Bab 7

Setelah berhasil membawa Ayang keluar dari rumah. Hajjah Rodiah bersembunyi di kediaman salah seorang warga, menunggu hingga para anak buah Daniel pergi dari kawasan komplek perumahan itu.

Bukan tanpa alasan, hajjah Rodiah mati-matian ingin menyelamatkan Ayang dari Daniel. Sebab, dari dulu hajjah Rodiah sudah menganggap Ayang putrinya sendiri. Dari Ayang kecil, saat ibu Ayang pergi berjualan jamu, maka hajjah Rodiahlah yang menjaganya.

"Ayang, boleh Ibu bertanya sesuatu? Tapi sebelumnya Ibu minta maaf."

Ayang yang sejak tadi hanya diam terpaku, menatap wanita paruh baya di depannya dengan mata yang masih berkaca-kaca, kemudian menganggukkan kepalanya pelan.

Hajjah Rodiah menghela nafas, otaknya tengah menyusun kalimat, agar tidak menyinggung perasaan Ayang nantinya. "Malam kemarin, waktu Bunda di rumah sakit, Ayang kemana? Soalnya Ibu tidak melihat Dani saja di sana?"

Mata sendu Ayang kembali berkaca-kaca, lalu ia menundukkan kepalanya.

Hajjah Rodiah yang duduk di sebelahnya, mengusap lembut bahu Ayang. Sungguh ia tak ingin membuat hati gadis itu sedih. Ia hanya ingin meyakinkan kemana perginya Ayang malam itu.

"Sekarang Bunda pasti sangat kecewa dengan Ayang," Bibir Ayang bergetar saat mengucapkan kalimat itu.

Hajjah Rodiah semakin yakin, dengan apa yang ada di pikirannya, jika malam itu pasti Ayang menemui Daniel demi mendapatkan uang untuk biaya operasi bundanya.

Setengah jam kemudian, barulah hajjah Rodiah keluar dari kediaman warga, tempat ia bersembunyi, setelah mendapatkan telepon dari Bastian yang mengatakan anak buah Daniel telah pergi.

Di telepon tadi, Bastian juga mengatakan agar uminya membawa Ayang ke desa tempat neneknya tinggal, yang letaknya jauh dari perkotaan. Bastian juga minta maaf, karna tidak bisa ikut mengantar mereka, sebab saat ini ia tengah sibuk membantu beberapa warga yang terluka akibat kerusuhan dengan anak buah Daniel. Tapi, Bastian telah menyewa taksi untuk menjemput dan mengantarkan uminya dan Ayang ke desa.

* *

Kini, Hajjah Rodiah dan Ayang sudah berada di dalam taksi yang telah di sewa Bastian untuk membawa mereka ke desa.

Sebelumnya, hajjah Rodiah juga sudah memberitahukan Ayang, jika ia akan membawanya ke desa.

Ayang, tidak menjawab, karna pikirannya kacau, membayangkan malam kelam itu, yang membuatnya harus kehilangan kesucian yang selama ini ia jaga. Ia menyesal kenapa waktu itu dengan mudahnya menerima tawaran Dani tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Tiba-tiba saja taksi yang di tumpangi mereka berhenti. Perasaan hajjah Rodiah menjadi was-was, pasalnya jalan yang tengah mereka lewati saat ini adalah jalan tol.

"Ada apa, Pak? Kenapa berhenti?" tanyanya heran, melihat banyak mobil lain juga yang berhenti di depan taksi yang mereka tumpangi.

"Tidak tau juga Buk, itu di depan kita juga banyak mobil yang berhenti," jawab sopir taksi tersebut.

Rasa cemas tiba-tiba hinggap di hati hajjah Rodiah kala melihat pria berjas hitam tengah memeriksa mobil didepan mereka.

Hajjah Rodiah menoleh kesamping melihat Ayang yang masih larut dalam pikirannya.

"Keluar kalian semua!" perintah bebeberapa orang pria berjas hitam sambil memukul bodi mobil.

Ayang seketika tersentak mendengar suara tersebut.

Begitu pun hajjah Rodiah, sebisa mungkin menyembunyikan kecemasannya saat ini.

"Keluar, cepat!" Meski kaca mobil tertutup, namun suara itu terdengar cukup lantang di telinga Ayang.

