Pria Misterius

"Gita!" Yuli berseru kaget.

Bergegas ia menghampiri Gita yang tiba-tiba pingsan, begitu pula dengan pak Rudi yang langsung beranjak dari mejanya.

Sementara itu para siswa lainnya masih tampak syok dengan kejadian tiba-tiba tersebut. Barulah berselang detik kemudian terdengar bisik-bisik penasaran, dan beberapa siswa pun berdiri, lalu mulai mengerubungi Gita.

"Berikan ruang!" seru pak guru yang sudah berjongkok di samping Gita.

Para siswa pun mundur teratur, memilih untuk mengamati dari jarak aman, agar tak dimarahi pak guru karena memangkas oksigen di sekitar gadis yang tak sadarkan diri itu.

Yuli tampak panik menatap wajah pucat Gita, sedangkan pak Rudi langsung mengangkat tubuh kurus gadis itu dengan hati-hati, karena gang antar baris meja yang tak begitu lebar. Salah gerak sedikit bisa saja Gita terantuk meja.

"Kamu, ikut saya!" titah pak guru fisika itu pada Yuli.

Yuli mengangguk cepat, kemudian mengikuti langkah guru muda itu ke luar kelas.

Seketika kelas langsung riuh oleh spekulasi para siswa di sana tentang alasan Gita pingsan, ada yang bersimpati, ada yang sangsi, ada juga yang iri karena Gita digendong ala bridal style oleh pak guru tampan dan atletis itu.

"Cih! Bisa banget aktingnya si Gita," cibir Ara.

"Beruntung banget ya dia," gumam Risa pelan.

Ara menoleh pada Risa. "Ya? Lo bilang sesuatu Sa?"

Risa membolakan mata dan gelagapan.

"Ah, eh, enggak. Itu kasian Gita. Mungkin dia begitu saking takutnya dihukum gara-gara gak ngerjain PR," tutur Risa dengan wajah khawatir.

Ara mendengus. "Duh ... lembut banget hati temen gue ini, masih aja bisa simpati sama cewek uler kayak dia. Biarin aja, karma itu! Akibat dia suka ngejek Lo," ujar Ara sambil mencubit gemas pipi Risa.

Risa tanpak mengulum senyum menerima cubitan sayang dari teman semejanya. Huft! Keceplosan gue. Untung Ara gak denger. Sialan Gita, bisa-bisanya cewek katrok itu digendong guru paling ganteng di SMA Pelita.

Sedangkan Karen diam saja. Ia melihat raut wajah pak Rudi tadi sekilas tampak ganjil, dan hal itu mengusik pikirannya.

***

Gita mendapati dirinya berada dalam ruangan dengan penglihatan remang. Ia merasa tubuhnya gamang.

"Ya Allah sketsa yang udah gue bikin dengan susah payah sampe bergadang ... jadi rusak gini,"

Ujar sebuah suara sambil terisak, Gita mengeryit heran karena itu adalah suara dirinya. Tapi ia merasa sejak tadi ia tidak membuka mulut.

Gita ingin menoleh ke sekitar, namun kepalanya terasa berat untuk diangkat dan hanya mamandangi buku sketsa yang telah robek di atas meja.

Dreeeek....

Terdengar suara kursi ditarik, akhirnya kini Gita bisa mendongak. Tampak seseorang kini duduk bersebrangan dengannya. Wajah orang itu tampak buram seperti efek foto yang di-blur.

Sreeet!

Tangan orang tersebut menarik buku Gita.

Gita ingin mencegah dan bertanya, namun ia tak mampu membuka suara.

Terdengar orang itu seperti menggumamkan sesuatu yang bagi Gita tak terdengah dengan jelas. Namun anehnya, gadis itu bisa merasakan dirinya terkejut dan timbul kengerian dalam hati.

BRAK!

Sosok itu tiba-tiba menggebrak meja dan mendekatkan wajahnya pada Gita.

Gita terlonjak dan memundurkan tubuh, hingga punggungnya menempel ke sandaran kursi yang tegak.

Meski jarak mereka sangat dekat, namun gadis itu masih tak bisa mengenali wajah di hadapannya. Gita hanya bisa menerka dari perawakan sosok itu, bahwa orang itu adalah pria.

Wajah itu memang buram, tapi Gita seperti bisa menilai jika orang itu sedang tersenyum mengerikan.

"Awas saja kalau Kamu macam-macam!"

Suara pria tersebut akhirnya terdengar jelas. Penuh penekanan dan bernada mengancam.

Gita dapat merasakan dirinya kembali terkejut, lalu pria itu mundur dan duduk ke posisi awal, lalu dia mendorong buku sketsa rusak itu lagi pada Gita.

Sreeet.

Saat buku itu tiba di hadapannya, Gita membelalakan mata. Ia melihat tulisan besar berwarna merah pada halaman buku itu.

Gita ingin meliat wajah pria ini, namun tetap saja buram. Kemudian ia tersentak oleh rasa hangat yang menyapa kulit mukanya.

"Lo udah sadar Git?" tanya sebuah suara yang Gita kenal.

Gita mengerjapkan mata, cahaya terang menerpa penglihatannya, begitu menyilaukan. Lalu dia menoleh ke samping kanannya.

"Yuli?" tanya Gita lirih.

Yuli tampak menghela napas lega. "Alhamdulillah bangun juga Lo, Git."

Gita bangkit perlahan, ia merasa agak pusing. Setelah beberapa saat, gadis itu menoleh ke kanan dan kiri. Gue di UKS rupanya.

"Gue pingsan ya tadi?" tanya Gita memastikan ingatannya yang masih samar karena baru terbangun.

Ia sejenak bingung dan kembali mencerna, jika pengalaman yang baru dirinya alami bersama pria berwajah buram tadi, hanyalah sebatas mimpi.

"Iya Git. Lo pingsan mulu deh, coba periksa ke dokter," saran Yuli, air muka gadis itu tampak khawatir.

Gita melirik baskom kecil berisi air dan handuk, ada sedikit kepulan uap samar di atas wadah itu.

Oh, tadi anget-anget di muka gue asalnya dari kompresan itu. Baik juga si Yuli. Sayang banget dulu gue gak temenan sama dia.

"Makasih ya Yul udah ngerawat gue. Saran Lo akan gue pertimbangkan," ucap Gita tulus.

Yuli tampak menyeringai senang. "Santai aja Git, gue juga makasih sama lo," tutur Yuli.

"Makasih kenapa?" tanya Gita.

"Gara-gara Lo pingsan, gue jadi nemenin di sini dan gak usah ikut kelas fisika. Hehehe." Yuli cengengesan.

Gita menahan napas teringat pelajaran itu. Wait!

"Yul, tadi yang bawa gue ke sini, gak mungkin Lo, kan?" selidik Gita seraya melirik perawakan Yuli yang sama-sama langsing seperti dirinya.

"Ya bukan dong! Lo digendong pak Rudi, Git! Iiih mimpi apa sih Lo semalem bisa ngerasain digendong orang ganteng. Eh ga berasa juga sih, ya. Lo kan pingsan," celoteh Yuli.

Sementara jantung Gita kembali berdetak cepat mendengar nama guru itu. Gue deg-degan, tapi bukan seneng apa lagi naksir sama si Rudi itu. Kenapa ya? Gue ngerasa dia bahaya. Masa sih di sekolah ada penjahat jadi guru?

"Git! Woy! Ngelamunin pak Rudi ya Lo. Hahah, udahlah gak usah dibayangin," goda Yuli.

Gita yang merasa pusingnya sudah hilang pun beranjak turun dari bed, dan berdiri sambil berkacak pinggang.

"Sekarang masih jam pelajaran pak Rudi gak?" tanya Gita.

"Udah enggak, Lo pingsan lumayan lama lho. Sekarang udah jam pelajaran bahasa Indonesia. Kenapa Git, mau bilang makasih ya sama pak Rudi?" tanya Yuli seraya mengulaskan senyum.

Gita menggeleng. "Gue mau memastikan sesuatu. Lo tau gak sekarang si Rudi ada di mana?"

"Dih baru digendong aja langsung manggil nama. Gak sopan Lo!" cibir Yuli.

Gita menepuk jidatnya, ia lupa jika saat ini dirinya adalah anak berusia 17 tahun, bukan orang dewasa dengan usia yang lebih tua dari Rudi si guru fisika. Rudi kalau gak salah di tahun ini masi 28 tahunan, deh. Belom married. Rata-rata guru di sini masih pada muda soalnya.

"Iya, iya pak Rudi maksud gue. Dia ada gak ya di ruang guru?" tanya Gita lagi.

Yuli mengangkat bahunya. "Entah ya. Coba aja yuk kita cek ke sana sebentar, lama juga gak apa-apa."

Gita melirik Yuli. "Lo mah modus mau bolos lagi!" seru Gita sambil geleng-geleng kepala.

"Nah itu tau." Yuli menyeringai.

Mereka pun kemudian berjalan ke luar UKS dan berpamitan dengan petugas UKS yang pas sekali baru hendak mengecek kondisi Gita.

"Eh. Waktu gue pingsan kemaren yang gotong gue ke UKS siapa?" tanya Gita saat mereka menelusuri selasar menuju ruang guru.

"Ya ampun, baru nanya sekarang." Yuli mencubit lengan Gita, membuat gadis itu meringis nyeri.

"Kemaren Lo diangkut sama cowok kelas tiga, kak Tomy namanya. Ih beruntung banget siiih, yang nolongin lo cowok-cowok high quality semua." Yuli menepuk-nepuk bahu Gita heboh.

Lagi-lagi Gita pasrah saja oleh serangan sayang dari Yuli. Si Yuli kurus-kurus tenaganya Hulk banget. Mungkin dia bakal gue rekrut nanti buat angkut adukan semen kalau ada proyek.

Gita tak sengaja melihat pantulan dirinya di kaca kelas yang mereka lewati, dan segera marapikan ikatan rambutnya yang ternyata sejak tadi sudah berantakan.

"Tomy itu yang mana ya?" tanya Gita penasaran.

"Nanti gue tunjukin yang mana orangnya. Lo sih kemaren-kemaren jarang ngobrol dan gak up to date sama gosip di sekolah."

Gita tersenyum miring, ia tersadar melewatkan banyak hal saat SMA dulu.

"Nah itu pak Rudi," ujar Yuli.

"Pak! Pak Ru-Hemp!"

Gita membekap mulut Yuli dan menariknya untuk bersembunyi di balik dinding terdekat dari tempat mereka berdua berdiri.

"Berisik Lo, Yul!" desis Gita.

Yuli menepis tangan Gita yang membekap mulutnya.

"Lo apa-apaan sih, katanya mau ke pak Rudi?" tanya Yuli dengan suara pelan.

"Cukup liat dari jauh aja. Lo diem bentar!" titah Gita, lalu ia mengintip ke arah di mana tadi pak Rudi berdiri.

Meski merasa aneh dengan sikap Gita, Yuli menurut saja. Ia memutuskan untuk bertanya nanti saja pada Gita.

Sementara itu Rudi yang tadi sempat mendengar seruan Yuli tanpak kebingungan mencari orang yang memanggilnya.

Saat Rudi berbalik badan, Gita mengintip punggung Rudi yang menjauh dengan dada berdenyut nyeri.

Gita memegangi dada kirinya. Ada apa sebenarnya dengan si Rudi ini ya? Rasa takut ini kayaknya mirip dengan yang gue rasakan saat mimpi tadi. Apakah orang dalam mimpi gue itu Rudi? Kejadian apa ya yang gak gue inget di masa lalu dan berkaitan dengan Rudi...?

***

Terpopuler

Comments

novi

novi

tuh kan! kenapa ya dengan pak rudi? sumpah ih makin seru

2025-03-23

1

novi

novi

keren thor! lanjut! aku ga sabar baca kelanjutannya

2025-03-23

1

novi

novi

apakah ada hubungannya dengan kembalinya gita?

2025-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!