Alula terjatuh karena kakinya terlalu lemas untuk dia ajak melangkah.
Zian sontak mengangkat tubuh Alula sambil berkata, "Maaf"
Zian berlari menyeberang jalan lalu membuka cepat pintu rumahnya. Zian kemudian mendudukkan Alula dengan perlahan di sofa ruang tamu.
Ketika Zian ingin menarik lehernya, Alula memeluk erat leher Zian dan tindakan mengejutkan itu membuat Zian mematung.
"Jangan tinggalkan aku! Aku mohon" Alula menunduk dan menangis terisak.
Zian akhirnya memberanikan diri mengusap pucuk kepalanya Alula sambil berkata, "Kamu sudah aman. Jangan takut! Kamu sudah aman"
Zian membiarkan Alula terus memeluk lehernya sampai napas gadis manis itu terdengar teratur dan tubuh gadis itu tidak lagi gemeteran. Setelah dirasa Alula sudah tenang, cowok tampan itu menarik pelan kedua lengan Alula dari lehernya sambil berkata, "Aku akan ambilkan air hangat untukmu"
Alula menarik ujung kemejanya Zian saat Zian berbalik badan.
Zian menoleh ke Alula dengan wajah penuh tanda tanya.
Alula menatap Zian, "Jangan tinggalkan aku!"
"Aku hanya pergi ke dapur sebentar"
Alula terus mencekal ujung kemeja Zian dan terus menatap Zian.
"Apa kamu mau ikut ke dapur?"
Alula mengusap wajahnya dengan telapak tangan sambil menganggukkan kepala.
Zian menghela napas panjang lalu menunggu Alula bangkit berdiri.
Alula berjalan di samping kiri Zian sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Zena sepertinya masih belum bangun dari tidur siangnya dan Mama sepertinya masih ada di rumah sebelah" Ucap Zian sambil melirik Alula.
"Rumah sebelah?" Tanya Alula.
"Kalau aku ada jadwal pulang kuliah sampai sore seperti hari ini, Mama ke pabrik roti. Sebelah rumahku dibikin pabrik roti sama Mama dan Mama sepertinya masih di......"
"Mama kamu punya bisnis roti?"
"Iya. Kamu tahu toko roti Coconut?"
Alula menutup mulutnya yang ternganga kaget lalu gadis itu buru-buru berkata, "Itu toko rotinya mama kamu?"
Zian tersenyum senang melihat Alula sudah bisa bersikap normal kembali. "Iya. Mama memilih membuka pabrik roti di sebelah rumah ini biar bisa bekerja sambil mengawasi anak-anaknya"
"Kamu dan Zena beruntung memiliki Mama yang cantik dan baik" Alula menghentikan langkahnya di depan meja makan.
Zian tersenyum sambil menuangkan air ke gelas, "Iya. Mama kami adalah Mama terbaik di mata kami anak-anaknya" Zian melangkah ke Alula lalu mengulurkan gelas ke Alula, "Nih, minum dulu"
"Terima kasih" Alula menerima gelas itu dengan senyuman. "Mama kamu memang terbaik" Ucap Alula setelah meminum habis air hangat pemberiannya Zian.
"Kak Lula!" Zena berlari ke dapur lalu memeluk Alula dari arah belakang.
Alula memutar badan dan langsung memeluk Zena, "Kangen sama Kak Lula, ya?" Zena menganggukkan kepala.
Zian tersenyum senang melihat Alula memeluk Zena dan tertawa bersama Zena.
Aku senang dia tipe orang yang gampang kedistrack. Nanti kalau situasinya benar-benar nyaman untuk dia, aku akan tanyakan kenapa Leo bisa ada di rumahnya, karena setahuku Leo itu anak tunggal dan aku juga akan tanyakan apa sebenarnya yang sudah dia alami. Zian masih melihat Alula dengan senyum lega. Dia lega melihat Alula sudah bisa bersikap normal.
Zian mengerjap kaget saat Zena tiba-tiba mendelik ke arahnya dan menyemburkan, "Kakak buruan mandi sana! Katanya mau pergi ke toko buku. Ini sudah jam lima"
"Kamu tahu kenapa aku malas mandi?" Zian mengusap gemas pucuk kepala adiknya.
Zena melotot ke Zian, "Karena kakak jorok"
"Eits enak aja. Kakak malas mandi karena Kakak kalau mandi tuh berubah jadi cakep banget. Kakak takut nanti banyak yang naksir kalau banyak yang naksir terus cewek yang Kakak taksir kasihan dong" Waktu mengucapkan kata cewek yang dia taksir, Zian menatap Alula.
Alula menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sambil menunduk dan membatin, kenapa dia menatapku? Nggak mungkin dia naksir aku, kan? Aku ini nggak cantik, nggak modis, dan aku punya banyak masalah.
Zena mendorong pantat Zian, "Buruan mandi sana!"
"Iya bawel" Zian mendelik kesal ke Zena dan Alula terkekeh geli melihat kekonyolannya Zian dan Zena.
Zian langsung berlari ke lantai dua sambil berteriak, "Kak Lula kamu juga belum mandi. Ambilkan bajunya Mama yang kecil biar dipakai"
Zena menoleh kaget ke Alula, "Kakak belum mandi?"
Alula menggelengkan kepala dengan senyum canggung.
"Baiklah. Ayo ke kamarnya Zena. Zena kemarin beli baju di toko online, tapi kegedean. Kayaknya muat di badan Kakak"
"Kakak nggak usah mandi nggak papa, kok. Nggak bau asem, kok" Alula mencium pundak kanannya.
"Ayo!" Zena menarik tangan Alula.
Zian terpana di depan pintu saat dia melihat Alula tengah berdiri di depan cermin. Cowok tampan itu tidak jadi melangkah masuk dan langsung berbalik badan lalu melangkah lebar meninggalkan kamar Zena dengan debaran jantung abnormal.
Sial! Aku sungguh tidak menyangka kalau dia bisa tampak sangat manis dan menggemaskan dengan dress. Batin Zian sambil buru-buru melangkah ke ruang tamu.
Dalam balutan midi dress warna putih dengan panjang sampai ke lutut, bermotif polkadot hitam, lekat di tubuh rampingnya Alula dengan bahan kaos adem, lengan panjang sampai ke siku dan kerah model V menambah penampilan Alula tampak sangat manis sore itu.
"Kakak sangat manis" Pekik Zena dalam balutan dress kaos pink yang longgar dengan panjang sampai ke lutut dan kerahnya bermodel bulat biasa.
"Kamu juga sangat cantik. Terima kasih untuk bajunya" Alula memeluk Zena.
"Sama-sama" Pekik Zena dalam pelukannya Alula.
Alula terkejut saat dia sampai di ruang tamu dan Zian langsung mengulurkan paper bag. "Untuk kamu"
"Ini apa?"
"Aku menang catur dan dapat itu. Empat seri novelnya Yakumo. Kamu suka Yakumo, kan" Zian masih mengulurkan paper bag berisi empat novel Yakumo dan terus menatap Alula.
Sial! Dia benar-benar manis dan menggemaskan dengan dress itu. Aku harus berterima kasih denah. Benar pada Zena nanti karena dia sudah membuat Alula semanis ini. Zian tak berkedip menatap Alula.
"Tapi, ini sangat mahal. Aku tidak bisa menerimanya meskipun aku sangat menyukainya"
"Aku tidak beli. Sumpah! Aku dapat itu dari battle catur, emm, voucher diskonnya ada di dalam paper bag ini"
Alula masih ragu menerimanya.
Zian menarik tangan Alula lalu meletakkan tali paper bag ke genggaman tangan Alula sambil berkata, "Aku akan sedih kalau jerih payahku menjadi sia-sia"
Alula akhirnya mendekap paper bag itu dan berkata dengan senyuman, "Baiklah, terima kasih banyak, tapi kenapa kamu sedih kalau aku tidak mau menerima pemberian kamu ini?"
"Karena battle catur itu tidak mudah. Aku tidak menyukai catur dan aku harus main catur dan harus berpikir keras untuk menang demi novel-novel itu dan......"
"Kenapa kamu berusaha sekeras itu untuk mendapatkan novel-novel ini? Kamu tidak suka Yakumo, kan?"
"Karena kamu menyukainya dan aku ingin melihat kamu tersenyum. Aku menyukai senyuman kamu, Lula"
Deg! Alula sontak menunduk.
"Aku ingin menjadi orang yang selalu bisa membuatmu tersenyum, Lula" Tambah Zian.
Deg, deg, deg, deg! Jantung Alula semakin berdetak tidak karuan.
Tiba-tiba terdengar pekik suaranya Zena yang membuyarkan suasana campur aduk di antara Zian dan Alula, "Ayo berangkat!. Aku sudah pamit sama Mama. Mama kasih uang saku juga buat makan di luar"
Zena langsung menarik tangan Alula sebelum Zian memegang tangan Alula.
Zian mengusap tengkuknya dan mengekor Zena sambil membatin, sial! Apa yang hampir aku lakukan? Aku hampir memegang tangannya. Astaga Zian! Kamu gila atau apa? Kamu baru beberapa hari mengenalnya.
Zena mendorong Alula duduk di jok depan lalu Zena bergegas masuk ke jok belakang.
Zian memasang sabuk pengaman dan berkata ke Zena, "Nanti kamu boleh beli buku apapun, Kakak yang bayar. Uang proyek Kakak udah masuk kemarin"
"Yeeaayyy!!!" Zena bertepuk tangan dengan wajah ceria dan Alula menoleh ke jok belakang dan tersenyum senang melihat Zena seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Cakrawala
semoga gak trauma Alula nya
2025-03-28
0
Diana (ig Diana_didi1324)
iklan dulu thor😊🌹🌹 smngtt
2025-04-11
0
Aerik_chan
nah kan terpesona
2025-04-01
0