Azizah menyingkir dan membiarkan orang itu keluar dari swalayan terlebih dulu.
Namun, saat wanita tersebut hendak melangkah masuk dan berpapasan dengan orang tadi, langkahnya dihentikan oleh sebuah panggilan.
“Mbak,” panggil seseorang.
Azizah pun menoleh dan melihat seorang pria berambut hitam sedikit panjang, dengan wajah bersih dan juga sebuah kaca mata bertengger di hidungnya, nampak tengah menatap dirinya.
“benerkan ini mbak yang waktu itu di bus bareng?” tanya pria itu lagi.
Azizah sontak teringat pria rese yang membuatnya kesal ketika di bus, dan memilih pura-pura tidak kenal.
“Maaf, salah orang,” sahut Azizah ketus.
“Lho... bener kok. Kamu kan emang mbak yang waktu itu,” ucap pria bernama Irsyad.
Azizah tak peduli dan meninggalkannya di depan toko, sementara dirinya masuk menghindari ocehan Irsyad yang sudah terlanjur membuat Azizah kesal pada pertemuan pertama.
...🍀🍀🍀🍀🍀...
Malam harinya, Azizah telah sampai di Maya Club House, diskotik tempat Mamih Mirna. Seperti biasa, dia akan duduk di depan meja bar, sembari menyesap lintingan tembakau miliknya.
Sementara Rini sudah turun ke lantai dansa, meliuk-liukkan tubuhnya diantara lautan manusia.
Semakin malam, tempat hiburan itu akan semakin ramai dan penuh hingar bingar.
“Zee, ayo sini,” ajak Rini.
Namun, Azizah mengibaskan tangannya tanda menolak. Entah kenapa suasana hatinya masih belum membaik.
Rasa kosong yang tiba-tiba hadir sejak kematian sang ibu, membuat wanita cantik nan molek itu enggan untuk bersenang-senang disana.
“Lu sakit, Zee? Akhir-akhir ini lu kayak nggak biasanya. Kayak nggak bergairah gitu,” tanya Anton sang bar tender.
“Nggak mood aja. Gue nungguin Mamih ngasih pelanggan aja lah,” sahut Azizah sembari kembali menyesap rokoknya.
Waktu terus berjalan. Sudah hampir jam sebelas, Azizah masih duduk di tempat yang sama. Beberapa kali pria hidung belang menghampiri, namun wanita itu dengan malas menolak semuanya. Hal itu sudah berlangsung beberapa hari.
“Kalo lu nggak mau kerja, mending pulang aja. Udah mau habis satu botol lho,” ujar Anton.
Wajah Azizah pun telah merah. Dia sudah mabuk dan berbicara pun tak lagi terdengar jelas.
Sementara Rini terlihat baru selesai melayani seorang pria, dan kini duduk di samping Azizah.
“Ton, yang seger dong satu. Habis ng*we nih. Gerah,” ucap Rini dengan vulgarnya.
Dia lalu melihat sang teman yang nampak mabuk, dengan mata sayu yang terlihat berat hingga seolah terus menerus ingin menutup.
“Mabok lu?” tanya Rini.
“Nggak ada kamusnya gue mabok,” sahut Azizah dengan suara meracau.
Tiba- tiba, sang mucikari datang menghampiri kedua wanita cantik penghasil uangnya.
“Zee, lu udah mabok? Ada pelanggan tuh. Awas kalo lu buat masalah lagi. Udah dua hari lu bikin onar mulu,” seru sang mucikari.
“Beres, Mamih. Aman,” ucap Azizah.
Dia mencoba berdiri sambil melakukan hormat kepada mucikari itu, namun kakinya tak bisa menjejak dengan benar.
Rini sampai bangun dan hendak membantu temannya, akan tetapi ditepis oleh Azizah.
“Gue bisa. Gue bisa,” ucap Azizah.
Dia pun berjalan ke arah kamar miliknya, dan melihat sudah ada seorang pria yang setengah telanjang, duduk di kasur sembari bersandar di head board.
“Eh, ada Oom lucu. Mau ng*we ya Oom,” ucap Azizah asal.
Dia dengan sempoyongan berjalan ke arah si pria tambun di sana, dan langsung melepaskan celana kolor yang dipakai pria tersebut.
Namun saat hendak melakukan penyatuan, tiba Azizah terdiam. Wajahnya yang sedari tadi terus menggoda, seketika berubah seperti ketakutan
“Aaarrghhhh.... Aaaarrghhh... nggak mau... nggak mau... aku nggak mau...,” pekik Azizah.
Sontak pria tersebut segera menyelimuti tubuhnya yang terlanjur bug*l, dan bangun dari sana.
Dia kebingungan melihat Azizah yang tiba-tiba histeris, dan berteriak seolah sangat ketakutan.
“Zee, kamu kenapa?” tanya si pria.
“Jangan, Pak...Zizah nggak mau... jangan pegang Zizah,” teriak Azizah.
Keributan pun terjadi. Sang mucikari terpaksa membuka paksa kamar itu karena mendengar keributan tersebut.
“Ada apa sih? Kenapa jadi gini?” tanya mucikari.
“Aku nggak tau. Tiba-tiba aja zee jadi aneh. Bikin badmood aja,” ungkap si pria tambun yang masih berselimut itu.
Sang mucikari lalu memberi perintah lewat tatapan mata pada Rini, untuk membawa pria itu keluar dari sana.
“Ayo Oom, ikut aku aja,” ajak Rini.
“Malam ini kayaknya zee lagi nggak bisa, Oom. Maafin kita ya. Nanti kita kasih diskon deh. Spesial buat Oom,” ucap mucikari.
Pria itu pun dengan malas mengikuti Rini, karena uangnya sudah terlanjur masuk ke rekening club dan tak mungkin ditarik lagi.
Mucikari pun mendekati Azizah yang masih meringsut di samping tempat tidur, menutupi kepalanya dengan kedua tangan.
“Akhir-akhir ini lu kacau, Zee. Mending lu pulang deh. Gue nggak mau rugi cuma gara-gara emosi lu yang nggak stabil,” seru si mucikari.
🍀🍀🍀🍀🍀
“Zee, lu ada masalah?” tanya Rini.
Siang ini mereka berdua hanya berbaring di kamar kosan, sembari menggulir layar ponsel ke atas dan bawah.
Rini mencoba bertanya pada temannya itu, namun Azizah terus diam sembari matanya tertuju pada layar datar ditangan.
“Kalo ada apa-apa, lu bisa cerita ke gue. Gue lihat akhir-akhir ini lu banyak diem. Lu juga bikin ulah mulu di tempat Mamih. Dia marah tau sama lu,” ucap Rini.
“Nggak tau, Rin. Tiap gue mau ng*we ama laki, gue kek lihat bokap gue. Gue ketakutan tiap kali lihat tuh manusia biadab,” ungkap Azizah.
“Kok bisa? Apa gara-gara lu mabok?” terka Rini.
“Nggak tau lah. Perasaan gue juga lagi nggak enak banget belakangan ini,” sahut Azizah.
“Apa jangan-jangan lu bunting?”
Bersambung ▶️▶️▶️
Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Maylani NR
waduh ada apa? apakah anunya kecil? 😌
2025-04-07
0
novi
APA GA SHOCK AKU BACA INI/Sob//Sob//Sob/
2025-03-17
0
Maylani NR
kok bisa? 🤔 hemmm
2025-04-07
0