Irama jantung yang berbeda

"Ada apa? Kenapa dari tadi diem aja?" tanya Alan saat kami dalam perjalanan menuju sekolah.

"Gak ada apa-apa."

"Tidak mungkin jika tidak ada apa-apa. Sejak pagi kamu hanya diam seolah sengaja menghindar bicara denganku."

"Ara gak apa-apa, Kak."

Alan meraih tanganku, menggenggamnya dengan erat.

"Aku sangat merindukanmu," ujarnya.

Rindu? Halah, paling ini trik dia doang kan buat membodohi aku.

Aku menarik tanganku yang hendak dia kecup. Jika dilihat dari refleknya, Alan pasti terkejut.

"Ada apa?" tanyanya datar. Dia menepikan kendaraannya.

"Gak ada apa-apa, kenapa memangnya?"

"Lalu tadi itu apa?"

"Yang mana?"

"Sudahlah, tidak udah berpura-pura. Katakan jika aku punya salah."

"Memangnya menurut kakak apa yang kakak lakukan tidak salah? Kak, bagaimanapun juga status kita tetap kakak beradik. Rasanya tidak pantas kita melakukan hal-hal yang dilakukan pria dan wanita. Apa kata orang nanti?"

"Persetan dengan omongan orang."

"Mungkin kakak bisa menghadapinya dan berusaha untuk tidak peduli? Tapi Ara? Ara gak bisa. Bagaimana kalau mama dan papa tau? Ara gak mau mereka kecewa, Kak."

"Kamu memikirkan perasaan mereka lalu bagaimana denganku?"

"Lalu bagaimana dengan Ara juga? Oke, katakanlah kakak memiliki perasaan ke Ara layaknya pasangan lain. Kakak pernah tanya gak bagaimana perasaan Ara?"

"Aku ini pria dewasa, aku tahu tanpa kamu menjelaskannya."

"Kakak salah."

"Salah? Apa itu artinya kamu tidak menyukaiku? katakan!"

Aduuhhh, bagaimana ini? Aku sendiri tidak tahu apa yang aku rasakan.

"Kenapa? Kamu bingung bukan? Kamu hanya berusaha menutupi karena berbagai pertimbangan."

"Lupakan. Ayo kita ke sekolah, nanti Ara terlambat."

Alan tersenyum puas.

Apa itu barusan? Apa dia senang karena berhasil membodohi dan mengintimidasi aku?

Aku tidak berpamitan padanya begitu turun dari mobil. Bukan karena sengaja tapi karena ku bingung sampai lupa. Ada rasa bersalah dalam dada, tapi Ah sudahlah, kenapa juga aku harus merasa bersalah. toh aku lagi marah sama dia.

Saat sedang berjalan tidak jauh dari mobil Alan, ponselku berdering.

"Aduh, aku lupa silent. Siapa pula yang nelpon jam segini?" gumamku sambil merogoh ponsel dari saku baju.

"Kak Alan? ngapain dia nelpon?" ujarku sambil menghentikan langkah.

"Ada apa, Kak?"

"Berbalik."

Aku mengikuti arahan darinya, membalikkan badan dan melihat dia sedang berdiri di samping mobilnya. Kami saling menatap satu sama lain.

"I love you, Ara."

Hanya bisa berdiam diri tanpa mengatakan apa-apa. Rasanya waktu berhenti saat itu. Dunia dan seisinya membeku.

Alan tersenyum sambil melambaikan tangan, lalu dia kembali masuk dan pergi begitu saja.

Gitu doang? Kok dia gak nanya aku sih? Gak nunggu jawaban aku maen pergi aja.

"Lagi pula aku mau bilang apa?"

Benda pipih itu kembali aku masukkan ke dalam saku baju.

Hari ini konsentrasi ku buyar. aku sama sekali tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan saat maju ke depan untuk mengisi soal yang diberikan oleh guru, aku gagal.

Saat sedang istirahat, Ayumi dan Hilda menginterogasi layaknya detektif. Kami duduk di lantai yang ada di samping gedung sekolah sambil memakan camilan.

"Katakan ada apa? Bisa-bisanya Lo gak bisa menyelesaikan soal segampang itu. Otak Lo mulai rusak ya, Ra."

