What's wrong with me.

Alan bilang untuk sementara aku ijin dulu dari sekolah, agar Andra ataupun eyang reda dulu dari amarahnya dan tidak menemukan kami berdua.

setiap hari dengan rutinitas yang sama, sangat bosan. Bangun pagi, mandi, nyari sarapan keluar, balik lagi ke rumah. Menunggu hingga siang. Makan siang akan ada gofood yang dikirim Alan. Malam nya kami pergi keluar untuk makan.

"Kak, aku bosan gini terus rutinitasnya."

"Mau balik ke rumah terus nikah sama--"

"Nggak!"

"Terus?"

"Mau ke sekolah sih, Kak."

"Nanti kalau eyang berhasil nemuin kamu, gimana?"

"Iya, tapi aku harus ngapain dong? bosen banget di rumah terus."

"Mau liburan?"

"Liburan? Ke mana?"

"Mana saja yang kamu suka."

"Nggak, ah."

"Terus mau kamu apa?" tanyanya

"Paling nggak, buat makan aku pengen masak sendiri. Biar ada kegiatan gitu di rumah."

"Ayo." tiba-tiba Alan yang sedang rebahan di atas sofa sambil memainkan ponselnya, berdiri.

"Ayo ke mana?"

"Belanja."

"Hah? belanja? Belanja apa malam gini?"

"Katanya mau masak sendiri."

Malam itu kami pergi ke sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa keperluan isi kulkas.

Alan mendorong troli sementara aku sibuk memilih beberapa bahan makanan. melihat kualitas dan juga harganya.

"Ra, ambil aja gak usah liat harga."

"Gak gitu, kak. Kata mama kita harus melihat kualitas untuk dibandingkan dengan harganya. Jika sesuai, maka boleh ambil. Jika tidak, kita bisa cari opsi lain."

"Repot banget."

"Nih, coba kakak lihat." aku mendekat ke samping Alan untuk menunjukkan stroberi.

"Harganya lumayan mahal karena ini impor, wajar. Tapi kakak lihat juga barangnya. Ini kan ada satu yang udah gak fresh, menurut kakak apa itu masih worth it buat dibeli?"

Alan dan aku sama-sama melihat stoberi yang sedang aku pegang. Berhubung dia sangat tinggi, dia menundukkan badannya hingga kami setara. Hanya saja saat itu dadaku tiba-tiba saja berdegup tidak karuan karena pipi Alan menempel di pipiku.

Agar tidak terlihat aku menghindarinya, aku sengaja berpura-pura mengambil barang lain yang ada di etalase.

Uh, panas. kenapa wajahku panas.

Aku berusaha menetralkan keadaan dadaku dan nafasku sebelum kami kembali memilih beberapa barang lainnya.

Sejak kejadian tadi, selama perjalanan menuju pulang ke rumah, aku merasa sangat kaku. Bingung harus mengatakan apa. Rasanya ada yang berbeda. Entah apa itu hanya saja, jujur aku merasa grogi dan gugup.

Al hasil kami hanya bisa diam. Dan rasanya sungguh tidak nyaman. Berada di dalam mobil dengan ruangan yang terbatas dalam keadaan jantung yang tidak karuan dan hanya saling diam.

Ya, selama ini aku dan Alan memang tidak begitu akur meski kadang dia memang sangat baik, tapi entah kenapa dengan kali ini. Aku merasa malu dan gugup berada di dekatnya.

Plissss, Ara. kendalikan diri kamu. Jangan sampai kak Alan ngeh sama sikap kamu.

Sesampainya di rumah, aku dan Alan langsung merapikan semua belanjaan kami. Aku mengatur bagaimana dan dimana barang harus di simpan, sementara Alan hanya ikut seusai instruksi dariku

"Ini cuci yang bersih ya, Kak. Terus nanti keringkan pakai alat ini. Bisa gak makenya?"

Dia menggelengkan kepala.

"Nih, liat." Aku memberikan tutor bagaimana cara mengeringkan sayuran yang sudah di cuci.

"Nanti kakak keringkan yang ini dan ini juga ya. terus kalau udah masukin ke wadah ini."

"Siap, nyonya."

Dia terlihat kesal. tapi aku sangat puas membuatnya mengerjakan apa yang aku minta.

"Rumah ini memang di siapkan sedemikian rupa ya, Kak? Semua peralatan rumah tangga lengkap banget."

"Aku minta temen yang ngatur semuanya."

"Perempuan?"

"Ya kali Yoon yang ngatur."

"Ohhhh, temen hidup ya kak?"

"Maksudnya?"

"Nggak, bukan apa-apa."

Aku kembali menuju kulkas untuk merapikan sayuran tanya udah disiapkan oleh Alan.

"Dia arsitek dan juga design interior."

"Hmm? kenapa kak?"

"Aku lelah, besok harus keluar kota. Kamu selesaikan sendiri."

Aku melihat semua barang-barang yang ....

Lah, apa yang harus diselesaikan sendiri, orang udah kelar semua

"Kakak, tunggu!" aku mengejarnya.

Alan mengetikkan langkah kakinya yang sudah berada di tengah tangga.

"Kaku besok kakak keluar kota, aku sama siapa di rumah? Sendiri gitu? Ihhhh, gak mau. Aku takut, Kak." aku merengek. Membayangkan tinggal di rumah ini sendiri membuatku sudah sangat ketakutan.

"Terus?"

"Ya, gak terus-terus. Apanya yang terus?"

"Kalau gak mau sendirian, kamu bersiap saja. Ikut denganku ke luar kota."

"Ikut? Gak mau ah. Lagian kakak pasti kerja kan? Nanti aku bosan."

"Lantas mau kamu apa?"

"Gak tau."

