Bab 17 Teringat ibu

“Gue mau tanya,” ucap Azizah.

“Ya, silakan Ukhti.” moderator mempersilakan Azizah untuk melanjutkan perkataannya.

“Tadi lu bilang, perempuan itu hebat, kuat, tapi kenapa yang gue lihat mereka justru lemah, mereka dipukuli, mereka disuruh kerja habis itu duitnya dirampok ama lakinya.”

“Kejadian kayak gitu tuh banyak gue lihat. Terus mulianya dimana coba? Kuat kek gimananya?” tanya Azizah.

Semua mulai bergemerisik, saling bisik setelah mendengar pertanyaan dari Azizah, terlebih penggunaan kata yang dipilihnya bisa dibilang kurang tepat dipakai di forum seperti itu.

Namun, itulah Azizah. Dia tak peduli sama sekali pandangan orang lain dan terus menjadi dirinya sendiri.

“Semuanya mohon tenang ya.” moderator berusaha mengembalikan suasana mejadi kondusif setelah kegaduhan yang dibuat oleh Azizah.

“Bagaimana, Ustadzah? Apa mau disimpan dulu pertanyaannya?” tanya sang moderator.

“Langsung dijawab saja. Kayaknya Ukhti ini sudah tidak sabar mendengar jawaban saya,” sahut Ustadzah.

Azizah masih diam dengan pandangan lurus ke arah sang penceramah.

“Masyarakat kita mengenal sistem patriarki. Dimana posisi tertinggi adalah laki-laki. Pengambil keputusan laki-laki, kepala keluarga laki-laki, pemimpin laki-laki, tapi perlu diingat, pencari nafkah juga haruslah laki-laki.”

“Disini yang sering salah. Laki-laki dikaruniai fisik yang lebih kuat dari perempuan. Fungsinya untuk apa? Antara lain melindungi, menafkahi, memimpin dan membimbing.”

“Sementara perempuan, meski fisik mereka lebih lemah, tapi coba lihat apa yang bisa mereka lakukan?”

“Mereka bisa mengerjakan semuanya, bahkan hal yang tak bisa dilakukan oleh laki-laki.”

“Menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui, merawat anak, mendidik mereka. Disamping itu juga membantu laki-laki mengurus rumah tangga, ada lagi juga membantu perekonomian.”

“Banyak anak hebat yang lahir dari wanita hebat, yang mampu mendidik dengan baik. Menjadikan mereka generasi cemerlang.”

“Meski ada pula perempuan yang memiliki keterbatasan ilmu, sehingga anak-anaknya pun minim ilmu. Inilah yang dikatakan perempuan adalah tiangnya negara.”

“Negara bisa maju atau hancur, semua tergantung bagaimana negara itu memperlakukan perempuan, memperlakukan para ibu.”

“Perempuan itu nggak lemah. Mental mereka kuat. Bahkan ibu kita bisa tahan nggak makan, hanya demi anaknya nggak kelaparan. Ada juga yang rela menukar nyawa, demi bayi yang dilahirkannya agar bisa hidup.”

“Kurang hebat apa perempuan? Itulah kenapa dalam islam, perempuan itu sangat dimuliakan,” jelas Ustadzah panjang lebar.

“Jadi yang salah laki-laki dong?” tanya Azizah cepat.

Semua kembali menoleh ke arah wanita itu. Sementara Ustadzah hanya tersenyum, sebelum menjawab pertanyaan Azizah yang seolah masih belum puas dengan jawaban sebelumnya.

“Yang salah adalah kurangnya pemahaman agama. Dimasyarakat kita banyak yang masih awam tentang syariat islam. Mereka lalu menikah, berumah tangga tapi keluarganya tidak harmonis.”

“Alasannya adalah kurangnya pemahaman agama, sehingga rumah tangganya jauh dari kata Sakinah, Mawadah Warohmah yang ujung-ujungnya KDRT.”

“Bukan hanya kepada istri, tapi juga anak mereka. Jadi, kita yang diberi kesempatan untuk menimba ilmu, manfaatkan sebaik mungkin agar terhindar dari hal-hal tersebut,” terang ustadzah.

Azizah seketika terdiam. Dia teringat kembali pada kedua orang tuanya yang memiliki latar belakang tak jelas.

Ayah ibunya tak berpendidikan, hingga melahirkan putri yang tak berpendidikan pula. Ayah bejad yang hanya bisa menyakiti, sementara ibu yang berusaha mati-matian menjaga namun tersakiti.

Setetes bening sekilas meluncur di pipi Azizah, namun dengan cepat dihapus wanita cantik itu.

Dia tak lagi mendebat atau bertanya. Dia seolah mendapat jawaban atas sesuatu yang tak dia dapat dari manapun selama ini.

Acara kajian selesai sekitar pukul setengah lima sore. Azizah bersama Laila, Ika dan Dini berjalan keluar bersama-sama.

Tiba-tiba dari arah belakang, seseorang memanggil Azizah dan membuat keempatnya menoleh.

“Hai, aku Safira. Aku sekretaris di sini. Kalo boleh tau, kamu dari kampus mana? Jurusan apa?” tanya Safira langsung.

“Fir, kok kamu nanya gitu? Nggak sopan tau,” seru Dini lirih.

“Gue nggak kuliah. Lulus SD aja nggak. Ngapa emang?” sahut Azizah dengan lantang.

“Pantes omongannya kayak anak jalanan,” sindir Safira.

“Ya panteslah. Orang kayak gue mah ngomong begini pas. Ngak kayak lu, bahasanya sih halus, tapi sama aja kasarnya. Kek munafik gitu,” balas Azizah.

“Heh, kamu...” sahut Safira.

“Ukhti, disini semua boleh ikut belajar. Nggak ada syarat minimal pendidikan formal atau layar belakang tertentu,” sela Laila cepat.

“Tau nih sih Fira. Umi aja ngebolehin kok,” timpal Ika.

“Lagian kamu tuh siapa? Disini ketuanya kan Laila, bukan kamu,” pungkas Dini.

Safira yang kesal pun hanya bisa menjejakkan kakinya dan berbalik pergi.

...FLASH BACK END...

Bersambung ▶️▶️▶️

Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏

Terpopuler

Comments

novi

novi

yang kaya gini itu lebih ga berpendidikan. harusnya kalau berpendidikan, ga bakal gitu kamu ngomongnya fir. malu² in aja, sekolah ga ngajarin adab? buat apa sekolah kalau tingkahmu masih kaya anak ga sekolah?

2025-03-21

0

Serenarara

Serenarara

Adab di atas ilmu. Kalau soal ilmu, iblis pun tinggi ilmunya. /Casual/

2025-03-23

1

novi

novi

keren, ya gitu zee harus di bales pedes juga

2025-03-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pemakaman
2 Bab 2 Kembali ke kota
3 Bab 3 Pria asing
4 Bab 4 Cerewet
5 Bab 5 Dunia malam
6 Bab 6 Wanita malam
7 Bab 7 Masa lalu yang kelam
8 Bab 8 Feel lonely
9 Bab 9 Histeris
10 Bab 10 Pertanda
11 Bab 11 Gamang
12 Bab 12 Seorang pria
13 Bab 13 Menemui Irsyad
14 Bab 14 Minta tangung jawab
15 Bab 15 Baitul Ilmi
16 Bab 16 Teman baru
17 Bab 17 Teringat ibu
18 Bab 18 Belajar Sholat
19 Bab 19 Memperhatikan dari jauh
20 Bab 20 Menjaga jarak
21 Bab 21 Kagum
22 Bab 22 Ajakan
23 Bab 23 Aku malu
24 Bab 24 Dewasa
25 Bab 25 Kerja sama
26 Bab 26 Review
27 Bab 27 Penolakan
28 Bab 28 Berita tak terduga
29 Bab 29 Gamang
30 Bab 30 Kemarahan Azizah
31 Bab 31 Tak habis pikir
32 Bab 32 Mengamuk
33 Bab 33 ancaman
34 Bab 34 Taktik gila
35 Bab 35 Gue rela
36 Bab 36 Bilangin ke dia
37 Bab 37
38 Bab 38 Kepanikan
39 Bab 39 pingsan
40 Bab 40 Tekad bodoh
41 Bab 41 mencoba bangkit
42 Bab 42 pindah
43 Bab 43 Rumah baru
44 Bab 44 Self reward
45 Bab 45
46 Bab 46 seorang pembeli
47 Bab 47 gemetar
48 Bab 48
49 Bab 49 Mulai terbiasa
50 Bab 50 Ngaji
51 Bab 51
52 Bab 52 kerumunan
53 Bab 53 Keributan di lapak
54 Bab 54 Perdebatan
55 Bab 55 Kecanggungan
56 Bab 56 Rindu
57 Bab 57 Diculi
58 Bab 58 Tolong, please...
59 Bab 59 Mengejar
60 Bab 60 Penyelamatan
61 Bab 61 Merasa bersalah
62 Bab 62 Sadar
63 Bab 63 Ilusi sesaat
64 Bab 64 Merasa risi
65 Bab 65 kekesalan Raina
66 Bab 66 Apa lagi, Tuhan?
67 Bab 67 Kebenarannya
68 Bab 68 Mencari bantuan
69 Bab 69 Ucapan sinis Dini
70 Bab 70 Kasih aku waktu
71 Bab 71 Keputusan Azizah
72 Bab 72 Aku pergi
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 Pemakaman
2
Bab 2 Kembali ke kota
3
Bab 3 Pria asing
4
Bab 4 Cerewet
5
Bab 5 Dunia malam
6
Bab 6 Wanita malam
7
Bab 7 Masa lalu yang kelam
8
Bab 8 Feel lonely
9
Bab 9 Histeris
10
Bab 10 Pertanda
11
Bab 11 Gamang
12
Bab 12 Seorang pria
13
Bab 13 Menemui Irsyad
14
Bab 14 Minta tangung jawab
15
Bab 15 Baitul Ilmi
16
Bab 16 Teman baru
17
Bab 17 Teringat ibu
18
Bab 18 Belajar Sholat
19
Bab 19 Memperhatikan dari jauh
20
Bab 20 Menjaga jarak
21
Bab 21 Kagum
22
Bab 22 Ajakan
23
Bab 23 Aku malu
24
Bab 24 Dewasa
25
Bab 25 Kerja sama
26
Bab 26 Review
27
Bab 27 Penolakan
28
Bab 28 Berita tak terduga
29
Bab 29 Gamang
30
Bab 30 Kemarahan Azizah
31
Bab 31 Tak habis pikir
32
Bab 32 Mengamuk
33
Bab 33 ancaman
34
Bab 34 Taktik gila
35
Bab 35 Gue rela
36
Bab 36 Bilangin ke dia
37
Bab 37
38
Bab 38 Kepanikan
39
Bab 39 pingsan
40
Bab 40 Tekad bodoh
41
Bab 41 mencoba bangkit
42
Bab 42 pindah
43
Bab 43 Rumah baru
44
Bab 44 Self reward
45
Bab 45
46
Bab 46 seorang pembeli
47
Bab 47 gemetar
48
Bab 48
49
Bab 49 Mulai terbiasa
50
Bab 50 Ngaji
51
Bab 51
52
Bab 52 kerumunan
53
Bab 53 Keributan di lapak
54
Bab 54 Perdebatan
55
Bab 55 Kecanggungan
56
Bab 56 Rindu
57
Bab 57 Diculi
58
Bab 58 Tolong, please...
59
Bab 59 Mengejar
60
Bab 60 Penyelamatan
61
Bab 61 Merasa bersalah
62
Bab 62 Sadar
63
Bab 63 Ilusi sesaat
64
Bab 64 Merasa risi
65
Bab 65 kekesalan Raina
66
Bab 66 Apa lagi, Tuhan?
67
Bab 67 Kebenarannya
68
Bab 68 Mencari bantuan
69
Bab 69 Ucapan sinis Dini
70
Bab 70 Kasih aku waktu
71
Bab 71 Keputusan Azizah
72
Bab 72 Aku pergi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!