padahal di dalam hatinya tengah berbunga-bunga karena adik perempuannya juga menilai kalau Alula itu manis. Zian tidak mencerna ucapan terakhir adiknya bahwa ada cowok satu lagi yang cakep.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Miu Nh.
aduhaiii... Zian kamu lucu. mana gaya sok cool kamu yang selama ini kamu taburkan ke semua cewek???
hanya dihadapkan dengan Alula, kamu mujinya sampe ke langit ke tujuh 🤣🤣
2025-04-02
0
Cakrawala
garing soalnya/Right Bah!//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2025-03-17
0
Cakrawala
kok aku ngakak yak../Facepalm//Facepalm/
2025-03-17
0