Bab 16

"Ayang."

Ayang tersentak merasakan tangan sesorang mengusap kepalanya.

"Bunda..." Ayang bergumam sembari duduk dan lansung memeluk wanita itu.

"Bunda, jangan tinggalin Ayang lagi." Tangis Ayang pecah memeluk wanita itu.

Cukup lama Ayang menangis dalam pelukan wanita itu, sambil terus bergumam meluahkan kerinduan yang ia rasakan selama ini. Hingga akhirnya Ayang sadar, jika wanita yang tengah di peluknya bukanlah sang bunda. Lantas Ayang mengurai pelukannya, sembari menyeka air mata. "Bu Hajjah!"

"Ayang kamu kenapa Nak?" Hajjah Rodiah keheranan mendengar erangan suara Ayang yang tidak jelas.

"Bu Hajjah kenapa bisa ada di sini?" Hanya erangan yang terdengar serta tangan Ayang bergerak-gerak seperti orang bisu tengah bicara.

"Ya Tuhan, apa yang di lakukan iblis itu padamu, Nak?" Hajjah Rodiah menangkup kedua pipi Ayang, lalu membawanya kedalam pelukan.

Ayang kembali terisak dalam pelukan wanita paruh baya itu.

.

.

.

"Ayang, sekarang coba ceritakan, kenapa kamu bisa seperti ini, Nak? Apa yang di lakukan iblis itu padamu."

Kini Ayang telah berada di rumah hajjah Rodiah, di sana juga ada pak Bampang---suami hajjah Rodiah.

Dengan bahasa isyarat Ayang meminta alat tulis pada hajjah Rodiah.

Bambang yang mengerti, segera berdiri mengambil alat tulis, tidak lama ia kembali lagi memberikan sebuah buku tulis dan pena pada Ayang.

Ayang pun mulai menulis di kertas yang di berikan pak Bambang, ia menceritakan semua perlakuan Daniel terhadapnya hingga menyebabkan suaranya menghilang.

Hajjah Rodiah memeluk Ayang, ketika mengetahui apa yang dialami gadis malang itu setelah berpisah dengannya beberapa minggu yang lalu. "Semoga iblis itu menerima karma atas perbuatan yang pernah di lakukannya terhadap kamu dan almarhum Ayahmu, Nak," ucap Hajjah Rodiah, membuat Ayang seketika melepaskan diri dari pelukannya. Mata Ayang menatap lekat wanita paruh baya yang duduk di sampingnya.

Hajjah Rodiah beralih manatap suaminya. "Abi, sepertinya sudah waktunya Ayang mengetahui apa yang dialami almarhum pak Suwardi dua puluh tahun yang lalu."

Mata Ayang beralih menatap pak Bambang, meminta penjelasan pada pria yang telah berumur setengah abad itu.

Pak Bambang menghela nafas panjang. "Baiklah, Bapak akan ceritakan semuanya."

Kemudian pak Bambang berdiri dari duduknya, berjalan ke sebuah kamar, tidak lama ia kembali lagi membawa sebuah album foto.

Pak bambang menunjukkan beberapa foto pada Ayang. Foto saat ia bersama dengan almarhum pak Suwardi--ayah Ayang, semasa mereka masih menggunakan seragam kepolisian.

"Dahulu, Bapak dan almarhum ayahmu adalah sahabat baik. Kami Sama-sama berprofesi sebagai polisi. Beliau adalah polisi yang jujur, tidak mau di suap oleh kalangan penguasa demi harta ataupun jabatan. Suatu ketika ayahmu mengungkap kasus perdagangan manusia yang di lakukan kalangan mafia. Beliau berhasil melakukan tugasnya dengan baik, menangkap para mafia yang bermain di dalamnya. Namun, hanya beberapa hari saja para tersangka di bebaskan karna semua bukti yang almarhum sita sudah di lenyapkan oleh oknum polisi yang juga terlibat di dalamnya. Beliau tidak lah patah arang. Beberapa bulan kemudian, beliau bercerita jika saat itu tengah menyelidiki kasus perdagangan senjata ilegal antar negara. Ketika tengah menyelidiki kasus itulah, beliau menghilang begitu saja. Pihak kepolisian tidak ada memberikan klarifikasi sepatah katapun. Bapak juga mencoba melanjutkan kasus yang tengah di tangani Ayahmu. Tapi, para mafia itu begitu cerdik, mereka memfitnah Bapak, mengatas namakan pengiriman semua senjata-senjata ilegal itu atas nama Bapak sendiri. Hingga akhirnya Bapak di pecat secara tidak hormat dan harus meringkuk 10 tahun penjara." Pak Bambang menjeda kalimatnya. Kemudian kembali masuk ke dalam kamar, tidak lama ia kembali lagi membawa foto berukuran 4 R.

"Dia adalah pemimpin mafia yang tengah di selidiki Ayahmu waktu itu. Putra tunggal Darius Van Houten." Pak Bambang menyerahkan foto itu pada Ayang.

Ayang terpaku di tempat kala melihat foto itu. Foto Daniel 20 tahun yang lalu yang tak jauh berbeda dengan Daniel yang pernah ia lihat, hanya saja wajah pria itu sekarang lebih terlihat matang.

Selama ini, Ayang tidaklah pernah mengetahui cerita ini dari bundanya. Halimah hanya mengatakan, jika ayahnya sudah meninggal.

Belum sempat Ayang bertanya banyak tentang  sosok ayahnya, tiba-tiba suara motor Dani terdengar di luar.

Hajjah Rodiah berdiri, lalu mengintip dari balik gorden jendela.

"Ayang, Dani sudah datang. Kamu bersembunyilah dulu, takutnya Dani akan mencarimu kesini."

Ayang hanya menurut, ketika hajjah Rodiah membawanya naik ke lantai dua kediaman itu.

Tidak lama berselang, dugaan hajjah Rodiah benar. Di luar, pintu rumahnya di gedor dengan sangat keras sambil berteriak memanggil Ayang.

Pak Bambang yang masih berada di ruang tamu, segera berdiri membukakan pintu.

"Ay! Ay!" Suara teriakan dari luar rumah.

"Pak haji, apa Ayang ada di sini?" tanya Dani seketika saat pintu rumah telah terbuka.

"Eh, Dani, kapan kamu pulang?" Pak Bambang berbasa-basi.

"Ck! Gak usah basa-basi, Pak Haji! Mana adik Gue? Kalian pasti menyembunyikannya kan?" tuduh Dani lansung.

"Masuk lah dulu, Dan," ucap pak Bambang ramah.

"Gua gak ada waktu, Pak Haji, cepat suruh Adik Gue keluar. Ay! Ay! Keluar, Ay, Gue sudah pulang!"

"Dani, jaga sikapmu! Teriak-teriak di rumah orang. Ayang tidak ada di sini!" sahut hajah Rodiah sembari berjalan mendekati suaminya.

"Ck! Kalian gak usah bohong! Gua tau Ayang ada di sini!" kekeh Dani.

"Silahkan kamu periksa sendiri, jika kamu merasa Ayang ada di rumah kami," tantang hajjah Rodiah.

Dani menatap lekat pasangan paruh baya itu secara bergantian. "Awas saja kalian, jika Gue tau, kalian menyembunyikan Adik Gue!" ancam Dani sembari menunjuk hajjah Rodiah dan pak Bambang bergantian, sebelum melangkah pergi.

Hajjah Rodiah segera menutup pintu rumahnya, lalu menarik tangan suaminya ke ruang keluarga.

"Bagaimana ini Abi? Kemana kita harus membawa Ayang? Umi takut hal buruk akan menimpanya lagi."

"Umi tenanglah, Abi akan mencoba menghubungi teman Abi yang ada di desa." Pak Bambang kemudian menghubungi seseorang dengan ponselnya.

"Iya, iya, terimakasih sebelumnya Pak Mamat," ucap pak Bambang sebelum memutuskan sambungan telepon.

"Bagaimana, Bi?" tanya hajjah Rodiah tak sabaran.

"Teman Abi mau menampung Ayang di rumahnya, dia orangnya baik kok, Umi. Kebetulan dia juga tidak mempunyai anak perempuan. Tapi masalahnya sekarang, bagaimana caranya kita mengantarkan Ayang kesana, agar tidak diketahui iblis itu. Umi tau sendiri mata-matanya begitu banyak."

"Iya juga sih Bi. Coba Bastian tidak pergi keluar kota, mungkin dia bisa membantu membawa Ayang pergi dari sini."

Suasana kemudian hening, pasangan paruh baya itu tampak berpikir mencari jalan keluar agar bisa membawa Ayang pergi.

"Umi punya ide, Bi," ucap hajjah Rodiah tiba-tiba lalu membisikkan sesuatu pada suaminya.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Maksudnya gimana Bu Hajjah Rodiah...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?

2025-03-23

1

Erviana Erastus

Erviana Erastus

suami istri cari mslh aza eh ikut campur urusan danil

2025-04-11

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Apa yaaa🤔kira kira idenya Bu Hajjah Rodiah...?

2025-03-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19 Pahlawan
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26 Culas
27 Bab 27 Kesepakatan
28 Bab 28 Sabar sabar sabar
29 Bab 29 Bergelut Manja
30 Bab 30 Go to Bali
31 Bab 31 Om, Unda atit
32 Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33 Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38 Panggil aku Papa
39 Bab 39 Kesal
40 Bab 40 Aduh! Tembus
41 Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42 Bab 42 Sertifikat rumah
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45 Rencana
46 Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47 Bab 47 Sah?
48 Bab 48 Esmosi
49 Bab 49 Benar-benar marah
50 Bab 50 Ah, gagal maning
51 Bab 51 Sekarang giliranku
52 Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53 Bab 53 Ziarah
54 Bab 54 Diterima
55 Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56 Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57 Bab 57 Pembunuh itu?
58 Bab 58 Kebenaran
59 Bab 59 Koma
60 Bab 60 Aku bukan hantu
61 Bab 61 Ngintip
62 Bab 62 Kabar baik dari Dani
63 Bab 63 Wasiat
64 Bab 64 Abang? Sayang?
65 Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66 Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67 Bab 67 Buka saja semua.
68 Bab 68 Aling?
69 bab 69 Samakin menjadi-jadi
70 Bab 70 Tidak mau minum obat
71 Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72 Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73 Bab 73 Tak tahan
74 Bab 74 Ikut kekantor
75 Bab 75 Ngambek
76 Bab 76 Tembak tembak
77 Bab 77 Tidak bisa tidur
78 Bab 78 Imam
79 Bab 79 Masa pertumbuhan
80 Bab 80 1 Uban=100 juta
81 Bab 81 Kehilangan
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Salah tangkap
87 Bab 87 Kedatangan Amey
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19 Pahlawan
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26 Culas
27
Bab 27 Kesepakatan
28
Bab 28 Sabar sabar sabar
29
Bab 29 Bergelut Manja
30
Bab 30 Go to Bali
31
Bab 31 Om, Unda atit
32
Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33
Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38 Panggil aku Papa
39
Bab 39 Kesal
40
Bab 40 Aduh! Tembus
41
Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42
Bab 42 Sertifikat rumah
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45 Rencana
46
Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47
Bab 47 Sah?
48
Bab 48 Esmosi
49
Bab 49 Benar-benar marah
50
Bab 50 Ah, gagal maning
51
Bab 51 Sekarang giliranku
52
Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53
Bab 53 Ziarah
54
Bab 54 Diterima
55
Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56
Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57
Bab 57 Pembunuh itu?
58
Bab 58 Kebenaran
59
Bab 59 Koma
60
Bab 60 Aku bukan hantu
61
Bab 61 Ngintip
62
Bab 62 Kabar baik dari Dani
63
Bab 63 Wasiat
64
Bab 64 Abang? Sayang?
65
Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66
Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67
Bab 67 Buka saja semua.
68
Bab 68 Aling?
69
bab 69 Samakin menjadi-jadi
70
Bab 70 Tidak mau minum obat
71
Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72
Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73
Bab 73 Tak tahan
74
Bab 74 Ikut kekantor
75
Bab 75 Ngambek
76
Bab 76 Tembak tembak
77
Bab 77 Tidak bisa tidur
78
Bab 78 Imam
79
Bab 79 Masa pertumbuhan
80
Bab 80 1 Uban=100 juta
81
Bab 81 Kehilangan
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Salah tangkap
87
Bab 87 Kedatangan Amey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!