Mendengar Tomy menyebutkan soal polisi, membuat Gita semakin sadar jika masalah yang menimpa Denting adalah hal yang serius. Gadis itu merasa semakin bersalah ketika ingatan tentang 'hari itu' kembali melintas setelah beberapa saat berbicara dengan Tomy.
"Kayaknya ... kita jangan ngobrol di sini deh, Gaes." Yuli angkat bicara. Sepertinya topik ini terlalu ngeri. Apalagi tadi gue nangkepnya soal penyerangan Denting itu kejadiannya di sekolah ini.
"Yuli bener, kita ngobrol di tempat lain aja. Kalian tunggu di sini," tukas Tomy serya bangkit dari duduknya, lalu segera masuk kembali ke dalam perpustakaan untuk merapikan buku dan tasnya.
"Git ... Lo denger gak tadi?" Yuli menyikut-nyikut Gita.
"Iya, gue denger. Kita disuruh nunggu di sini," jawab Gita.
"Ih Lo gak peka!" desis Yuli, "Kak Tomy nyebut nama gue tadi, heu heu heu ... seneng banget gue!"
Gita memutar bola matanya malas. "Iya, iya ... gue ikut seneng."
Tak lama kemudian Tomy pun keluar dari perpustakaan dan memberi kode agar kedua gadis itu mengikuti langkahnya ke arah parkiran mobil.
***
Mobil Tomy meluncur di jalan raya dengan mulus, dengan Gita duduk di samping kursi kemudi, karena Tomy tak mau dianggap seperti supir para gadis itu.
Yuli duduk dengan tenang di kursi belakang dengan hati riang gembira. Kalau gue duduk di depan, gue rasa jantung gue gak aman ngeliat pesona kak Tomy dari jarak sedekat itu.
"Gaya banget Tom, masih SMA udah bawa kendaraan aja," tutur Gita. Gue aja bawa mobil pas udah kerja, itu pun mobil kantor. Hahaha.
"Gue mampu, gimana dong," balas Tomy tanpa canggung.
"Dih songong," cibir Gita,
"Kenyataan kali," ujar Tomy.
"Dia nyebelin tapi gue gak bisa benci. Euuuw aku padamu Kak Tomy," ucap Yuli, membuat Gita jengah, sedangkan Tomy hanya menyunginggkan senyum samar.
Setelah berbicara dengan Gita dan mendengar beberapa hal dari gadis itu, Tomy sudah bersikap lebih santai.
"Gue tau kita di pihak yang sama, tapi asal Lo tau ya Git. Sebelumnya gue bener-bener beci sama Lo," gumam Tomy hampir tanpa emosi, dengan wajah fokus menatap jalanan yang ramai lancar, sementara kedua tangannya mengemudi dengan hati-hati.
Gita menganggukkan kepalanya, karena ia kini paham mengapa Tomy sebelumnya bersikap sinis. Gue dulu bener-bener tutup mulut soal Denting.
Gue inget sekarang, Tomy pernah nemuin gue di kelas dan bikin janji untuk ketemu dengan seorang polisi, tapi saat itu gue gak berani kasih pernyatan apapun karena terlalu takut.
Padahal hari itu gue berpapasan dengan Tomy, sewaktu melarikan diri dari TKP penyerangan Denting. Tapi kok Tomy tau gue abis lihat Denting? Mungkin ... mungkin Tomy menemukan sesuatu di lokasi itu.
Tapi soal hubungan Tomy dan Denting masih belum gue ketahui. Baik dulu apalagi sekarang.
Setelah beberapa menit melaju di jalanan, city car berwarna putih itu kemudian memasuki pelataran parkir sebuah pusat perbelanjaan.
"Bukannya di tahun ini, pelajar gak boleh masuk mal pake seragam, ya?" tanya Gita. Gue gak bawa baju ganti.
"Ya itu kan kalau masih jam sekolah, Git. Razia murid bolos," balas Yuli.
Gita menghela napas lega, yang ia ingat, dahulu ia harus membawa outer atau pakaian ganti jika ingin mengunjungi pusat perbelanjaan saat week days. Baik ketika jam pulang dipercepat karena rapat guru, atau pun setelah jam sekolah usai.
"Ternyata gue salah info ya waktu itu," gumam Gita.
"Tenang aja\, kita gak masuk ke dalem mal*.* Gue juga gak nyaman ke tempat umum gini pake seragam\," ujar Tomy\, ketika mereka sudah keluar dari dalam mobil.
Gita dan Yuli saling pandang, dan setuju dengan pendapat Tomy, bahwa seragam sekolah bukanlah outfit yang pas untuk dipakai 'jalan-jalan' kecuali acara karya wisata sekolah.
"Ayo kita ke sana," ajak Tomy seraya melangkah ke arah samping mal, menuju area pertokoan berga minimalis yang berada tak jauh dari area parkir kendaraan mal tersebut.
Tiga siswaSMA Pelita itu pun kini berada di salah satu outdoor cafe yang teduh dan nyaman.
"Pesen aja, gue yang bayar," tukas Tomy, membuat wajah Gita dan Yuli berseri-seri.
Setelah selesai memesan makanan dan minuman ringan ala Jepang, mereka pun berbincang sambil sesekali menikmati hidangan tersebut.
"Jadi, Lo mengalami sejenis trauma akibat melihat penyerangan itu?" tanya Tomy.
Gita mengangguk. Untuk saat ini, alasan trauma kayak gini, lebih masuk akal, dari pada alasan gue lupa gegara jet lag akibat time travel, kan?!
"Sebelum pembahasan ini semakin panjang, by the way ... kalian berdua gak masalah kalau gue ikut nyimak? Gue gak tau loh sebelumnya soal kasus kak Denting," tanya Yuli pada Gita dan Tomy.
"Gak apa-apa, Yul. Gue percaya sama Lo. Ya kan Tom?" tanya Gita sedikit memaksa.
Tomy mengangkat bahunya. "Terserah aja, yang penting tujuan gue tercapai."
Gita menaikkan satu sudut bibirnya. Pola pikir Tomy udah kayak gini ternyata dari dulu. Yah untungnya dia pengusaha yang jujur dan profesional.
"Nah, sekarang gue mau denger penjelasan dari Lo," ucap Gita serius.
Tomy menatap Gita. Ini adek kelas dari tadi manggil gue kagak ada sopan sopannya amat.
"Oke. Apa yang mau Lo tau?" tanya Tomy seraya meneruput ice americano, lalu melipat lengan di atas meja.
"Lo pacaran sama Denting?" tanya Gita membuat Tomy tersedak dan hati Yuli tercubit cemburu.
Yuli spontan mengambil tisue dan membantu Tomy mengelap wajahnya, sedang Gita menatap dengan datar-datar saja.
"Kayaknya enggak ya Tom? Atau belum?" tuding Gita.
Yuli kembali duduk di samping Gita dengan rasa penasaran tinggi akan jawaban Tomy.
Tomy berdehem. "Sebenernya, di hari terakhir ujian itu gue mau 'nembak' Denting," ujarnya.
Gita menepuk-nepuk punggung Yuli yang ia yakini kini tengah patah hati.
"Gue janjian untuk ketemuan sama dia di gerbang sekolah, tapi dia gak muncul-muncul," tutur Tomy, lalu menjeda, "Gue telpon dia berkali-kali, tapi enggak diangkat. Entah kenapa firasat gue gak enak, jadi gue memutuskan untuk nyari dia keliling sekolah dan saat itulah gue berpapasan dengan Lo."
"Tapi saat itu, bukankah Lo masih belum tau kalau Denting diserang?" tanya Gita.
Tomy mengangguk. "Iya, saat berpapasan dengan Lo, gue juga belum tau kalau ternyata Lo sempet bertemu Denting. Sampai akhirnya gue menemukan hand phone dia ... tergeletak gak jauh dari koridor di mana Lo lari dengan terburu-buru."
Gita dan Yuli diam, mencerna penuturan Tomy.
"Sekarang mana hand phone Denting? Ada di Lo?" kejar Gita.
Tomy menangguk. "Gue udah cek isi hand phone dia juga, dan gue cukup kaget dengan temuan gue."
Lelaki belia yang tampan itu mengusap tengkuknya. "Ternyata ... Denting udah punya cowok, dan sebelum waktu janjian dengan gue, ternyata mereka ada rencana untuk ketemuan dan ... setelah itu Denting gak pernah muncul lagi."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
kalea rizuky
lanjut donk
2025-04-13
1