Bab 13

"Akhbaaang... " Ayang mengerang memanggil Dani yang berjalan keluar.

"Bangs4t! Apa yang kalian lakukan pada Adik Gue!"

Dani hendak melayangkan tinjunya pada Daniel, Meski tubuhnya masih lemah usai mendonorkan darah untuk adiknya. Namun, belum sampai tangannya menyentuh pria berperawakan tinggi besar itu, tubuh Dani di tahan oleh para pria berjas hitam.

"Lepaskan Gue bans4t!" Dani turus berontak, tapi, sia-sia karna tenaganya tak cukup kuat menepiskan tenaga para pria yang menahan tubuhnya.

Daniel menyeringai sinis, lalu menjentikkan jarinya dan seketika seorang pria berjas hitam dibelakangnya membawa sebuah koper yang berisi penuh dengan uang.

Dani menatap uang di dalam koper itu dengan mata yang berbinar.

"A-apa itu se-semua buat Gue?" tanya Dani seakan tak percaya melihat banyaknya lembar uang di hadapannya.

"Ya, itu semua buat kau!" Daniel memberikan kode pada anak buahnya agar melpaskan Dani.

Seketika Dani mendekat kearah pria yang memegang koper tersebut.

"Sekarang kau bisa bersenang-senang!" ucap Daniel sinis.

"Ta-tapi bagimana dengan adik Gue?"

"Adik kau aman bersamaku,"

Dani menatap lekat pria di hadapannya, lalu menoleh pada pintu ruang ICU yang terbuka.

Kemudian Dani masuk ke dalam ruangan ICU, membisikkan sesuatu pada Ayang, lalu ia kembali keluar mangambil koper berisikan uang yang di berikan Daniel, setelah itu ia pergi meninggalkan rumah sakit.

Daniel menyeringai sinis. "Regan, suruh orang untuk mengawasi dia, aku masih membutuhkannya nanti!"

"Baik Tuan." Regan lalu memerintahkan seorang yang ada di sana untuk mengikuti Dani.

.

.

.

Dua hari kemudian Ayang sudah di bawa kembali ke rumah tempatnya tinggal. Kali ini Daniel menegaskan pada Susi agar kejadian Ayang bunuh diri tidak lagi terjadi. Ia juga menambahkan satu orang pelayan lagi agar Susi bisa bergantian menjaga Ayang di sana. Tak hanya itu, Daniel juga memasang CCTV di dalam kamar mandi, agar bisa melihat apa yang di lakukan Ayang di dalam sana.

Ayang benar-benar bagaikan seekor burung dalam sangkar emas. Tak ada lagi senyum menghiasi wajahnya. Setiap hari, ia hanya mengurung diri dalam kamar, di temani pelayan yang seperti robot, tanpa bisa ia ajak bercerita.

Pagi itu, ketika bangun tidur, Ayang merasakan mual yang begitu hebat, perutnya benar-benar terasa di aduk-aduk di dalam sana. Lantas, Ayang segera bangkit dari ranjang berlarian kekamar mandi, di depan westafel ia berdiri memuuntahkan isi dalam perutnya. Sementara diambang pintu seorang pelayan berdiri menunggunya.

"Nona kenapa? Apa perlu saya penggil Dokter?" tanya pelayan.

Ayang menggeleng, lalu mencuci mulutnya.

"Apa Nona ingin mandi sekalian?"

Lagi-lagi Ayang menggeleng sembari menyilangkan kedua tangannya di dada seperti orang kedinginan. Kemudian ia kembali berjalan menuju ranjang. Ia berbaring menyelimuti dirinya dengan selimut.

Pelayan mengambil ponselnya yang berdering dan segera menggeser layar untuk menjawab panggilan telepon dari tuannya.

"Hallo, Tuan!"

"Kenapa dengan dia? Apa dia sakit?" tanya Daniel di ujung sana. Tentu saja pria itu dapat melihat Ayang yang muntah-muntah di dalam kamar mandi tadi.

"Saya juga tidak tau, Tuan, tadi sudah saya tanyakan. Tapi katanya dia baik-baik saja," jawab pelayan.

"Sekarang coba kau rasakan suhu tubuhnya!" titah Daniel di ujung sana.

"Baik Tuan."

Pelayan pun meminta izin pada Ayang untuk memegang keningnya.

"I-iya Tuan, badannya sedikit panas," ucap pelayan kemudian.

Seketika sambungan telepon terbutus.