"Jangan takut, Nak," desis hajjah Rodiah sembari mengusap bahu Ayang.

Lantas hajjah Rodiah pun keluar dari mobil, begitupun dengan sopir yang mengemudi.

Para pria berjas hitam memperhatikan Ayang yang menunduk ketakutan.

"Panggilkan Bos Regan, sepertinya ini gadis yang di cari Tuan Daniel," ucap salah seorang pria berjas hitam di sana.

"Apa maksud kalian? Dia Putri saya!" sanggah hajjah Rodiah.

Ayang yang ketakutan mengeratkan pelukan tangannya di lengan hajjah Rodiah.

Tidak lama Regan datang kesana. "Apa kau sudah menemukannya?" tanya Regan seketika.

"Sepertinya dia orangnya, Bos,"

Regan mendekati Ayang, memperhatikannya dengan seksama. Wanita yang berdiri di hadapannya saat ini memang sama persis dengan ciri-ciri yang di sebutkan mami Memi padanya.

"Siapa namamu?" Regan bertanya dengan sopon.

"Dia Putri saya! Tolong jangan ganggu dia, dia lagi sakit!" Hajjah Rodiah mendekap Ayang dengan erat.

Sejenak Regan diam, masih memperhatikan wanita yang berdiri di hadapannya, lalu ia mengeluarkan ponsel. "Baiklah, saya tidak akan mengganggu kalian, tapi biarkan saya mengambil gambarnya,"

Hajjah Rodiah seketika berdiri di depan Ayang, ketika Regan membidikkan kamera ponselnya. "Saya tidak akan membiarkan kalian mengambil gambarnya!"

Regan menyeringai. "Kita pergi sekarang,"  Regan menjeda kalimatnya, sambil tersenyum penuh arti menatap hajjah Rodiah. "Bawa gadis ini," lanjutnya.

Para pria berjas hitam segera melakukan perintah Regan, membawa paksa Ayang ke salah satu mobil yang ada di sana.

Hajjah Rodiah berusaha menghalangi para pria berjas hitam agar tidak membawa Ayang. Namun usahanya sia-sia, wanita paruh baya itu tidaklah berdaya melawan para pria yang jumlahnya begitu banyak.

.

.

.

.

30 menit kemudian Ayang telah berada di kediaman Daniel yang begitu megah. Wanita itu terus berteriak meminta di lepaskan.

Tap

Tap

Tap

Derap langkah sepatu dari atas tangga membuat para pria yang berada di sana seketika menunduk hormat.

Ayang yang ikut melihat ke arah tangga, tersentak melihat pria yang merenggut mahkotanya. Ia pun ikut menunduk ketakutan.

"Regan! Lepaskan dia!" seru Daniel murka.

Seketika Regan melepaskan tangannya yang memegang tangan Ayang.

Daniel mendekat, lalu mangangkat dagu Ayang dengan satu tangannya. "Apa dia menyakitimu?"

Daniel menyeringai, membuat Ayang semakin gemetar ketakutan.

"Tu-Tuan, to-tolong lepaskan saya," ucap Ayang terbata-bata.

Daniel tertawa terbahak-bahak. "Jangan takut honey, aku hanya ingin bersenang-senang denganmu," Daniel kemudian melepaskan tangannya yang memegang dagu Ayang, lalu beralih menatap Regan.

"Sekarang kalian pergilah!"

Regan mengangguk lalu memberikan kode pada anak buahnya agar pergi.

"Awh!" Ayang tersentak kala Daniel mengangkat tubuhnya seperti karung beras, lalu membawanya ke lantai atas.

Pukulan Ayang di tubuhnya bagaikan sebuah ransangan tersendiri yang membuat gairahnya semakin berkobar. Sejak melihat Ayang, hasrat lelakinya bangkit seketika, ia sudah tak sabar lagi mengulang kenikmatan yang pernah di rasakannya bersama Ayang waktu itu.

Bugh!

Daniel menghempaskan tubuh Ayang ke ranjang empuknya.

"Tolong Tuan, biarkan saya pergi," mohon Ayang meringis ketakutan.

Bukannya kasihan, tapi Daniel malah semakin bernafsu mendengar suara tangis Ayang. Lalu, ia segera melepaskan pakaian yang melakat di tubuhnya.

