Wirasana Gardapati

"Eh? Maaf ... bukan maksud saya membuat mbak tidak nyaman tapi saya baru kali ini datang ke New York dan belum bertemu dengan orang Indonesia. Makanya saya terkejut bisa bertemu dengan orang sebangsa," ucap Wira sedikit gugup. "Saya Wirasana Gardapati."

Mandasari menatap pria itu dengan tatapan datar.

"Miss, this is size ten," ucap pramuniaga membuat Mandasari teralihkan.

"Oh. Let me see." Mandasari memeriksa baju yang memang diincar Rarasati. "I'll take it."

"Okay, miss." Pramuniaga itu mengambilkan kantong belanja dan memasukkan gaun milik Rarasati lalu memberikan ke Mandasari.

"Thank you," senyum Mandasari membuat Wira terpesona.

Ya ampun manisnya.

"Sekarang kamu berdiri manis disini ya. Tidak usah ngikut !" ucap Mandasari judes.

"Eh tapi boleh tidak saya tahu nama anda?" pinta Wira.

Mandasari menatap pria itu. Sopan, sedikit hitam macam Daka dan bahasanya sopan. Mandaka memang tidak seputih Mandasari dan Mavendra. Kata ayahnya karena memang keturunan tidak semua putih kulitnya.

"Nggak. Kamu tidak perlu tahu nama aku !" Mandasari pun pergi meninggalkan Wira dan membuat pria itu tersenyum smirk.

"Ya ampun, cantik-cantik tapi galak ...." Wira tersenyum.

"Kenapa kamu Wira?" tanya Martin.

"Aku bertemu bidadari di New York tapi galak."

Martin menatap wajah rekannya. "Kamu ... Salah minum obat?"

***

Mandasari menghabiskan voucher yang diberikan tantenya, Milly Bradford, yang tahu kalau Mandasari hobinya shopping. Meskipun sepertinya putri satu-satunya Adrianto Pratomo itu boros, tapi dia adalah orang yang sering beramal. Tak jarang voucher yang dia dapat, dipakai untuk beli baju yang bisa dapat banyak terutama bagian diskon dan sudah out of date.

Setelahnya, Mandasari pun berjalan ke area parkir menjelang jam delapan malam. Wira dan Martin yang juga ke area parkir. Pria itu melihat Mandasari membuka mobil BMW sport hitam. Disaat Mandasari menutup pintu, tiba-tiba ada tiga orang pria yang mendatangi gadis itu.

Wira merasa ada yang tidak beres dan benar saja, Mandasari didorong oleh salah satu pria itu. Gadis itu melawan dengan memukul orang yang mendorongnya.

Martin terkejut melihat gadis yang berbadan langsing itu memiliki kemampuan bela diri. Ternyata tidak hanya tiga orang saja yang datang. Tampak datang lima orang lagi dan kedua pria itu terkejut karena Mandasari mengambil baton dari dalam tasnya.

Wira melongo saat melihat bagaimana Mandasari menggunakan batonnya seperti mengayunkan pedang Wushu. Namun gadis itu kewalahan dan Wira pun maju, membuat Martin kaget.

"Wira ! WIRA ! Aaahhh! Shiiiitttt!" umpatnya tapi maju membantu Wira.

Wira membantu Mandasari dengan meninju salah seorang pemalak yang hendak memukul Mandasari. Wira lalu ke arah gadis itu dan memeluknya dari belakang.

"Apa ... Apaan ?" pekik Mandasari kaget.

"Kita tandem! Kamu tendang mereka semua dengan kakimu dan aku akan memutarkan tubuhmu!" ucap Wira.

Mandasari paham maksud Wira dan mereka mulai tandem dengan kaki gadis itu menendang wajah para pemalak. Mandasari bertumpu di leher Wira dan keduanya langsung bersikap siaga sementara Martin sibuk mengikat tangan pemalak yang pingsan dengan cable ties, seperti kebiasaannya di militer.

"Masih ada tiga orang lagi!" ucap Mandasari.

"Aku pegang kamu !" balas Wira tanpa melihat posisi tubuh Mandasari karena fokus dengan tiga pemalak tersisa.

Tiba-tiba Mandasari berbalik dan ...

PLAK!

Mandasari menampar wajah Wira yang terkejut kena pukulan dari gadis itu.

"Kenapa aku kamu tampar?" tanya Wira bingung.

"Kalau pegang lihat-lihat, Bambaaannnggg !" bentak Mandasari.

Wira menggaruk kepalanya. "Memang aku pegang apa?"

"You touched her breast Dude ! You sneaky!" kekeh salah satu preman itu.

"SHUT UP! YOU'RE F***** A$$ HOLE! YOU GOT THE WRONG GIRL, YOU WORMS ( kamu berhadapan dengan gadis yang salah, dasar cacing )!" amuk Mandasari. "Maju kalau berani !"

Tiga orang tersisa itu pun maju dan Mandasari pun menyerang mereka. Wira pun tidak tinggal diam, ikut membantu Mandasari. Baginya, seorang wanita tidak boleh berkelahi tapi lagi-lagi pria itu melakukan kesalahan dengan melindungi Mandasari di depan tapi tangannya menyentuh dada gadis itu tanpa sengaja.

Mandasari mendelik tapi dia membiarkan Wira dan Martin menghajar para preman itu. Setelah selesai, Wira berbalik menghadap Mandasari yang menatapnya marah.

"Kamu baik-baik sa ..."

BUGH!

Wira melongo terkena pukulan kedua kalinya dan dirinya menatap kesal ke Mandasari.

"Apalagi sih! Salah aku dimana ?" bentak Wira. "Aku sudah menolong kamu tapi kamu malah memukul aku !"

"Dua kali juga kamu menyentuh dadaku ! Dasar pervert! Kamu itu kan mencari kesempatan dalam kesempitan tho? Berlagak membantu aku tapi kamu diam-diam melecehkan aku !" balas Mandasari tidak mau kalah.

"Dengar, aku tidak bermaksud melecehkan kamu ! Itu tidak sengaja !" Wira menatap Mandasari dengan tajam.

"Kamu yang dengar! Ini kotaku ! Dan kamu tidak ada kuasa disini!"

Wira mendekati Mandasari. "Paspor Indonesia saja belagu !"

"Maaf yaaa, aku warga negara Amerika Serikat! Jadi bisa saja kan aku minta kamu keluar dari sini!" seringai Mandasari. Pasti bisa ! Kan Papa jaksa penuntut umum New York.

"Kamu itu ...."

"Angkat tangan kalian semua ! Anda kami tahan!"

Mandasari, Wira dan Martin menoleh ke arah dua officer NYPD. Gadis itu memejamkan matanya.

Duh!

***

Sel Precinct Manhattan New York

Mandasari menyandarkan kepalanya di tembok sel bersama dengan napi lain, sementara Wira yang ada di sel sebelah, mencuri-curi lirikan ke gadis bar-bar yang sudah memukulnya dua kali. Pipi Wira mulai terasa senut-senut karena gadis itu memukulnya dengan niat.

Ngimpi apa aku semalam?

"Apakah kita akan disidang di markas, Wira?" tanya Martin.

"Aku tidak tahu," jawab Wira sambil mengernyitkan dahinya karena rasa senut-senut itu datang.

Wira dan Martin masih melamun saat mendengar suara orang-orang yang datang. Keduanya melihat seorang pria berdarah Asia dengan jas mahal datang bersama dengan seorang pria yang terlihat keturunan timur tengah.

"Jadi putriku berkelahi melawan preman dan dibantu oleh dua orang itu?" tanya pria berdarah Asia itu sambil menunjuk ke arah Wira dan Martin.

"Yes, Mr Pratomo," jawab officer itu yang kemudian membisikkan sesuatu ke Adrianto Pratomo. Wajah jaksa penuntut umum New York itu tampak terkejut dan melirik ke arah sel. Adrianto memanggil Mandasari dengan dengan jari telunjuknya yang berarti, gadis itu harus menghampiri ayahnya.

Mandasari pun berjalan ke arah pintu sel. "Papa ..."

Adrianto Pratomo hanya menatap judes ke putrinya. "Sari, apa kamu tahu siapa yang kamu pukul?"

"Yang mana?" balas Mandasari dengan cueknya. Wajar dong aku tanya yang mana. Wong aku mukul banyak orang malam ini.

"Yang itu ! Yang orang Indonesia!"

"Memang aku harus tahu gitu ?" Mandasari menoleh ke arah Wira yang tertarik dengan ayah dan anak itu, berbicara dengan bahasa Indonesia.

"Sari, pria itu salah satu anggota Kopassus!" desis Adrianto Pratomo.

Mata coklat Mandasari hanya menatap datar ke Adrianto. "Memang kenapa kalau anggota Kopassus? Masih makan soto ayam juga!" jawab Mandasari cuek membuat Adrianto menepuk jidatnya.

***

Yuhuuuu up malam Yaaaaa

Thank you for reading and support author

don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Terpopuler

Comments

amilia amel

amilia amel

memang badasnya gadis Pratomo nggak ada yang ngalahin

2025-03-03

6

Sayem Sayem

Sayem Sayem

tak perlu test DNA lg ank2 Pratomo tu bar bar .Badas paling hobi gegeran .julid .. menistakan itu hukum wajib nm burik itu anugerah

2025-03-03

1

🥰Siti Hindun

🥰Siti Hindun

oh ya ampun... sangat khas gadis Pratomo yg bar² dan hajar dulu pikir belakangan/Facepalm//Facepalm/

2025-03-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!