Ayang kembali berlarian ke kamar mandi karna merasakan perutnya kembali terasa diaduk-aduk.

"Wajah Nona terlihat pucat sekali, saya akan panggil Dokter."

Ayang menggeleng lalu merebut ponsel pelayan tersebut.

"Nona, tolong jangan begini, kembalikan ponsel saya," pinta pelayan menadahkan tangannya pada Ayang.

Ayang tidak mengembalikan ponsel pelayan tersebut, ia terus berjalan menuju ranjang.  Tapi, tiba-tiba ponsel yang di pegangnya berdering, Ayang melihat pelayan yang berdiri di samping ranjang, kemudian memberikan ponsel itu padanya.

Pelayan menganbil ponselnya dan lansung menjawab panggilan dari tuannya.

"Hallo Tuan."

"Bodoh! Kenapa malah kau yang menjawab!" umpat Daniel di ujung sana.

"Ma-maafkan saya Tuan," sesal pelayan merasa heran.

"Tunggu saja, sebentar lagi Dokter akan datang kesana!"

"Baik Tuan."

Sambungan telepon pun berakhir.

Tidak lama Susi masuk ke dalam kamar, membawa sarapan untuk Ayang. "Nona,  sarapannya sudah siap," kata Susi sembari meletakkan sarapan diatas meja. "Beti, kamu istrahatlah."

Pelayan yang bernama Beti itu pun keluar dari kamar.

Ayang mengambil kertas dan pena diatas meja, lalu mulai menulis di sana. Ayang belum lapar, Bik.  tulisnya di kertas itu.

Susi menghela nafas. "Nona, makanlah sedikit, kalau Nona tidak makan, saya yang akan di marahi Tuan," ucap Susi memohon.

Bibir Ayang mengerucut melihat piring berisi sarapan yang di bawa Susi. Kemudian ia menulis lagi di kertas. Ada mangga gak Bi, Ayang pengan makan mangga. 

Kening Susi berkerut kuat. "Ada, tapi ini masih pagi Nona, lebih baik Nona makan sarapan yang saya buatkan ini saja?"

Ayang menggeleng, lalu kembali menulis di kertas. Pokoknya Ayang mau makan mangga! 

"Ya, baiklah, tapi Nona harus sarapan dulu, nanti saya akan kupaskan mangga untuk Nona."

Ayang menggeleng, masih dengan bibir yang mengerucut, Ayang merebahkan tubuh di ranjang dengan posisi memunggungi Susi.

Tiba-tiba ponsel Susi berdring.

"Hallo Tuan."

"Kenapa dengan dia?" tanya Daniel di ujung sana.

"Nona mau makan mangga Tuan, tapi saya menyuruhnya agar memakan sarapan yang saya buat."

"Berikan saja apa yang dia mau!"

"Baik Tuan."

Setelah sambungan telepon berakhir, Susi berjalan kebelakang mengambil dan mengupas mangga untuk Ayang, tidak berapa lama ia kembali lagi kedalam kamar.

"Nona, ini mangganya," ucap pelayan yang sudah membawa potongan mangga.

Ayang berbalik badan, dan seketika wajahnya berbinar melihat sepiring irisan mangga tersaji diatas piring. Ayang lansung duduk, meraih piring berisi irisan buah mangga itu. Kemudian ia meletakkan kembali piring diatas meja, lalu mengambil alat tulisnya, menulis sesuatu di sana. Bik, boleh buatkan bumbu rujak gak? 

Susi mengangguk, "Baiklah."

Sebelum Susi melangkah pergi, Ayang kembali menulis sesuatu di kertas. Yang pedas ya, BIk, banyakin cabe rawitnya. Ayang tersenyum sembari memperlihatkan tulisannya pada Susi.

"Iya, tapi sebelum makan mangga, Nona sarapanlah dulu, biar perut Nona tidak sakit."

Ayang mengangguk.

Susi pun pergi keluar, membuatkan bumbu rujak yang di minta Ayang. Sementara Ayang memakan beberapa suap sarapan yang bawakan Susi tadi.

Selang beberapa menit, Susi kembali lagi membawa bumbu rujak yang di minta Ayang.

Ayang lansung menyambar mangkok kecil berisi bumbu rujak itu, menghirup kuat aroma bumbu rujak itu.

Susi menggeleng, melihat Ayang memakan irisan mangga itu begitu lahap.

"Bibik mau?" Ayang menggerakkan bibirnya sembari memberikan sepotong mangga yang sudah di cocolnya dengan bumbu rujak.

Susi menggeleng cepat.

"Enak loh, Bik."

"Nona makan saja, saya tidak suka."

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

bener orang Batak nie.... Daniel...

2025-03-22

2

Sweet Girl

Sweet Girl

Hamil nie si Ayang embeb.

2025-03-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19 Pahlawan
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26 Culas
27 Bab 27 Kesepakatan
28 Bab 28 Sabar sabar sabar
29 Bab 29 Bergelut Manja
30 Bab 30 Go to Bali
31 Bab 31 Om, Unda atit
32 Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33 Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38 Panggil aku Papa
39 Bab 39 Kesal
40 Bab 40 Aduh! Tembus
41 Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42 Bab 42 Sertifikat rumah
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45 Rencana
46 Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47 Bab 47 Sah?
48 Bab 48 Esmosi
49 Bab 49 Benar-benar marah
50 Bab 50 Ah, gagal maning
51 Bab 51 Sekarang giliranku
52 Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53 Bab 53 Ziarah
54 Bab 54 Diterima
55 Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56 Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57 Bab 57 Pembunuh itu?
58 Bab 58 Kebenaran
59 Bab 59 Koma
60 Bab 60 Aku bukan hantu
61 Bab 61 Ngintip
62 Bab 62 Kabar baik dari Dani
63 Bab 63 Wasiat
64 Bab 64 Abang? Sayang?
65 Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66 Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67 Bab 67 Buka saja semua.
68 Bab 68 Aling?
69 bab 69 Samakin menjadi-jadi
70 Bab 70 Tidak mau minum obat
71 Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72 Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73 Bab 73 Tak tahan
74 Bab 74 Ikut kekantor
75 Bab 75 Ngambek
76 Bab 76 Tembak tembak
77 Bab 77 Tidak bisa tidur
78 Bab 78 Imam
79 Bab 79 Masa pertumbuhan
80 Bab 80 1 Uban=100 juta
81 Bab 81 Kehilangan
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86 Salah tangkap
87 Bab 87 Kedatangan Amey
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19 Pahlawan
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26 Culas
27
Bab 27 Kesepakatan
28
Bab 28 Sabar sabar sabar
29
Bab 29 Bergelut Manja
30
Bab 30 Go to Bali
31
Bab 31 Om, Unda atit
32
Bab 32 Ajam Imik cucu Unda
33
Bab 33 Om bau, mandi duyu cana!
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38 Panggil aku Papa
39
Bab 39 Kesal
40
Bab 40 Aduh! Tembus
41
Bab 41 Unda, Papa kok beyum Puyang?
42
Bab 42 Sertifikat rumah
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45 Rencana
46
Bab 46 Papa ngak oyeh nilkah cama Unda!
47
Bab 47 Sah?
48
Bab 48 Esmosi
49
Bab 49 Benar-benar marah
50
Bab 50 Ah, gagal maning
51
Bab 51 Sekarang giliranku
52
Bab 52 Bunda kalian lagi bikin dedek
53
Bab 53 Ziarah
54
Bab 54 Diterima
55
Bab 55 Kalian kenapa menangis?
56
Bab 56 Bunda marah sama pintu, bukan pada kalian
57
Bab 57 Pembunuh itu?
58
Bab 58 Kebenaran
59
Bab 59 Koma
60
Bab 60 Aku bukan hantu
61
Bab 61 Ngintip
62
Bab 62 Kabar baik dari Dani
63
Bab 63 Wasiat
64
Bab 64 Abang? Sayang?
65
Bab 65 Saya sudah maafkan Tuan
66
Bab 66 Yei! Papa udah angun!
67
Bab 67 Buka saja semua.
68
Bab 68 Aling?
69
bab 69 Samakin menjadi-jadi
70
Bab 70 Tidak mau minum obat
71
Bab 71 Mau tau aja atau mau tau banget?
72
Bab 72 Sama-sama takut kehilangan
73
Bab 73 Tak tahan
74
Bab 74 Ikut kekantor
75
Bab 75 Ngambek
76
Bab 76 Tembak tembak
77
Bab 77 Tidak bisa tidur
78
Bab 78 Imam
79
Bab 79 Masa pertumbuhan
80
Bab 80 1 Uban=100 juta
81
Bab 81 Kehilangan
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86 Salah tangkap
87
Bab 87 Kedatangan Amey

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!