Bab 19 Pahlawan

Tok tok tok!

"Ay, kamu sudah siap belum?"

Ayang yang masih menggunakan mukena berjalan membuka pintu kamar yang di ketuk dari luar.

"Lah, kok kamu belum siap juga?"

Kening Ayang berkerut melihat pemuda yang berdiri diambang pintu.

"Kamu lupa ya? Siang tadi kan aku sudah bilang ngajak kamu ke pasar malam. Cepat, ganti baju sana!"

Ayang menggeleng di sertai bibir yang mengerucut, menandakan menolak ajakan pemuda itu.

"Iiih, kamu jangan gitu dong. Kan kamu sendiri sudah janji. Pokoknya, sekarang kamu harus ikut aku pergi ke pasar malam." Lantas pemuda itu menarik tangan Ayang masuk kedalam kamar. "Buka mukenamu!" perintahnya yang telah berdiri di depan meja rias.

Ayang terpaksa menuruti perintah pemuda itu membuka mukenanya, lalu duduk di depan meja rias.

Mata pemuda itu liar, seperti mencari sesuatu. "Kamu gak ada make-up ya?"

Ayang menggeleng.

Pemuda itu masih mengedar pandangan. Tas selempang Ayang tergantung menjadi fokusnya, tas tersebut lansung di sambar dan di bukanya tanpa izin pemilik. "Wah, ternyata uangmu banyak juga? Kalau begitu nanti kamu aja yang traktir aku belanja ya?"

Ayang menoleh, melihat pemuda itu memeriksa tas selempang pemberian hajah Rodiah yang sama sekali belum di bukanya.

"Wah, ponsel kamu juga bagus, Ay! Aku dari dulu pengen banget memiliki ponsel ini!"

Ayang semakin keheranan melihat pemuda itu mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam tas sandang tersebut.

"Udin! Kamu ngapain di kamar disini?" bentak pak Mamad yang sudah berdiri diambang pintu.

Udin lansung meletakkan tas beserta ponsel yang telah di keluarkannya dari dalam tas, lalu bergegas keluar kamar.

"Ayang, lain kali jangan biarkan Udin masuk ke dalam kamarmu!" peringat pak Mamad pada Ayang.

Ayang mengangguk, mulutnya juga mengucapkan kata maaf.

"Sekarang keluarlah, Ibu sudah menyiapkan makan malam," ucap pak Mamad, sebelum berlalu meninggalkan kamar.

Sebelum keluar kamar, Ayang melihat isi dalam tas yang di berikan Hajjah Rodiah. Disana terdapat uang tunai, ponsel beserta kartu ATM.

"Ya Allah, kenapa Bu Hajah memberikan semua ini untukku?"

Dalam hati Ayang bersyukur, meski cobaan menimpanya silih berganti, akantetapi Allah selalu memberikan pertolongan melalui orang-orang sekitar yang tulus menyayanginya.

Ayang menyimpan kembali barang-barang itu kecuali ponsel, lalu ia bergegas keluar kamar.

"Cah Ayu, mari makan dulu," panggil bu Parida dari arah meja makan.

Ayang mengangguk dan berjalan kesana.

"Pak, sana panggil Udin dulu. Dia pasti masih ngambek karna Bapak memarahinya tadi," ucap bu Parida pada suaminya.

Pak Mamat menghela nafas. "Dapat anak laki-laki, lembutnya mengalahkan perempuan."

"Pak, gak baik bicara seperti itu, Ibu yakin suatu hari nanti anak kita pasti berubah."

Pak Mamat menghembuskan nafas pelan, dari dulu istrinya memang selalu memanjakan putra mereka. Bukan ia tidak mensyukuri titipkan Allah pada mereka, hanya saja sebagai orang berilmu dan seorang tokoh agama di desa tersebut, pak Mamad terkadang malu dengan kelakuan aneh putranya yang menyerupai perempuan. Sering juga ia dengar bisik-bisik warga yang mengatakan anaknya penyuka sejenis.

.

.

.

Selesai membantu membereskan meja makan serta mencuci piring-piring kotor bekas makan malam, Ayang mencari keberadaan Syafarudin. Ia ingin meminta bantuan pria itu mengajarinya menggunakan ponsel yang di berikan hajah Rodiah, karna dari dulu ia tidaklah pernah menggunakan benda itu.

Diteras rumah, Ayang melihat Udin sedang memainkan ponsel. Ia lalu mendekat, memberikan ponselnya pada pria itu.

"Buat aku?"

Ayang menggeleng.

"Terus?"

Ayang menggunakan bahasa isyarat, meminta pria itu agar mengajarinya menggunakan benda tersebut, ia ingin mengucapkan terimakasih pada hajah Rodiah.

"Ya Ampun, Ay! Masa kamu gak bisa menggunakan ponsel sih? Mommy aku saja yang kerjanya kesawah masih bisa bermain sosmed," omel Syafarudin.

