Gita menelengkan kepala. Kapan gue melakukan hal itu pada Risa? Jadi, alesan Karen nge-bully gue itu adalah karena solidaritas dengan si Risa? Kok rasanya janggal, ya?
"Waktu di praktek pelajaran kimia dulu itu, bukankah Lo bilang gak kenapa-napa?" tanya Gita pada Risa yang masih saja menunduk.
Mata gadis itu membelalak. Eh kok tiba-tiba gue inget soal kejadian di laboratorium dan maen nyerocos aja? Apa ini ingatan 'diri gue yang lain', ya?
"Mana ada maling ngaku!" desis Ara, sedangkan Karen mengangkat satu sudut bibirnya.
Ara lalu mengangkat lengan kanan Risa yang memiliki bekas luka bakar dari bawah siku ke arah telapak tangan.
"Ini! Ini buktinya!" seru Ara.
Risa yang terkejut dengan spontanitas Ara, segera menarik lengannya dan kembali meletakkannya di bawah meja. Lalu menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Mata Gita berkedut melihat luka itu.
"Enggak. Saya gak bohong, Bu. Waktu itu saya memang gak sengaja nabrak Risa di laboratorium, dan cairan itu cuma kena jas dia aja. Saat itu pun saya sudah berkali-kali bertanya dan dia bilang baik-baik saja." Gita menjelaskan berdasarkan informasi yang muncul di kepalanya.
Yuli menoleh pada Gita. Kalau pun Risa terluka kayak gitu, gue percaya sama Gita. Ini pasti gak disengaja.
Sedangkan Rifda dan Rama pun masih mencerna alasan yang dikemukakan Risa.
Ara menatap Risa dengan iba. "Itu benar, Bu. Gita itu dari masih kelas satu udah iri sama Risa karena nilai dia selalu yang terbaik di kelas, bahkan dia sering mengejek fi-"
"Saya harap Ibu dan Bapak guru mau memaafkan Karen. Saya, saya udah memaafkan Gita," tukas Risa memotong ucapan Ara dengan suara bergetar.
Risa mengepalkan di bawah meja dengan wajah masih tak berani menatap sekitarnya. Astaga! Ara bisa diem aja gak sih?! Bisa-bisa kebohongan gue selama ini kebongkar!
Gita dan Yuli membolakan mata dan saling tatap penuh tanya.
Rifda menghela napas dan memijat pangkal hidungnya. "Gita, bagaimana? Apa ada yang ingin Kamu sampaikan?"
Gita mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. Ia menatap ke arah empat gadis remaja yang duduk di seberangnya dengan pandangan mengamati.
Bagi Gita yang mendapat memori di masa ini, ia jelas tahu jika perkataan yang keluar dari mulut Risa adalah kebohongan semata.
Namun Gita merasa agak kasihan karena melihat Risa ketakutan, dan gerak-gerik Karen pun menunjukkan kegelisahan meski berusaha tampak cuek.
"Saya minta maaf jika memang ternyata sudah membuat Risa terluka," tukas Gita mengejutkan semua orang, sampai-sampai Risa mengangkat wajahnya.
Lalu gadis berwajah blasteran itu menatap Risa. "Nah, Risa, gue minta maaf ya, kalau tanpa sadar udah menyakiti Lo. Lo mau kan maafin gue?" tanya Gita.
Risa menelan ludah, hatinya gentar, sebab ... meski kata-kata dan suara Gita terdengar halus, namun sorot mata gadis di depannya itu menyorot tajam seolah siap mencabik tubuh berlemaknya.
"Gu-gue ... gue ma-maafin," gagap Risa, membuat Ara melotot tak terima.
Sedangkan Nina diam saja, ia hanya berharap hal ini cepat berakhir dan ia bisa rebahan di rumah sambil nonton anime.
Gita menyandarkan punggungnya dan menarik satu sudut bibirnya. "Terima kasih ya, Risa," tukasnya sarkastik.
"Saya dan Risa sudah saling memaafkan atas kejadian masa lalu, Bu, Pak." Gita menatap Rifda dan Rama bergantian.
Kemudian gadis itu menyeringai. "Sekarang, saya minta Ibu dan Pak guru bersikap adil dan menindak tegas perundungan yang dilakukan oleh Karen dan gengnya. Karena jujur, saya merasa dirugikan secara fisik dan mental, begitu pula dengan Yuli, benar kan Yul?"
