Beberapa hari berlalu, Azizah terlihat sedang berada di sebuah area yang tak jauh dari komplek sekolah sebelumnya.
Dia terlihat sedang celingukan mencari-cari sesuatu di sana.
“Si*lan. Lama bener sih tuh orang. Dua kali gue diginiin anjir,” keluh Azizah.
Dari arah belakang, terdengar suara sepeda motor mendekat dan berhenti tiba-tiba di samping wanita itu.
“Mbak, udah lama?” sapanya.
Azizah menoleh dan melihat orang yang ditunggu sudah ada di depannya.
“Kemana aja sih lu? Lama bener datengnya. panas tau,” keluh Azizah.
“Tadi nanggung sholat ashar dulu. Kenapa nggak langsung masuk aja?” tanya Irsyad balik
“Ogah. Nggak kenal juga sama mereka. Ntar dikira orang nyasar. Mana pakaian gue nggak sama lagi,” ucap Azizah.
Irsyad melihat wanita di depannya dengan kening yang mengerut serta alis yang sedikit terangkat.
Jeans sobek di lutut serta kemeja bermotif bunga ketat menjadi outfit paripurnanya.
Pria itu pun turun dari motor dan mengajak Azizah ke tempat yang ada di depan sana.
“Yuk kita ke sana. Saya udah bilang ke Kenalanku yang ada di situ, dan dia bilang kalo dia seneng banget Mbak mau gabung bareng mereka,” ucap Irsyad.
Keduanya berjalan bersama, dengan Irsyad yang menuntun motornya, sementara Azizah mengimbangi langkah pria tersebut.
“Nggak bo'ong kan lu?” tanya Azizah ragu.
“Insya Allah, nggak,” sahut Irsyad.
Tak perlu waktu lama dan kini mereka telah masuk ke pelataran sebuah tempat yang mirip rumah, dengan sebuah papan nama bertulisan ‘Baitul Ilmi Umu Khadijah’
Terlihat seorang wanita paruh baya sedang berdiri di teras, seolah tengah menunggu kedatangan mereka berdua.
“Assalamu'alaikum, Umi,” sapa Irsyad.
“Waalaikumsalam, Nak. Ini temen yang kamu ceritain waktu itu?” tanya Wanita tersebut.
“Iya, Umi.” Irsyad lalu menoleh ke arah Azizah, “Mbak, kenalin. Ini Umi Inayah. Penanggung jawab tempat ini, dan ini... Mbak namanya siapa?” ucap Irsyad.
“Oh, gue Azizah.Biasa dipanggil Zee,” sahut Azizah.
Umi Inayah mengulurkan tangannya ke arah Azizah. Namun wanita itu justru menoleh ke arah Irsyad, seolah bertanya apa yang diinginkan wanita paruh baya di depannya.
“Umi mau salaman,” ucap Irsyad lirih.
“Oh...,” gumam Azizah.
Dia pun meraih uluran tangan Umi Inayah yang terus tersenyum ke arahnya.
“Ayo masuk, Nak Azizah,” ajak Umi Inayah.
“Tapi gue nggak bawa jilbab, gimana dong?” tanya Azizah.
“Udah saya duga.” Irsyad tampak mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya, dan menyerahkan benda tersebut kepada Azizah.
“Lu selalu bawa ginian di dalem tas lu?” tanya Azizah.
“Saya udah bisa nebak kalo Mbak pasti bakalan lupa bawa, makanya saya siapin. Nih ambil,” seru Irsyad.
Azizah pun ragu-ragu menerimanya. Dia bahkan tak tau cara memakainya. Namun, Umi Inayah tiba-tiba mengambilnya dari tangan Azizah dan memasangkannya di kepala wanita tersebut.
Dia bahkan melepas sebuah pin yang tersemat di jilbabnya, dan menjadikan benda tersebut pengait di bawah dagu Azizah.
“Lain kali bisa pake yang instan biar lebih praktis,” seru Umi Inayah.
“Ah, iya Umi. Tadinya juga mau gitu. Tapi takut dianya protes gara-gara nanti mirip emak-emak,” ledek Irsyad.
Sontak pria itu pun mendapatkan tatapan tajam dari Azizah. Namun bukannya takut, Irsyad justru terkekeh.
“Nak Irsyad, nggak boleh gitu. Udah yuk, kita masuk,” ajak Umi Inayah lagi.
“ Kalo gitu, saya pamit dulu umi,” pamit Irsyad.
“Eh, mau kemana lu?” tanya Azizah keberatan.
“Tenang aja. Ntar saya kesini lagi kalo udah selesai,” sahut Irsyad.
Bersambung ▶️▶️▶️
Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments