Dalang Lain

Five Years Later ...

Calabria, Italy

Sudah beberapa tahun terakhir, Kian dibantu dengan Adam, Jace dan anak buah lainnya mulai menyelidiki lebih dalam tentang kematian Massimo dan menemukan banyak kejanggalan. Kian mulai sadar bahwa ada pihak ketiga yang sengaja memanipulasi situasi. Namun, Kian tidak memiliki cukup bukti untuk membuktikan bahwa John tidak bersalah.

Di sebuah ruangan pribadi dalam salah satu properti milik keluarga Marchetti, berkas-berkas terlihat bertebaran di atas meja, dan papan dengan foto serta catatan investigasi memenuhi dinding.

Kian menghela napas seraya menatap berkas di tangannya. "Ini tidak masuk akal. John memang ada di lokasi saat Daddy meninggal, tapi tidak ada bukti konkret yang menunjukkan dia penyebabnya. Kita hanya punya asumsi sebelumnya."

Jace menyilangkan tangan, tubuhnya bersandar ke meja. "Bukti-bukti yang ada waktu itu memang mengarah pada John. Rekaman CCTV menunjukkan dia keluar dari ruangan Paman beberapa menit sebelum kematian Paman. Dia juga satu-satunya orang yang menemui Paman sebelum serangan jantung itu terjadi."

Adam menggeleng, meneliti dokumen yang lain. "Tapi, Signore. Kita semua tahu betapa liciknya dunia ini. Jika ada yang ingin menjebak Signore John, bukankah lebih mudah baginya untuk memastikan semua jejak mengarah padanya?"

Adam benar, mereka baru menyadari bahwa sejak awal seolah ada seseorang yang menggiring mereka untuk menyalahkan John.

Dalam diam Kian mengamati foto autopsi Massimo dengan kening yang berkerut. "Aku memanggil dokter forensik terpercaya untuk membaca hasil autopsi Daddy. Tidak ada jejak racun atau tanda-tanda kekerasan. Serangan jantungnya terjadi begitu cepat. Tapi John bukan orang bodoh. Jika dia memang berniat membunuh Daddy, dia pasti memilih cara yang lebih halus dan tidak meninggalkan jejak."

Tiba-tiba Jace menarik napas panjang, jari telunjuknya menunjuk salah satu dokumen yang tersebar di atas meja. "Ada satu hal yang terus menggangguku. Dokumen ini menyebutkan bahwa laporan medis Paman sempat direvisi setelah kematiannya. Dokter yang menangani kasusnya juga menghilang beberapa bulan kemudian."

Adam ikut membolak-balik halaman laporan yang disebut oleh Jace. "Itu bisa berarti seseorang ikut campur dalam masalah ini. Seseorang ini pasti punya kepentingan agar kematian Signore Massimo terlihat alami... dan agar Signore John disalahkan."

Mendengar itu, Kian mengatupkan rahang. Suaranya terdengar lebih rendah. "Itu berarti memang ada pihak ketiga dalam permainan ini. Seseorang yang bermain di belakang layar selama ini."

Jace menatap Kian dengan ekspresi serius. "Pertanyaannya sekarang, siapa yang paling diuntungkan dari kematian Paman dan kehancuran John?"

Kian menatap papan investigasi, lalu mengepalkan tangan. "Itu yang harus kita cari tahu. Sebelum semuanya terlambat." Ucap Kian dengan tegas dan penuh tekad kuat.

Saat mereka sedang berpikir lebih dalam lagi, Adam dikejutkan dengan gawai genggamnya yang bergetar. Ia berpamitan keluar ruangan pada Kian dan Jace, kemudian ia berlalu. Sementara itu, Kian dan Jace tetap melanjutkan investigasi.

"Menurutmu, siapa dalang di balik semua ini?" tanya Jace seraya merogoh kantong celananya, mengambil sebatang rokok dan pemantik api.

Diselipkannya rokok tersebut di antara bibirnya, kemudian ia menyalakannya sembari menunggu jawaban dari Kian yang masih mengamati beberapa laporan dengan tatapan tajamnya.