Yuli menyeringai puas dan mengangguk setuju, sementara Karen dan para gadis di sampingnya tampak pucat.
"Kok gitu? Risa aja udah memafkan Lo, kenapa Lo masih menuntut kami?" berang Ara.
Gita terkekeh. "Gue kan gak bilang udah ikhlas dengan perbuatan Kalian!" desisnya dingin.
Kemudian Gita mengubah raut wajah garangnya ke dalam mode 'si paling tersakiti' lalu menatap pada Rifda dan Rama bergantian.
"Bagaimana Bu, Pak? Bukankan alasan saya cukup kuat untuk meminta agar mereka diberi sanksi?" tanya Gita.
Rifda dan Rama kembali saling pandang dan mengangguk.
"Baik. Untuk Karen, Ara dan Nina, saya minta kalian meminta maaf pada Gita dan Yuli. Mulai hari ini, berjanjilah untuk tidak melakukan perundungan pada Gita dan Yuli, juga pada siapa pun di sekolah ini!" titah Rifda, seraya menatap satu persatu para siswa di hadapannya.
"Mengenai sanksi, nanti akan saya diskusikan dahulu dengan pak Rama dan pihak lainnya, termasuk nanti akan ada pemanggilan orang tua masing-masing dari Kalian," tukas Rifda tegas.
Kini Karen pun tak bisa lagi menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya. Gadis itu dan tiga temannya saling tatap.
Tak terbayangkan sebelumnya bahwa orang tua mereka akan dilibatkan dalam hal ini. Setelah itu dengan berat hati, mereka pun meminta maaf pada Gita dan Yuli.
Oleh karena para guru sudah sudah memutuskan akan adanya sanksi pada para tukang bully tersebut, dua gadis itu pun menerima maaf mereka dengan menyunggingkan senyum penuh kemenangan.
Usai memberikan sedikit wejangan, Rifda dan Rama pun membubarkan pertemuan tersebut.
Para siswi tadi akhirnya meninggalkan ruangan Bimbingan Konseling, dimulai dengan Gita dan Yuli, lalu menyusul Karen serta kawanannya.
Kelas sudah kosong saat Gita dan Yuli masuk untuk mengambil tas mereka. Suasana sepi itu terasa canggung kala Nina masuk kelas sendirian.
Rupanya gadis berkuncir dua itu diminta untuk mengambil tas kawan-kawannya yang mengaku takut kembali emosi jika bertatap muka lagi dengan Gita.
Gita dan Yuli mengabaikan saja Nina yang kesulitan mengangkut empat ransel sendirian, lalu kala tiba di depan pintu ... Gita menyeringai.
"Kok gak bantuin Nina?" tanya Gita pada Risa yang menunggu Nina di luar kelas.
Kentara sekali gadis gemuk itu tak mau bertemu Gita tapi terlanjur diberi tugas oleh Karen.
Risa terkejut, ia pikir dirinya hanya akan diabaikan begitu saja oleh Gita. Bibir gadis gemuk itu terbuka ingin menjawab, tapi lidahnya terasa kelu.
"Seinget gue, lengan jas yang kesiram cairan kimia itu sebelah kiri, tapi kok lukanya di tangan kanan ya?" tanya Gita sambil menyipitkan matanya.
Yuli menutup mulut dengan kedua tangannya, terkejut akan penuturan Gita.
Sedangkan Risa menelan ludah. Mampus! Dia ternyata inget sedetail itu.
"Kenapa Ris? Gita ganggu Lo lagi?" tanya Nina yang tiba di belakang Gita dan Yuli.
Yuli mendecih sebal. Buruk sangka banget si Shizuka KW.
Risa mengigit bibirnya. "Ah eng-enggak kok. Ini Gita bilang makasi karena gue udah maafin dia."
Gita dan Yuli kompak ternganga mendengar jawaban Risa.
"Astaga Risa, muka lo diplester pake apa sampe bisa setebel itu?" desis Gita, lalu beranjak dari sana.
Yuli pun mengikuti langkah Gita sambil menggelengkan kepalanya. Gue sampe speechless.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Ndra
Hadir /Drool/
2025-03-31
1