Bab 5

"Ay, lu berhasil kan mendapatkan uang dari bos kaya itu?" tanya Dani seketika.

"Dani!" tegur hajjah Rodiah.

Dani mendengus. "Ck! Ini urusan gue, kalian gak usah ikut campur." Dani kemudian menarik lengan Ayang yang tengah di papah hajjah Rodiah dan Bagas. "Ay, lu dengar gue gak?"

"Dan! Lo udah kelewatan! Lu gak liat keadaan Adik lu seperti ini!" seru begas yang begitu geram melihat perlakuan teman semasa kecilnya itu.

Dani mengalihkan pandangannya pada Bastian. "Eh, lu diam ya! Ini bukan urusan lu!" ucap Dani sengit sambil menunjuk wajah Bastian.

"Lu butuh uang berapa? Nih, gue kasih lu uang!" Bastian mengeluarkan dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana.

"Bas, sudah, sudah!" Hajjah Rodiah menengahi perseteruan dua pemuda lajang itu.

Dani mengalihkan lagi pandangannya pada Ayang yang masih terisak pelan sambil menyebut bundanya. "Ay, lu dengar gue gak sih?"

Bastian yang sudah tak tahan lagi melihat perlakuan semena-mena Dani, mendorong kuat dada serta melayangkan pukulan ke wajah Dani, hingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke tanah. "Pergi lu dari sini! Atau gue panggilin warga buat mengusir lu!"

"4nj1ng Lu! Lu liat pembalasan gua nenti!" umpat Dani sambil meludah kesamping.

"Bas, sudah! Ayo bantu Ayang masuk ke dalam rumah dulu,"

Amarah Bastian sedikit reda mendengar perkataan ibunya, lalu ia kembali meraih tangan Ayang, menuntunnya berjalan.

Ayang masih saja terisak sambil terus bergumam memanggil bundanya, pandangan wanita itu kosong, dirinya begitu terpukul, belum bisa menerima kenyataan jika bundanya telah tiada.

.

.

.

Di dalam rumah, Ayang menatap nanar, tubuh yang terbaring di tengah-tengah ruangan. Di tepiskannya tangan hajjah Rodiah dan Bastian yang dari tadi menopang tubuhnya.

Kemudian, ia melangkah gontai mendekati bundanya yang terbujur kaku di tengah-tengah ruangan.

Hajjah Rodiah menahan tangan Bastian yang ingin membantu Ayang berjalan. "Bastian," desis Hajjah Rodiah sembari menggeleng memberi isyarat pada putranya agar tidak mendekat.

Di depan tubuh wanita yang amat di cintainya. Ayang  menjatuhkan lututnya ke lantai, memeluk erat tubuh kaku yang masih di tutupi kain batik. "Bunda, bangun, jangan tinggalin Ayang," lirihnya disertai tangis yang semakin meraung-raung, menjadikan suasana di kediaman itu semakin haru. Para tetangga yang menunggu jenazah sambil yasinan pun ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Ayang saat ini.

*

Keesokan harinya.

Awan di langit terlihat mendung, memayungi seorang wanita yang tengah menangis memeluk gundukan tanah yang masih basah. Kehilang sosok orang yang begitu di cintainya membuat Ayang belum iklas menerima semua ini.

Dari arah gapura, Dani berjalan tergesa-gesa menghampirinya.

"Ay, kata Mami Memi lu berhasil ya memuaskan Bos besar itu?"

Diam, Ayang tak menggubris ucapan saudaranya. Ia masih saja menangis sambil memeluk tempat peristirahatan terakhir bundanya.

"Ay, lu dengar gue gak? Gue minta sebagianlah, kan berkat gua juga lu bisa mendapatkan uang itu,"

Seketika dada Ayang bergemuruh mendengar ucapan Abangnya barusan. Di gengamnya gundukan tanah yang masih basah itu lalu berdiri dan melemparkan seketika pada Dani.

"Ay! Lu apa-apan sih!" dengus Dani kesal.

"Abang ingin uang, kan!" Lalu Ayang mengeluarkan cek yang di dapatkannya dari pria yang telah merenggut kesuciannya tadi malam.

Sreet! Sreet!

Kertas itu di robeknya menjadi beberapa bagian lalu di lemparkannya pada Dani. "Itu uangnya!"

"Ay, lu sudah gila?" Dani memunguti kertas yang telah robek itu.

Dada Ayang naik turun begitu hebat. Dia sudah tak tahan lagi dengan perlakuan Abangnya seperti ini. "Ayang yang gila atau Abang yang gila! Bisa-bisanya Abang melakukan hal ini sama Ayang! Ayang benar-benar kecewa sama Abang," amuknya meluahkan kekecewaannya. Jika saja bundanya masih bisa selamat menggunakan uang yang di dapatkannya dengan cara yang tidak halal, mungkin ia tak sesakit ini.

"Eh, gue gak ada memaksa Lu ya? Lu sendiri yang mau," balas Dani tak kalah sengit sembari tangannya menunjuk Ayang.

Ayang memegang dadanya yang masih bergemuruh hebat, teringat akan nasehat bundanya agar ia dapat bersabar mengahadapi abangnya.

Ayang menghela nafas dalam, mencoba untuk menjalankan nasehat bundanya itu.

"Punya Adik begitu bodoh! Sudah dapat uang malah di buang!" umpat Dani lalu melangkah pergi meninggalkan Ayang yang menatap kepergiannya.

*

Malam harinya di tengah suasana duka dirumah Ayang. Tiba-tiba beberapa mobil berhenti tak jauh dari rumah tersebut. Tidak lama, segerombolan pria berjas hitam memasuki halaman rumah yang terlihat ramai oleh pelayat yang datang.

"Maaf apa ini rumah Nona Juwita?" tanya seorang pria berjas hitam pada warga yang berada di luar rumah.

"Kalian mau apa?" tanya Bastian yang juga berada di sana.

"Kami di perintahkan Tuan Daniel, untuk membawa gadis yang bernama Juwita, bisa Anda tunjukkan yang mana orangnya?" ujar salah satu para pria berjas hitam itu berkata formal tanpa memperdulikan situasi disana yang tengah berkabung.

Bastian kaget mendengar nama yang di sebutkan pria tersebut. Masih segar di ingatannya kejadian beberapa tahun yang lalu, yang berdampak pemecatannya sebagai abdi negara di kerenakan Daniel.

"Disini tidak ada yang bernama Juwita, kalian salah alamat," sahut Bastian.

"Tapi menurut-"

"Tuan-Tuan pergilah, keluarga di rumah ini baru saja tertimpa musibah, jangan sampai para warga emosi dengan kedatangan Tuan-Tuan," potong Bastian.

Pria itu berpikir sejenak. "Baiklah kami akan pergi," ucap salah satu diatara mereka kemudian berlalu pergi.

Bastian menatap punggung para pria yang berjalan ke deretan mobil terparkir.

Ada urusan apa anak buah Daniel mencari Lilis? Apa jangan-jangan ada hubungan dengan Dani yang meminta uang? Ini gawat, bagaimana jika nanti mereka datang lagi kesini. 

Bastian segera masuk kedalam rumah Ayang, menanyakan perihal kedatangan anak buah Daniel mencari wanita itu.

Bastian mendekati Ayang yang tengah menatap bingkai foto almarhum ibundanya.

"Lilis, bisa ikut Abang sebentar?" bisik Bastian.

Ayang tidak menjawab, ia hanya menoleh pada Bastian dengan bola mata yang terlihat berkaca-kaca.

Bastian menarik tangan Ayang berjalan keluar rumah.

Ayang bagai robot, menurut saja kemana Bastian membawanya.

Setelah agak jauh dari keramaian orang-orang, Bastian baru menghentikan langkah dan melepaskan tangan Ayang.

"Em, Lis, tadi ada yang mencarimu kesini,"

Ayang masih diam.

"Kamu kenal dengan orang yang bernama Daniel?" tanya Bastian bernada tegas.

Ayang tampak berpikir sejenak, lalu menggeleng pelan. Karna rasa-rasanya ia memang tidak mengenali nama yang di sebutkan Bastian barusan.

Bastian menghela nafas pendek. "Ya sudah, kamu kembali lah kedalam, Abang hanya ingin menanyakan itu saja," ucap Bastian lagi.

Ayang mengangguk, lalu berbalik badan hendak kembali ke rumah.

"Lis, Dani kemana? Kok Abang dari tadi tidak melihatnya?" mendengar nama saudaranya di sebut, Ayang jadi teringat nama yang di sebutkan Bastian barusan. Seketika wajah Ayang berubah ketakutan teringat kejadian naas tadi malam.

"Lis, kamu kenapa?" Bastian terlihat panik.

Nafas Ayang memburu cepat, sambil menggosok kasar kulit lengannya.

"Lis, kamu kenapa?" ulang Bastian bertanya.

Ayang terlihat semakin ketakutan, ia segera berlari masuk kedalam rumah.

Terpopuler

Comments

Iqlima Al Jazira

Iqlima Al Jazira

kasihan ayang😢

2025-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19 Pahlawan
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26 Culas
27 Bab 27 Kesepakatan
28 Bab 28 Sabar sabar sabar
29 Bab 29 Bergelut Manja
30 Bab 30 Go to Bali
31 Bab 31 Om, Unda atit
32 Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33 Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38 Panggil aku Papa
39 Bab 39 Kesal
40 Bab 40 Aduh! Tembus
41 Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42 Bab 42 Sertifikat rumah
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45 Rencana
46 Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47 Bab 47 Sah?
48 Bab 48 Esmosi
49 Bab 49 Benar-benar marah
50 Bab 50 Ah, gagal maning
51 Bab 51 Sekarang giliranku
52 Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53 Bab 53 Ziarah
54 Bab 54 Diterima
55 Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56 Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57 Bab 57 Pembunuh itu?
58 Bab 58 Kebenaran
59 Bab 59 Koma
60 Bab 60 Aku bukan hantu
61 Bab 61 Ngintip
62 Bab 62 Kabar baik dari Dani
63 Bab 63 Wasiat
64 Bab 64 Abang? Sayang?
65 Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66 Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67 Bab 67 Buka saja semua.
68 Bab 68 Aling?
69 bab 69 Samakin menjadi-jadi
70 Bab 70 Tidak mau minum obat
71 Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72 Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73 Bab 73 Tak tahan
74 Bab 74 Ikut kekantor
75 Bab 75 Ngambek
76 Bab 76 Tembak tembak
77 Bab 77 Tidak bisa tidur
78 Bab 78 Imam
79 Bab 79 Masa pertumbuhan
80 Bab 80 1 Uban=100 juta
81 Bab 81 Kehilangan
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Salah tangkap
87 Bab 87 Kedatangan Amey
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19 Pahlawan
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26 Culas
27
Bab 27 Kesepakatan
28
Bab 28 Sabar sabar sabar
29
Bab 29 Bergelut Manja
30
Bab 30 Go to Bali
31
Bab 31 Om, Unda atit
32
Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33
Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38 Panggil aku Papa
39
Bab 39 Kesal
40
Bab 40 Aduh! Tembus
41
Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42
Bab 42 Sertifikat rumah
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45 Rencana
46
Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47
Bab 47 Sah?
48
Bab 48 Esmosi
49
Bab 49 Benar-benar marah
50
Bab 50 Ah, gagal maning
51
Bab 51 Sekarang giliranku
52
Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53
Bab 53 Ziarah
54
Bab 54 Diterima
55
Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56
Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57
Bab 57 Pembunuh itu?
58
Bab 58 Kebenaran
59
Bab 59 Koma
60
Bab 60 Aku bukan hantu
61
Bab 61 Ngintip
62
Bab 62 Kabar baik dari Dani
63
Bab 63 Wasiat
64
Bab 64 Abang? Sayang?
65
Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66
Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67
Bab 67 Buka saja semua.
68
Bab 68 Aling?
69
bab 69 Samakin menjadi-jadi
70
Bab 70 Tidak mau minum obat
71
Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72
Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73
Bab 73 Tak tahan
74
Bab 74 Ikut kekantor
75
Bab 75 Ngambek
76
Bab 76 Tembak tembak
77
Bab 77 Tidak bisa tidur
78
Bab 78 Imam
79
Bab 79 Masa pertumbuhan
80
Bab 80 1 Uban=100 juta
81
Bab 81 Kehilangan
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Salah tangkap
87
Bab 87 Kedatangan Amey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!