Asap rokok Jace mengepul di udara, mulai mengisi ruangan. "Aku tidak tahu. Aku tidak bisa mencurigai seseorang tanpa bukti." Kian membalas seraya mengurut keningnya.

Jace menghela napasnya dan mengangguk. "Ya, itu memang benar. Tapi saat kau membunuh John, apakah ia tak mencoba mengelak sebelumnya? Atau mungkinkah ada sesuatu yang dikatakan oleh John sebelum ia mati di tanganmu?"

Kian mencoba mengingatnya. John memang mengelak, namun ia tak menyebutkan siapapun. Ia hanya mengatakan, ada kemungkinan kesalahpahaman di antara mereka.

Sejenak Kian berduka untuk kepergian John. Ya, tidak seharusnya ia langsung membantai pria paruh baya itu hingga mati. Seharusnya ia membiarkan John hidup dan ikut melakukan investigasi bersamanya. Penyesalan memang selalu datang belakangan.

"Dia ... aku tak ingat, tapi John mengelak bahwa bukan ia pelakunya." Ucap Kian dengan tatapan kosong.

Jace menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit ruangan. Ia ikut berpikir keras dalam hal ini. "Dia tidak menyebutkan siapapun? Sama sekali?" Jace kembali mencoba memaksa Kian agar mengingat sesuatu. Paling tidak ada clue agar mereka bisa melakukan investigasi lebih dalam lagi.

"Cher ..." ucap Kian dengan lirih.

"Ya? Apa maksudnya?" tanya Jace dengan kening berkerut.

Kian menoleh pada Jace dengan pandangan yang sulit diartikan. "Cher ... John mengatakan itu dengan terbata, sebelum menutup usianya."

Kali ini mereka menemukan petunjuk, meski tidak memahaminya. Apa yang dimaksud oleh John?

Adam kembali memasuki ruangan dengan sebuah map coklat di tangannya. Jace meletakkan putung rokoknya di dalam asbak dan berjalan menghampiri Adam, ia ikut penasaran dengan dokumen yang dibawa oleh tangan kanan Kian itu.

"Signore, baru saja Ashley mengirimkan dokumen yang dikirim ke perusahaan untuk Signore. Ashley sudah memeriksanya lebih dahulu, karena ia pikir ini dokumen dari klien. Namun, ternyata isi dari dokumen ini hanyalah sebuah foto." Adam menjelaskan pada Kian seraya menyerahkan dokumen tersebut.

Kian menerimanya dan segera memeriksa. Sedangkan Jace yang semakin penasaran langsung berlari ke sisi Kian untuk ikut melihat.

Terdapat sebuah foto seorang perempuan dan seorang anak lelaki yang sedang bermain di sebuah taman, mereka sedang berlarian. Namun, wajah mereka tak terlihat jelas pada foto, karena kualitas foto yang buruk. Di baliknya terdapat tulisan tangan dengan kode ’03 Julia Papa November’.

Kian dan Jace saling bertatapan. "03 Julia Papa November?" suara Jace terdengar bergumam dengan keningnya yang berkerut bingung.

"Julia Papa November adalah bagian dari alfabet fonetik¹. Julia untuk membaca huruf J, Papa untuk membaca huruf P, dan November untuk membaca huruf N. Julia Papa November berarti JPN," ucap Kian mencoba mengira-ira arti kode rahasia itu.

"Jepang." Adam melanjutkan ucapan Kian.

"Apa?" tanya Jace yang masih kebingungan.

"JPN singkatan dari Jepang, Signore." Jelas Adam pada Jace.

"Tapi siapa perempuan ini?" Jace bertanya-tanya. Kian juga menanyakan hal yang sama dalam diam.

Lalu, ia menoleh pada Adam. "Cari tahu siapa pengirim dokumen ini."[]

***

¹Alfabet Fonetik : serangkaian frasa standar yang digunakan untuk mengeja huruf dan angka dalam komunikasi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!