Agenda Kian selama di Jepang cukup banyak. Ia harus mengadakan pertemuan dengan pemilik restoran berbintang Michelin dan jaringan hotel kelas atas untuk menawarkan distribusi anggur Marchetti. Mempromosikan anggurnya sebagai produk premium dengan kualitas terbaik dari Italia.
Selain itu, untuk membangun restoran eksklusif, ia juga harus mencari lokasi strategis di Tokyo, seperti di Ginza atau Roppongi, yang merupakan pusat bisnis dan kuliner kelas atas. Menyesuaikan konsep restoran dengan cita rasa Jepang tanpa kehilangan otentisitas Italia. Dan memperkenalkan pengalaman fine dining yang menggabungkan wine pairing¹ dengan masakan Italia-Jepang fusion.
Hari ini, ia telah membuat janji dengan salah satu pemilik restoran mewah di Jepang. Kabarnya restoran ini merupakan restoran fine dining terbaik di Tokyo. Kian berencana akan bekerja sama menjadi pemasok anggur di restoran tersebut.
"Tuan Marchetti, bisnis anggur di Jepang memiliki standar tinggi. Orang Jepang sangat menghargai kualitas dan sejarah di balik sebuah produk. Mengapa aku harus memilih anggur dari Marchetti dibanding merek Eropa lainnya yang sudah lebih dulu ada di sini?" Takahashi Hiroshi—tuan pemilik restoran mewah yang duduk di hadapan Kian.
Pewaris tunggal keluarga Marchetti itu tersenyum percaya diri. "Tuan Takahashi, anggur bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang pengalaman. Keluargaku telah memproduksi anggur selama lebih dari seratus tahun. Setiap botol Marchetti dibuat dengan teknik tradisional yang diwariskan turun-temurun, dipadukan dengan inovasi modern untuk menjaga kualitas terbaik."
Takahashi mengerutkan kening, ia merasa tertarik namun masih skeptis. "Menarik. Namun, pelanggan saya terbiasa dengan anggur Prancis. Apa yang bisa kau tawarkan yang tidak dimiliki pesaingmu?"
Kian menuangkan segelas anggur II Secreto di Marchetti untuk Takahashi. Suaranya tenang, tetapi penuh keyakinan.
"Silakan coba ini. Ini adalah salah satu koleksi terbaik kami, dengan keseimbangan rasa yang sempurna antara keasaman dan kelembutan. Anggur ini tidak hanya cocok untuk steak dan pasta, tetapi juga untuk masakan Jepang, seperti wagyu atau sashimi tertentu."
Meski sedikit ragu, Takahashi mencicipi dengan seksama. Ia terdiam beberapa saat, lalu mengangguk pelan.
"Impresif. Aku akui, rasanya lebih lembut dari yang kuduga. Bagaimana dengan pasokan? Jika aku memasukkan ini dalam daftar anggur eksklusif restoran aku, aku butuh kepastian tentang ketersediaan."
Kian tersenyum miring. Ia menyandarkan diri dengan percaya diri pada bangku.
"Aku akan pastikan pasokan selalu tersedia. Aku memiliki sistem distribusi yang kuat di Italia dan Jepang. Bahkan, jika kau setuju, aku bisa menyediakan anggur ini secara eksklusif hanya untuk restoranmu di kawasan Ginza."
Takahashi tersenyum, ia tertarik dengan penawaran eksklusivitas.
"Tawaran yang menarik, Tuan Marchetti. Aku ingin melihat detail kontraknya sebelum membuat keputusan akhir."
Kian mengangkat gelas anggur dengan senyum khasnya.
"Tentu saja. Aku yakin kita bisa mencapai kesepakatan yang menguntungkan untuk kedua belah pihak."
Ting ...
Mereka bersulang untuk merayakan persetujuan kontrak dalam suplai anggur Marchetti Wines.
Di luar sedang hujan deras, Kian bersama Ashley dan Adam menunggu mobil yang dibawa oleh valet boy² di depan restoran. Tak jauh dari mereka terdapat beberapa pekerja yang baru saja makan dari restoran tersebut sepulang bekerja. Mereka terlihat tengah memperdebatkan sesuatu.
"Menurutku, restoran paling lezat di Ginza hanyalah Notte d'Oro. Restoran ini pun kalah. Kurasa lidah food vlogger³ itu tidak salah menilai. Notte d'Oro pantas mendapatkan bintang Michelin." Seorang pria bertubuh gempal berbicara dengan logat Jepangnya yang kental.