Tapi tiba-tiba, gerakannya terhenti, saat indra penciumannya yang tajam menghirup aroma yang menyengat. Dan, matanya menangkap sesuatu yang basah diatas ranjang.

"Wow! Belum apa-apa kau sudah klimaks," Daniel terkekeh melihat Ayang yang kini menutup matanya dengan kedua tangan.

Daniel seketika mengendus cairan itu. "Shit! Kau ngompol?" dengusnya, kemudian menjauh dari ranjang.

Saking takutnya, tanpa sadar Ayang pipis di celana.

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

Minum tuh bos, BANYU PIPISSSS

2025-04-12

1

Erviana Erastus

Erviana Erastus

omg 😰😰😰

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19 Pahlawan
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26 Culas
27 Bab 27 Kesepakatan
28 Bab 28 Sabar sabar sabar
29 Bab 29 Bergelut Manja
30 Bab 30 Go to Bali
31 Bab 31 Om, Unda atit
32 Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33 Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38 Panggil aku Papa
39 Bab 39 Kesal
40 Bab 40 Aduh! Tembus
41 Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42 Bab 42 Sertifikat rumah
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45 Rencana
46 Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47 Bab 47 Sah?
48 Bab 48 Esmosi
49 Bab 49 Benar-benar marah
50 Bab 50 Ah, gagal maning
51 Bab 51 Sekarang giliranku
52 Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53 Bab 53 Ziarah
54 Bab 54 Diterima
55 Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56 Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57 Bab 57 Pembunuh itu?
58 Bab 58 Kebenaran
59 Bab 59 Koma
60 Bab 60 Aku bukan hantu
61 Bab 61 Ngintip
62 Bab 62 Kabar baik dari Dani
63 Bab 63 Wasiat
64 Bab 64 Abang? Sayang?
65 Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66 Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67 Bab 67 Buka saja semua.
68 Bab 68 Aling?
69 bab 69 Samakin menjadi-jadi
70 Bab 70 Tidak mau minum obat
71 Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72 Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73 Bab 73 Tak tahan
74 Bab 74 Ikut kekantor
75 Bab 75 Ngambek
76 Bab 76 Tembak tembak
77 Bab 77 Tidak bisa tidur
78 Bab 78 Imam
79 Bab 79 Masa pertumbuhan
80 Bab 80 1 Uban=100 juta
81 Bab 81 Kehilangan
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Salah tangkap
87 Bab 87 Kedatangan Amey
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19 Pahlawan
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26 Culas
27
Bab 27 Kesepakatan
28
Bab 28 Sabar sabar sabar
29
Bab 29 Bergelut Manja
30
Bab 30 Go to Bali
31
Bab 31 Om, Unda atit
32
Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33
Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38 Panggil aku Papa
39
Bab 39 Kesal
40
Bab 40 Aduh! Tembus
41
Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42
Bab 42 Sertifikat rumah
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45 Rencana
46
Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47
Bab 47 Sah?
48
Bab 48 Esmosi
49
Bab 49 Benar-benar marah
50
Bab 50 Ah, gagal maning
51
Bab 51 Sekarang giliranku
52
Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53
Bab 53 Ziarah
54
Bab 54 Diterima
55
Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56
Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57
Bab 57 Pembunuh itu?
58
Bab 58 Kebenaran
59
Bab 59 Koma
60
Bab 60 Aku bukan hantu
61
Bab 61 Ngintip
62
Bab 62 Kabar baik dari Dani
63
Bab 63 Wasiat
64
Bab 64 Abang? Sayang?
65
Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66
Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67
Bab 67 Buka saja semua.
68
Bab 68 Aling?
69
bab 69 Samakin menjadi-jadi
70
Bab 70 Tidak mau minum obat
71
Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72
Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73
Bab 73 Tak tahan
74
Bab 74 Ikut kekantor
75
Bab 75 Ngambek
76
Bab 76 Tembak tembak
77
Bab 77 Tidak bisa tidur
78
Bab 78 Imam
79
Bab 79 Masa pertumbuhan
80
Bab 80 1 Uban=100 juta
81
Bab 81 Kehilangan
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Salah tangkap
87
Bab 87 Kedatangan Amey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!