“Gitu ceritanya,” ucap Azizah sembari mengunyah kacang rebus.
“Tapi nggak semua gitu kan? Tadi kayaknya ada yang mau temenan sama Mbak,” sahut Irsyad.
“Ada sih. Siapa yah tadi namanya? Duh gue lupa lagi,” tutur Azizah.
“Ya nanti minggu depan kenalan lagi aja. Gampang lah itu. Yang penting kesan pertama ikut kajian udah oke,” seru Irsyad.
“Oke sih oke, tapi tuh uler bikin gue bete sumpah. Tuh lambe lemes anjir. Gedeg banget gue,” omel Azizah.
Irsyad hanya terkekeh mendengar gerutuan wanita yang tengah minum wedang bajigur bersamanya.
Dari kejauhan, terdengar sayup-sayup kumandang adzan maghrib dari pengeras suara masjid.
“Abisin, Mbak. Udah adzan maghrib, saya mau sholat dulu. Mbaknya mau ikut?” ajak Irsyad.
“Kagak bisa gue,” sahut Azizah.
“Ikut aja dulu Mbak, sambil nanti pelan-pelan belajar yang bener,” seru Irsyad.
Pria itu sudah berdiri sambil menepuk-nepuk ujung kemejanya yang sedikit kusut.
Sementara Azizah nampak memikirkan ajakan pria tersebut.
“Tapi gue nggak bawa... ehm, apa tuh yang buat sholat?” tanya Azizah.
“Udah ikut dulu aja. Di masjid ada kok,” seru Irsyad.
“Beneran nggak papa?” tanya Azizah lagi.
“Beneran. Nggak lagi PMS kan?” tanya Irsyad balik.
“Nggak lah.” Azizah berdiri dan meraih tas selempangnya yang sejak tadi tergeletak.
“Ayo,” ajak Irsyad.
Keduanya berjalan bersama menuju ke arah masjid. Banyak orang mulai berdatangan untuk menunaikan kewajiban lima waktu mereka.
Azizah nampak kebingungan di depan pintu masuk, saat ditinggal Irsyad yang sudah menuju ke tempat wudu pria.
Wanita itu celingukan melihat orang-orang disekitarnya yang terus berlalu lalang.
“Njir, kek orang bego gue di sini. Ngapain dulu nih?” gumamnya sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Saat dia kebingungan, Azizah melihat seorang perempuan baru saja naik dan berjalan melewatinya. Perempuan tersebut berjalan ke arah sisi kiri masjid sembari menggulung kedua lengan baju.
Azizah pun berinisiatif untuk mengikuti wanita itu, dan rupanya disana sudah banyak perempuan lain yang mengantri untuk mengambil air wudhu.
Si cantik berambut kemerahan itu terlihat memperhatikan setiap yang dilakukan perempuan disana.
Bak sistem komputer yang tengah menganalisis, matanya terus mengamati setiap gerakan yang dilakukan para perempuan disana berulang-ulang.
Saat tiba gilirannya, Azizah perlahan mulai melakukan gerakan demi gerakan yang dilihatnya tadi sambil mengingat setiap langkahnya.
Gemericik air mengucur dari kran, membasahi setiap sela jemari, wajah dan sela rambut wanita malam itu.
Bak air ajaib, semua ketegangan dan rasa lelah di tubuhnya seolah luruh seiring dengan jatuhnya tetes air wudlu.
Setelah selesai, Azizah kembali dibuat bingung.
“Ngapain lagi nih gue? Kebangetan tuh si Irsyad. Bukannya ngajarin malah ninggalin gue,” gerutu Azizah.
Wanita itu kembali mencari tau dan mengikuti perempuan yang baru keluar dari tempat wudlu.
Di salah satu sisi dalam masjid, terdapat lemari etalase dengan banyak mukena yang tergantung disana.
Azizah melihat perempuan-perempuan di sana bergantian memakai dan mengembalikan mukena.
Dia pun berjalan mendekat. Seseorang yang baru selesai sholat, menghampiri Azizah yang terlihat kebingungan memilih mukena.
“Ini, Mbak,” ucap perempuan tersebut.
Azizah pun menerimanya meski dia masih bingung bagaimana memakainya. Lagi-lagi, dia menoleh ke kanan dan kiri, mencari seseorang yang bisa dia contoh.
Akhirnya si wanita malam berhasil.mengenakan pakaian sholat untuk pertama kali.
Setelahnya, dia pun segera berjalan mengikuti para wanita disana dan berdiri berjejer dengan mereka, untuk ikut sholat berjamaah.
Bak anak kecil yang baru belajar, Azizah terus menoleh ke samping, dan menyamakan gerakan dengan orang disampingnya.
Wanita itu terus berusaha meski setiap gerakannya terlihat begitu kaku.
Bahkan setelah salam, dia tak tau harus berbuat apa, dan ikut duduk sampai orang-orang disana mulai berdiri untuk mengembalikan mukenah ke tempat semula.
Sholat maghrib yang kurang lebih membutuhkan waktu setidaknya lima belas menit, Azizah menempuhnya dengan hampir satu jam, dimulai sejak dia mengambil wudlu.
Saat berjalan keluar, dia melihat Irsyad tengah duduk santai di anak tangga depan masjid sembari memakan seplastik sempolan dengan santainya.
PLETAK!
“Aduh.” Irsyad mengusap kepalanya yang mendapat pukulan dari Azizah.
“Kebangetan lu ye. Gue ditinggal sendirian sholat, eh lu nya malah enak-enakan makan sempolan di mari,” gerutu Azizah.
Bersambung ▶️▶️▶️
Jangan lupa like, comment dan rate novel aku ya 😄, kasih dukungan banyak-banyak ke sini 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
novi
lucu bangett
2025-03-21
0