"Gue gak tau, Mi."

"Gak mungkin gak ada apa-apa, kita berdua tahu kalau Lo gak baik-baik saja."

"Rahes ke mana ya? Gue bete gak ada yang isengin."

"Katanya sih dia sakit."

"Sakit apa, Da?"

"Gak tau. Udahlah gak usah mengalihkan topik, ini Lo, Lo kenapa? Buruan cerita."

"Kalian bener, ternyata kak Alan suka sama gue."

"Nah, kan! Gue bilang juga apa. Terus, Lo sendiri gimana?" tanya Ayumi.

"Gue bingung. Kadang gue menikmati semua sikap dia ke gue. Jantung gue selalu saja hampir loncat dari tempatnya. Kalau dia lagi diem, gue suka liatin dia dan ya ... Dia sangat tampan. Gue bahkan tidak bisa melihat cowok lain selain dia."

"Udah sih, itu mah sama-sama suka. Jadian aja, gaslah!"

"Gak semudah itu, Da."

"Iya, ih. Lo mah main gas gas aja."

"Ya terus apa? Alan suka, Ara suka. kenapa? Tinggal jadian aja udah. Beres kan?"

"Heh, dodol. Gimanapun juga mereka itu adik kakak di mata dunia. Gak etis banget kalau mereka pacaran meski gak sedarah. Inget, kita itu hidup di Konoha, bukan Amerika. Ada adab dan etika."

"Gue mikirin perasaan nyokap bokap. Gimana kalau mereka tau? Apa mereka gak akan kecewa sama gue? Diasuh dari bayi, udah gede nusuk dari depan ini sih, bukan dari belakang lagi."

"Iya, sih. Tapi kan kalian bisa pacaran diem-diem. Nikmati aja dulu waktu yang kalian bisa lewati. Ketahuan akhirnya ya gimana nanti aja. kenapa harus pusing mikirin masa depan yang belum kelewat. Nikmati aja dulu masa yang ada, daripada kesiksa."

"Uuuuhhh, dasar iblis Lo!" Ayumi menoyor kepala Hilda.

"Hahaha, gue cuma mikirin kebahagiaan Ara doang keles. ngapain pusing-pusing mikirin masa depan dan mengabaikan masa sekarang ya kan? belum tentu orang tua mereka kecewa juga kalau tahu. Toh bukan nya selama ini keluarga mereka sulit menerima Ara karena bukan darah daging ibu Lusy? Ya kan kalau jadi istri Alan, mau gak mau nerima, sebagai menantu."

"Jauuuuuh banget pikiran Lo, Da."

"Kemungkinan itu banyak, bisa aja kan mereka malah setuju. Kan siapa tau ini sih."

Ayumi dan Hilda masih saja berdebat. Apa yang Ayumi katakan memang benar, tapi ucapan Hilda pun tidak salah.

Apa aku jalani aja dulu? tapi bukankah kak Alan pura-pura mau nikahin aku waktu itu? Ah, lebih baik aku tanyakan saja dulu sama dia nanti.

📨📨

[Kakak, nanti jemput Ara gak?]

Lima menit kemudian

[Iya, nanti aku jemput. kenapa, Sayang?]

Hah? Sayang? Ih, dia kenapa coba.

"Heh! Lagi wa siapa mesem-mesem gitu?" Hilda mendorong tubuhku.

"Nggak, bukan siapa-siapa."

"Kak Alan yaaaa? Iya kan? Hayoooo, kalian chat apa? Kepo gue jadinya."

"Apa sih? Ayo ah, kita ke kelas. bentar lagi masuk."

Aku beranjak, lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua. Sesampainya di kelas, aku kembali membalas chat dari Alan.

[Gak apa-apa, Kak. Kalau gak bisa 'kan Ara bisa minta jemput ke Abang.]

[Oh, iya. Aku gak suka kamu sama Bryan kayak malam itu di kamar.]

[Kenapa? Dia kan kakak Ara juga. Kalau Ara menjaga jarak apa nanti gak akan curiga, udah ah. Pokoknya Ara gak bisa kalau jaga batasan sama Abang.]

[Oke, hanya Abang dan papa yang boleh bersentuhan fisik sama kamu.]

[Berarti kakak gak boleh, ya! Kan cuma papa sama Abang aja yang boleh. Hahaha]

[Kamu minta digigit apa gimana?]

[Jangan lah, sakit tau!]

[Tapi nagih kan?]

[Tau ah! Pokoknya jemput jangan telat. Titik]

[Iya, sayang, iya. Aku kerja dulu, ya. Love you.]

Jantungku kini tidak lagi berdegup dengan kencang, hanya terasa hangat dan ya, ternyata seperti ini rasanya jika diperhatikan oleh orang yang kita sukai.

Episodes
1 Hujan di tengah malam
2 Yang tak bisa tergantikan
3 Rahes
4 Studio Musik
5 Perbedaan yang terlalu jauh
6 Telat di hari libur
7 identitas
8 Sadar posisi
9 Berdebar
10 Teman ibu
11 Tiba-tiba menikah
12 New house
13 What's wrong with me.
14 i'am sorry, Mom.
15 Maaf? untuk apa?
16 Kenapa se khawatir itu
17 Pernyataan
18 Hanya sebatas sandiwara
19 Irama jantung yang berbeda
20 Cemas
21 Lampu merah
22 Tidak terkendali
23 Rahasia baru
24 andai ibu masih ada
25 who is he
26 perjodohan
27 Sesuatu yang tersembunyi
28 manipulatif
29 Tertangkap basah
30 anak haram dari wanita gila
31 Perjalanan malam
32 Mencoba mengakhiri
33 Berakhir
34 dia pergi
35 Sepertinya bukan kebetulan
36 Demi kebahagiaan sang buah hati
37 Anggota keluarga yang sah
38 Swafoto (full visual)
39 Emerald
40 Setuju aja dulu
41 jika saja hati bisa dikendalikan
42 berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43 She knows
44 apa waktu bisa diputar kembali
45 Kasihan
46 kehilangan
47 Dua sisi berbeda
48 malam yang jadi saksi
49 dunia yang dipenuhi bunga
50 cinta yang tepat diwaktu yang salah
51 aku bukan menyerah tanpa berjuang
52 kenikmatan yang tidak pantas
53 serpihan hati
54 derita malarindu
55 pertunangan
56 garis dua
57 jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58 demam
59 rasa yang terbalas
60 the winner. (end)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Hujan di tengah malam
2
Yang tak bisa tergantikan
3
Rahes
4
Studio Musik
5
Perbedaan yang terlalu jauh
6
Telat di hari libur
7
identitas
8
Sadar posisi
9
Berdebar
10
Teman ibu
11
Tiba-tiba menikah
12
New house
13
What's wrong with me.
14
i'am sorry, Mom.
15
Maaf? untuk apa?
16
Kenapa se khawatir itu
17
Pernyataan
18
Hanya sebatas sandiwara
19
Irama jantung yang berbeda
20
Cemas
21
Lampu merah
22
Tidak terkendali
23
Rahasia baru
24
andai ibu masih ada
25
who is he
26
perjodohan
27
Sesuatu yang tersembunyi
28
manipulatif
29
Tertangkap basah
30
anak haram dari wanita gila
31
Perjalanan malam
32
Mencoba mengakhiri
33
Berakhir
34
dia pergi
35
Sepertinya bukan kebetulan
36
Demi kebahagiaan sang buah hati
37
Anggota keluarga yang sah
38
Swafoto (full visual)
39
Emerald
40
Setuju aja dulu
41
jika saja hati bisa dikendalikan
42
berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43
She knows
44
apa waktu bisa diputar kembali
45
Kasihan
46
kehilangan
47
Dua sisi berbeda
48
malam yang jadi saksi
49
dunia yang dipenuhi bunga
50
cinta yang tepat diwaktu yang salah
51
aku bukan menyerah tanpa berjuang
52
kenikmatan yang tidak pantas
53
serpihan hati
54
derita malarindu
55
pertunangan
56
garis dua
57
jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58
demam
59
rasa yang terbalas
60
the winner. (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!