Ayang tersenyum kikuk.

"Baiklah aku akan mengajarimu. Tapi, ada syaratnya."

"Apa?"

"Kamu harus ikut aku pergi ke pasar malam."

Ayang berpikir sejenak dan mengangguk.

"Nah, gitu dong! Cuzz, kita berangkat sekarang." Udin berdiri dan lansung menarik tangan Ayang.

Ayang menahan tubuhnya.

"Kenapa lagi?"

Ayang memberikan isyarat agar mereka meminta izin dulu pada bu Parida dan pak Mamad.

"Gak usah! Yang ada Daddy gak akan mengizinkan kita pergi."

Ayang hanya pasrah mengikuti langkah pemuda gemulai yang terus saja menarik tangannya menuju motor matic yang terparkir.

.

.

.

Beberapa menit berselang, Ayang dan Udin tiba di lokasi pasar malam.

"Eh, Din, siapa ini? Cantik dan mulus banget." Seorang pemuda tiba-tiba merangkul bahu Udin dari sebelah kanan, sementara Ayang berjalan di sebelah kiri Udin.

"Hai, kenalan dong, cantik!" Pemuda itu mengulurkan tangan ke hadapan Ayang.

Udin lansung menepiskan tangan pemuda itu. "Roni! Pergi sana, jangan ganggu kami!" Lalu Udin menarik tangan Ayang, berjalan cepat meninggalkan pemuda itu.

"Ay, kita kesana dulu yuk!" ajak Udin sambil menunjuk tempat penjual aksesoris.

Ayang pasrah saja mengikuti kemana pemuda gemulai itu membawanya. Puas mengelilingi acara pasar malam dan mencoba beberapa arena permainan. Ayang mengajak Udin segera pulang.

Pemuda itu pun menurut, karna sejak tadi ia melihat Ayang tidak nyaman berada di tempat seperti ini.

Namun, dalam perjalanan pulang, motor yang di kendarai Udin nyaris jatuh, disebabkan dua pengendara motor lain berhenti tepat di depannya.

"Kau mau apa lagi sih, Roni?"

Pemuda yang bertemu dengan Udin di pasar malam tadi turun dari motornya, berjalan mendekati Udin dan lansung mencengkram pipi Udin. "Lihat bro, banci sialan ini ternyata punya cewek juga." ejek pemuda itu.

Mata Udin liar membaca pergerakan pemuda itu yang berjalan mengitari motornya. Secepat kilat tangannya menepiskan tangan pemuda itu yang akan menyentuh Ayang dan lansung memelintirnya.

"Auwh! Banci sialan! Lepaskan tanganku!" Pemuda itu meringis menahan sakit di tangannya.

"Ay, kamu turun dulu!"

Ayang yang sejak tadi ketakutan, segera turun dari motor.

Udin juga bergerak turun dari motornya, tanpa melepaskan kuncian tangan pemuda itu.

"Woi! Kalian kenapa hanya diam! Cepat habisi banci sialan ini!" ucap pemuda itu pada tiga orang temannya.

Tiga orang teman pemuda itu bergegas turun dari motor, menggepung Udin dari segala arah.

Udin tersenyum sinis. "Beraninya main keroyokan, dasar banci!" sinisnya meledek mereka.

"Gak usah banyak bacot kau banci!" geram pemuda yang tangannya masih di pelintir Udin.

"Baiklah." Udin memelintir lebih keras lagi tangan pemuda itu hingga terdengar tulang bergelatuk.

Kreeek!

"Aaaakh!"

Sejurus kemudian Udin mendorong pemuda itu hingga jatuh tersungkur.

"Sekarang giliran kalian, majulah!" tantang Udin yang sudah memasang kuda-kuda. Meski gerakannya gemulai, tapi kuda-kudanya tetap kokoh.

"Jangan sok kau banci!"

Satu dari tiga orang yang menggepung Udin lansung menyerang.

Dengan gerakan gemulai, Udin menangkis serangan pemuda tersebut, lalu mendorong ke arah Roni yang masih terduduk di tanah.

"Kalian! Cepat habisi banci itu!" perintah Roni pada dua orang temannya.

"Ba-baik Bos."

"Hiat!" Kudua pemuda tersebut secara bersamaan menyerang Udin.

Namun, serangan mereka dengan mudah di tangkis oleh Udin. Hingga akhirnya kedua pemuda itu juga tumbang.

"Masih mau lagi?" Udin memasang ancang-ancang ingin memukul mereka.

"Am-ampun Din," ucap dua orang yang baru saja di jatuhkan Udin.

"Kamu masih mau lagi, Ron?"

Pemuda itu tidak menjawab, hanya matanya menatap tajam pada Udin.

"Cepat, singkirkan motor kalian!"

"Ba-baik Din." Salah seorang pemuda disana bergegas menyingkirkan kendaraan mereka.

"Ayo Ay, kita pulang." Udin segera naik ke motornya.

Ayang masih terpaku di tempat, ia tak percaya pemuda gemulai itu dengan mudah mengalahkan lawan-lawannya. Padahal dibandingkan fisik, empat pemuda itu lebih besar dan berotot.

"Ay, ayo!"

Ayang tersentak, lalu bergerak naik ke atas motor matic yang di kendarai Udin.

"Dadah banci!" ledek Udin sebelum meninggalkan empat pemuda itu.

Setelah sampai di rumah, Ayang mengacungkan dua jempolnya sembari tersenyum.

"Pasti tadi kamu mengira aku gak bisa melawan mereka kan?"

Ayang mengangguk dan tersenyum bangga.

"Dari kecil, aku sudah diajari Daddy ilmu bela diri. Katanya, laki-laki harus bisa berkelahi," Udin terkekeh sendiri sambil menutup mulut dengan kedua tangan. Mungkin janggal saat menyebut dirinya laki-laki.

Ayang ikut tertawa, lalu mereka masuk kedalam rumah.

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

LAKI-LAKI BISA BERKELAHI. Tapi si anukan . . .

2025-04-12

1

Iqlima Al Jazira

Iqlima Al Jazira

trio cadel kapan muncul thor

2025-03-21

1

Fb.Ig. Panggung Sandiwara

Fb.Ig. Panggung Sandiwara

mereka di Medan ya?
logat orang Batak

2025-04-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19 Pahlawan
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26 Culas
27 Bab 27 Kesepakatan
28 Bab 28 Sabar sabar sabar
29 Bab 29 Bergelut Manja
30 Bab 30 Go to Bali
31 Bab 31 Om, Unda atit
32 Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33 Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38 Panggil aku Papa
39 Bab 39 Kesal
40 Bab 40 Aduh! Tembus
41 Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42 Bab 42 Sertifikat rumah
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45 Rencana
46 Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47 Bab 47 Sah?
48 Bab 48 Esmosi
49 Bab 49 Benar-benar marah
50 Bab 50 Ah, gagal maning
51 Bab 51 Sekarang giliranku
52 Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53 Bab 53 Ziarah
54 Bab 54 Diterima
55 Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56 Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57 Bab 57 Pembunuh itu?
58 Bab 58 Kebenaran
59 Bab 59 Koma
60 Bab 60 Aku bukan hantu
61 Bab 61 Ngintip
62 Bab 62 Kabar baik dari Dani
63 Bab 63 Wasiat
64 Bab 64 Abang? Sayang?
65 Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66 Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67 Bab 67 Buka saja semua.
68 Bab 68 Aling?
69 bab 69 Samakin menjadi-jadi
70 Bab 70 Tidak mau minum obat
71 Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72 Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73 Bab 73 Tak tahan
74 Bab 74 Ikut kekantor
75 Bab 75 Ngambek
76 Bab 76 Tembak tembak
77 Bab 77 Tidak bisa tidur
78 Bab 78 Imam
79 Bab 79 Masa pertumbuhan
80 Bab 80 1 Uban=100 juta
81 Bab 81 Kehilangan
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Salah tangkap
87 Bab 87 Kedatangan Amey
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19 Pahlawan
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26 Culas
27
Bab 27 Kesepakatan
28
Bab 28 Sabar sabar sabar
29
Bab 29 Bergelut Manja
30
Bab 30 Go to Bali
31
Bab 31 Om, Unda atit
32
Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33
Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38 Panggil aku Papa
39
Bab 39 Kesal
40
Bab 40 Aduh! Tembus
41
Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42
Bab 42 Sertifikat rumah
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45 Rencana
46
Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47
Bab 47 Sah?
48
Bab 48 Esmosi
49
Bab 49 Benar-benar marah
50
Bab 50 Ah, gagal maning
51
Bab 51 Sekarang giliranku
52
Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53
Bab 53 Ziarah
54
Bab 54 Diterima
55
Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56
Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57
Bab 57 Pembunuh itu?
58
Bab 58 Kebenaran
59
Bab 59 Koma
60
Bab 60 Aku bukan hantu
61
Bab 61 Ngintip
62
Bab 62 Kabar baik dari Dani
63
Bab 63 Wasiat
64
Bab 64 Abang? Sayang?
65
Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66
Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67
Bab 67 Buka saja semua.
68
Bab 68 Aling?
69
bab 69 Samakin menjadi-jadi
70
Bab 70 Tidak mau minum obat
71
Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72
Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73
Bab 73 Tak tahan
74
Bab 74 Ikut kekantor
75
Bab 75 Ngambek
76
Bab 76 Tembak tembak
77
Bab 77 Tidak bisa tidur
78
Bab 78 Imam
79
Bab 79 Masa pertumbuhan
80
Bab 80 1 Uban=100 juta
81
Bab 81 Kehilangan
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Salah tangkap
87
Bab 87 Kedatangan Amey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!