"Tidak. Menurutku makanan di Maison Lumière lebih enak. Citarasa perpaduan bumbunya sangat pas, cocok sekali di lidahku. Kupikir food vlogger itu sudah disuap oleh pemilik Notte d'Oro." Kali ini seorang wanita menimpali dengan raut juteknya.
Sementara itu di tengah-tengah terdapat pria yang bertubuh jangkung, mencoba menengahi kedua temannya. "Sudahi pertengkaran kalian. Tidakkah kalian malu? Kita masih berada di depan Maison Lumière. Lagipula Notte d'Oro adalah restoran Italia, sedangkan Maison Lumière adalah restoran Prancis. Tentu saja itu adalah dua hal yang berbeda."
Kemudian mereka semua terdiam. Namun, mereka tidak tahu bahwa sejak tadi Kian mendengarkan perdebatan itu. Ia pun tertarik untuk menanyakannya.
"Ah, halo! Maaf mengganggu waktu kalian. Aku baru saja tiba di Jepang dan ingin menjelajahi kuliner di Ginza. Tadi aku sudah mencoba makanan di restoran ini, tapi kudengar ada restoran yang lebih menarik. Apakah itu?" Kian bertanya pada ketiga pekerja yang tadi sempat berdebat itu.
Sementara Adam dan Ashley diam-diam saling pandang. Entah apa yang merasuki tuannya hingga rasa penasarannya amat tinggi.
"Notte d'Oro, restoran itu sedang viral akhir-akhir ini karena review dari seorang food vlogger. Kau harus mencobanya, Tuan. Itu adalah restoran authentic ala Italia. Aku akan merekomendasikan margherita pizza untukmu." Ucap pria bertubuh gempal.
"Dimanakah restoran itu?" tanya Kian lagi.
Lalu, pria itu menunjukkan arahnya pada Kian. Adam juga ikut mengamati, takutnya tuannya itu benar-benar ingin pergi ke sana. Sementara Ashley segera melakukan reservasi di restoran tersebut.
Benar saja, setelah berpamitan pada ketiga pekerja itu dan memasuki mobilnya, Kian meminta Adam mengemudi menuju ke sebuah restoran yang mereka dengar tadi.
Bukan karena apa, Kian ingin mencicip sendiri makanan khas Italia di negeri matahari terbit ini. Lidahnya cukup sensitif dengan makanan yang tidak enak, jadi Kian jelas akan melihat seperti apa rasa otentik Italia yang digadang-gadang oleh banyak orang Jepang ini.
Tidak lama dari itu, mereka telah tiba di sebuah restoran fine dining yang bernama Notte d'Oro.
Kian langsung disambut oleh seorang pelayan yang berjaga di pintu masuk. Mereka tersenyum ramah, namun hanya dibalas anggukan oleh Kian.
Kemudian mereka pun diantar menuju ke ruang VIP yang berada di lantai paling tinggi. Ruangan itu menawarkan pemandangan yang indah di area Ginza.
Kian mengamati desain interior restoran tersebut yang didominasi oleh warna hitam, emas dan deep navy. Lampu gantung kristal dengan pencahayaan warm gold, ditambah lilin di setiap meja menggambarkan kesan romantis. Marmer hitam dengan aksen emas, meja kayu berlapis kaca, dan kursi beludru yang elegan.
Pada bagian dinding terdapat lukisan klasik dengan bingkai emas, cermin besar untuk refleksi cahaya yang dramatis, serta detail artistik seperti relief atau ornamen emas. Selain itu, alunan jazz klasik, opera lembut, dan instrumental piano menambah kesan elegan pada restoran ini.
Kian tersenyum, dia pun mengakui bahwa pemilik restoran ini sangat teliti dan memikirkan desain restoran dengan sedemikian indah. Ia dapat memastikan pemilik restoran ini memiliki selera yang bagus dan tentunya berlatar belakang dari keluarga konglomerat.
Kian membuka buku menu yang diberikan oleh seorang pelayan. Lalu, matanya terpaku pada sebuah tulisan yang tercetak di sana.[]
***
¹Wine Pairing : teknik mencocokkan makanan dengan anggur untuk menciptakan keseimbangan rasa. Teknik ini bertujuan agar rasa makanan dan anggur saling melengkapi.
²Valet Boy : istilah untuk pelayan laki-laki yang bertugas memarkirkan kendaraan pelanggan, dan terkadang disebut juga dengan Valet Service.
³Food Vlogger : seseorang yang membuat dan membagikan video tentang makanan dan minuman di platform media sosial seperti YouTube, Instagram, atau TikTok, dengan memberikan ulasan, review, atau pengalaman makan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments