Bab 12

Daniel melakukan apa yang di sarankan dokter. Ia menyiapkan sebuah rumah untuk Ayang tinggal. Rumah itu telah ia lengkapi CCTV di setiap sudut, jadi ia tetap bisa memantau Ayang dari ponselnya walau tidak bisa berada di dekat gadis itu.

Hampir setiap malam, Daniel juga datang kerumah itu dan masuk ke kamar Ayang, tentunya setelah memastikan Ayang tidur. Kemudian ia akan berbaring di samping Ayang menuntaskan hasratnya dengan bersolo karir. Karna hanya berada di dekat Ayang naganya bisa bangun. Selesai menuntaskan hasratnya ia akan keluar dari kamar itu.

.

.

.

Telah sebulan lamanya Ayang tinggal di rumah itu, bersama seorang pelayan yang di perintahkan Daniel untuk menjaga dan memenuhi segala kebutuhannya. Susi nama pelayan yang menjaga Ayang di rumah itu, wanita yang sudah sepuluh tahun lebih mengabdi pada Daniel. Ayang berkomunikasi dengan Susi melalui alat tulis.

Setiap hari psikiater juga akan datang kerumah itu untuk membantu Ayang memulihkan trauma yang dialaminya.

"Nona, makan malamnya sudah siap."

Malam itu sudah berkali-kali Susi mengetuk dan memanggil Ayang namun pintu kamar tak kunjung terbuka.

Kemudian Susi mencoba membuka pintu kamar Ayang, namun, pintu kamar itu terkunci dari dalam. Ia pun mulai cemas, lalu mengambil ponselnya yang di berikan Daniel untuk memantau CCTV yang menyorot seluruh isi kamar Ayang. Akan tetapi, ia tidak melihat keberadaan Ayang di dalam kamar itu. Susi semakin panik, ia kemudian berjalan keluar rumah untuk memanggil pengawal yang juga di tugaskan Daniel menjaga rumah.

Dengan bantuan pengawal, pintu kamar itu berhasil terbuka.

Susi bergegas masuk kedalam kamar mencari keberadaan Ayang. Matanya lansung tertuju pada pintu kamar mandi yang tertutup. Ia segera mendekati pintu itu dan mencoba membukanya. Namun, lagi-lagi pintu kamar mandi itu pun terkunci dari dalam.

Kembali Susi meminta bantuan para bengawal untuk membuka pintu tersebut. Benar saja dugaannya, di dalam kamar mandi itu ia melihat Ayang, tergeletak di lantai di bawah air shower yang menyala. Susi menjerit histeris kalau melihat luka goresan di urat nadi Ayang yang masih mengeluarkan darah meski di bawah guyuran air shower.

"Tolong, bawa dia keatas ranjang!" serunya pada ketiga pengawal yang berada di sana.

"Kami tidak berani Sus, nanti bisa-bisa tangan kami yang di potong Tuan," sahut salah satu pengawal itu.

Susi segera mematikan air shower, kemudian mengambil ponselnya untuk menelpon Daniel, meskipun ada rasa takut dengan amukan tuannya itu nantinya.

"Ha-hallo, Tu-Tuan," ucap Susi saat sambungan teleponnya sudah terhubung.

"Hm, ada apa kau menelponku," sahut Daniel di ujung sana.

"No-Nona, Tu-Tuan, Nona pingsan di dalam kamar mandi," ucap Susi terbata-bata.

"Dasar tak berguna!" umpat Daniel di ujung sana, bersamaan dengan itu sambungan telepon pun terputus.

30 menit berselang, Daniel tiba di rumah tempat Ayang tinggal. Buru-buru ia turun dari mobil menuju kedalam kamar.

"Sialan! Kenapa kalian tidak membantunya!" umpatnya lantang, sembari berjalan mendekati Ayang dan lansung membopongnya menuju ranjang.

"Regan! Panggil Dokter sekarang!" teriaknya yang kepanikan sembari menepuk pelan pipi Ayang. "Hei, bangun, kau tidak boleh mati!"

Beberapa menit kemudian dokter pun datang dan lansung menangani Ayang.

"Tuan, dia banyak kehilangan darah, sepertinya kita harus membawanya kerumah sakit," ujar Dokter takut-takut menerima amukan pria yang berdiri di sampingnya.

Tanpa banyak tanya lagi, Daniel lansung membopong tubuh Ayang menuju mobilnya.

.

.

.

"Maaf Tuan, gadis ini telah banyak kehilangan darah dan kita perlu pendonor, karna saat ini persedian darah yang cocok untuk gadis ini sedang tidak ada di rumah sakit ini,"

"Kau ambil saja darahku!"

"Baik Tuan, Tapi kita perlu menguji darah Tuan terlebih dulu, cocok atau tidak untuk pasien."

"Ya kau lakukan saja, yang penting dia bisa tetap hidup."

"Baik Tuan." Dokter kemudian mengambil sample darah Daniel dan segera membawa ke laboratorium untuk di periksa.

Selang beberapa menit dokter kembali menemui Daniel. "Maaf Tuan, golongan darah Tuan tidak cocok dengan pasien. Apakah pasien tidak punya saudara, karna kemungkinan saudara kandung memiliki golongan darah yang sama," ujar dokter.

Daniel seketika menoleh pada Regan, karna orang kepercayaannya itulah yang lebih tau asal-usul Ayang di bandingkan dirinya.

Regan mendekati Daniel, lalu membisikkan sesuatu padanya. "Menurut informasi yang saya dapatkan, gadis ini memang memiliki saudara, Tuan."

"Cari dia dan bawa kesini secepatnya!" desis Daniel.

"Baik Tuan," sahut Regan, lalu ia bergegas pergi.

Daniel juga menyuruh Susi, menghubungi semua pelayannya yang ada di mension, agar  segera datang kerumah sakit dan meminta dokter agar memeriksa darah mereka satu persatu cocok atau tidak dengan darah Ayang. Namun tak satupun dari mereka memiliki golongan darah yang sama dengan Ayang.

.

.

.

Beberapa jam kemudian. Regan datang bersama Dani ke rumah sakit.

"Ay, Lu kenapa?" Dani menghempari Ayang yang pingsan dalam keadaan pucat. Walau bagaimanapun, saudara itu bagaikan satu tubuh, saat jari terluka maka mata yang akan menangis. Begitupun Dani melihat Ayang terbaring tak berdaya, ada rasa penyesalan di hatinya.

"Bangsat! Lo apakan Adik Gue!"

Bugh!

Dani seketika melayangkan pukulan ke wajah pria berperawakan tinggi itu dan mencengkram jas mewah yang di kenakannya.

Daniel mengangkat satu tangannya, mencegah anak buahnya agar tidak ikut campur.

"Kalau kau bersedia mendonorkan darah untuknya, kuberikan uang berapapun yang kau minta."

Mulut Dani seketika menganga. "Lo serius?" tanyanya meyakinkan.

Daniel tersenyum sinis, lalu mengangguk. "Iya,"

Dani kemudian menoleh pada Ayang. Padahal, tanpa di berikan uang pun, ia akan bersedia mendonorkan darah untuk adik satu-satunya itu. Tapi, ia juga tidak bisa menolak jika Daniel benar-benar akan memberikannya uang.

"Baiklah," ucap Dani kemudian, lalu melepaskan tangannya dari jas Daniel.

Daniel menyeringai tipis, lalu menyuruh Dokter agar menguji Darah Dani.

Setelah di periksa ternyata golongan darah Dani memang sama dengan Ayang. "Darahnya cocok, Tuan." ujar Dokter.

"Kau tunggu apa lagi, capat selamatkan dia!"

"Baik Tuan." Lalu, dokter pun segera melakukan transfusi darah.

.

.

.

* * *

Setelah beberapa jam, selesai transfusi darah jemari Ayang mulai bergerak-gerak, di sertai kelopak matanya mulai terbuka secara perlahan.

Tak ingin membuat Ayang kembali histeris, Daniel segera melangkahkan kaki keluar.

Ayang mengedarkan pandangannya yang masih berkabut, melihat sosok yang tak jelas berdiri tegap di samping kanannya.

"Ay..."

Perlahan Ayang menoleh ke sisi kiri ketika mendengar suara yang begitu ia kenal memanggil. Matanya mengerjap cepat, agar bisa melihat dengan jelas sosok yang berbaring di ranjang di sebelah kirinya.

"Ay, ini Gue."

"Abang..." panggil Ayang namun yang keluar dari mulutnya hanya erangan saja.

Kening Dani berkerut kuat mendengar erangan lirih dari mulut adiknya. Kemudian ia memaksakan bangun dari ranjang berdiri di samping Ayang.

"Ay, ini Gue Dani, Abang Lu!" Suara Dani terdengar bergetar sambil mengusap kepala adiknya.

Ayang meraih tangan Dani menggenggamnya dengan kedua tangan di sertai air mata yang mengalir deras.

"Ay, Lu kenapa? Cerita sama Gue, Dek."

Ayang hanya mengerang menceritakan apa yang menimpanya sambil terus menangis.

"Apa yang dilakukan bajingan itu pada Lu, Dek?" Daniel melayangkan tatapan pada Susi, pelayang yang berdiri di sisi kanan ranjang. "Apa yang terjadi sama Adik Gue?!"

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Makanya .... jangan semena mena sama perempuan... karena kamu sangat butuh Ayang...

2025-03-22

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Gara gara Elu juga kali Dan...

2025-03-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19 Pahlawan
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26 Culas
27 Bab 27 Kesepakatan
28 Bab 28 Sabar sabar sabar
29 Bab 29 Bergelut Manja
30 Bab 30 Go to Bali
31 Bab 31 Om, Unda atit
32 Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33 Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38 Panggil aku Papa
39 Bab 39 Kesal
40 Bab 40 Aduh! Tembus
41 Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42 Bab 42 Sertifikat rumah
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45 Rencana
46 Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47 Bab 47 Sah?
48 Bab 48 Esmosi
49 Bab 49 Benar-benar marah
50 Bab 50 Ah, gagal maning
51 Bab 51 Sekarang giliranku
52 Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53 Bab 53 Ziarah
54 Bab 54 Diterima
55 Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56 Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57 Bab 57 Pembunuh itu?
58 Bab 58 Kebenaran
59 Bab 59 Koma
60 Bab 60 Aku bukan hantu
61 Bab 61 Ngintip
62 Bab 62 Kabar baik dari Dani
63 Bab 63 Wasiat
64 Bab 64 Abang? Sayang?
65 Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66 Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67 Bab 67 Buka saja semua.
68 Bab 68 Aling?
69 bab 69 Samakin menjadi-jadi
70 Bab 70 Tidak mau minum obat
71 Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72 Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73 Bab 73 Tak tahan
74 Bab 74 Ikut kekantor
75 Bab 75 Ngambek
76 Bab 76 Tembak tembak
77 Bab 77 Tidak bisa tidur
78 Bab 78 Imam
79 Bab 79 Masa pertumbuhan
80 Bab 80 1 Uban=100 juta
81 Bab 81 Kehilangan
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Salah tangkap
87 Bab 87 Kedatangan Amey
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19 Pahlawan
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26 Culas
27
Bab 27 Kesepakatan
28
Bab 28 Sabar sabar sabar
29
Bab 29 Bergelut Manja
30
Bab 30 Go to Bali
31
Bab 31 Om, Unda atit
32
Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33
Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38 Panggil aku Papa
39
Bab 39 Kesal
40
Bab 40 Aduh! Tembus
41
Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42
Bab 42 Sertifikat rumah
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45 Rencana
46
Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47
Bab 47 Sah?
48
Bab 48 Esmosi
49
Bab 49 Benar-benar marah
50
Bab 50 Ah, gagal maning
51
Bab 51 Sekarang giliranku
52
Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53
Bab 53 Ziarah
54
Bab 54 Diterima
55
Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56
Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57
Bab 57 Pembunuh itu?
58
Bab 58 Kebenaran
59
Bab 59 Koma
60
Bab 60 Aku bukan hantu
61
Bab 61 Ngintip
62
Bab 62 Kabar baik dari Dani
63
Bab 63 Wasiat
64
Bab 64 Abang? Sayang?
65
Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66
Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67
Bab 67 Buka saja semua.
68
Bab 68 Aling?
69
bab 69 Samakin menjadi-jadi
70
Bab 70 Tidak mau minum obat
71
Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72
Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73
Bab 73 Tak tahan
74
Bab 74 Ikut kekantor
75
Bab 75 Ngambek
76
Bab 76 Tembak tembak
77
Bab 77 Tidak bisa tidur
78
Bab 78 Imam
79
Bab 79 Masa pertumbuhan
80
Bab 80 1 Uban=100 juta
81
Bab 81 Kehilangan
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Salah tangkap
87
Bab 87 Kedatangan Amey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!