Memang, aku sendiri bingung apa maunya aku. Ditinggal sendiri gak mau, tapi ikut pun aku enggan. Ke rumah mama, aku takut ketemu eyang. Serba salah memang.

"Baiklah, aku batalkan kerjaanku."

"Jangan!" ujarku cepat. Mana mungkin dia membatalkan kerjaan nya demi aku.

"Terus mau kamu apa, Ara?" tanyanya geram.

Benar, jika dipikir-pikir aku memang menyebalkan. Ditinggal tidak mau, diajak pun tidak.

"Iya, iya, kakak boleh pergi kok. Nanti aku kunci rumah aja dari dalam."

Aku kembali ke dapur untuk menyimpan sayur baby coy yang ada di tangan. Setelah memasukannya ke dalam kulkas, aku segera mencuci tangan.

Saat hendak masuk ke kamar, aku melihat Alan sedang berdiri di samping pintu kamar. entah kenapa tapi aku kesal melihatnya.

"Besok aku hanya pergi sebentar. Sore atau malemnya aku balik."

"Terserah."

Tangan yang hendak membuka handle pintu, ditahan olehnya. Tangan kami bertumpuk di atas handel pintu. Dan rasanya sangat aneh.

Wajahku kembali terasa panas. Jantungku kembali berdegup tidak karuan.

"Kamu mareh?" tanyanya.

"Enggak, kok." Aku menarik tanganku.

"Maaf, tapi pekerjaan kali ini benar-benar tidak bisa ditinggalkan."

"Iya, iya. Aku ngerti kok, kakak pergi aja. Aku gak apa-apa ditinggal sendiri. Tadinya aku pikir kakak nginep di luar kota, makanya aku takut kalau malem sendiri di sini. Tapi enggak kan? Katanya tadi cuma sehari aja. Ya udah gak apa-apa."

"Iya, tapi jangan cemberut gitu. Jelek." ujarnya sambil mengusap pipiku dengan lembut.

Astaga. Ada apa ini? tolong jantungku kenapa?

Tidak ingin Alan melihatku yang grogi, aku segera masuk dan menutup pintu kamar rapat-rapat.

"Ada apa ini? kenapa muka aku panas banget?"

Aku berlari menuju meja rias, duduk, lalu menatap lekat wajahku yang memerah.

"Apa kak Alan sadar ya muka aku merah gini? Ahhhhh, aku kenapa coba?"

Berharap jika mengguyur wajah di bawah aliran air, rasa panas dan kemerahan itu akan segera hilang, tapi nyatanya tidak.

Mencoba mengatur nafas dengan perlahan dan santai, tidak juga meredakan detak jantung yang tidak karuan sejak tadi.

Aku kenapa?

Episodes
1 Hujan di tengah malam
2 Yang tak bisa tergantikan
3 Rahes
4 Studio Musik
5 Perbedaan yang terlalu jauh
6 Telat di hari libur
7 identitas
8 Sadar posisi
9 Berdebar
10 Teman ibu
11 Tiba-tiba menikah
12 New house
13 What's wrong with me.
14 i'am sorry, Mom.
15 Maaf? untuk apa?
16 Kenapa se khawatir itu
17 Pernyataan
18 Hanya sebatas sandiwara
19 Irama jantung yang berbeda
20 Cemas
21 Lampu merah
22 Tidak terkendali
23 Rahasia baru
24 andai ibu masih ada
25 who is he
26 perjodohan
27 Sesuatu yang tersembunyi
28 manipulatif
29 Tertangkap basah
30 anak haram dari wanita gila
31 Perjalanan malam
32 Mencoba mengakhiri
33 Berakhir
34 dia pergi
35 Sepertinya bukan kebetulan
36 Demi kebahagiaan sang buah hati
37 Anggota keluarga yang sah
38 Swafoto (full visual)
39 Emerald
40 Setuju aja dulu
41 jika saja hati bisa dikendalikan
42 berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43 She knows
44 apa waktu bisa diputar kembali
45 Kasihan
46 kehilangan
47 Dua sisi berbeda
48 malam yang jadi saksi
49 dunia yang dipenuhi bunga
50 cinta yang tepat diwaktu yang salah
51 aku bukan menyerah tanpa berjuang
52 kenikmatan yang tidak pantas
53 serpihan hati
54 derita malarindu
55 pertunangan
56 garis dua
57 jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58 demam
59 rasa yang terbalas
60 the winner. (end)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Hujan di tengah malam
2
Yang tak bisa tergantikan
3
Rahes
4
Studio Musik
5
Perbedaan yang terlalu jauh
6
Telat di hari libur
7
identitas
8
Sadar posisi
9
Berdebar
10
Teman ibu
11
Tiba-tiba menikah
12
New house
13
What's wrong with me.
14
i'am sorry, Mom.
15
Maaf? untuk apa?
16
Kenapa se khawatir itu
17
Pernyataan
18
Hanya sebatas sandiwara
19
Irama jantung yang berbeda
20
Cemas
21
Lampu merah
22
Tidak terkendali
23
Rahasia baru
24
andai ibu masih ada
25
who is he
26
perjodohan
27
Sesuatu yang tersembunyi
28
manipulatif
29
Tertangkap basah
30
anak haram dari wanita gila
31
Perjalanan malam
32
Mencoba mengakhiri
33
Berakhir
34
dia pergi
35
Sepertinya bukan kebetulan
36
Demi kebahagiaan sang buah hati
37
Anggota keluarga yang sah
38
Swafoto (full visual)
39
Emerald
40
Setuju aja dulu
41
jika saja hati bisa dikendalikan
42
berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43
She knows
44
apa waktu bisa diputar kembali
45
Kasihan
46
kehilangan
47
Dua sisi berbeda
48
malam yang jadi saksi
49
dunia yang dipenuhi bunga
50
cinta yang tepat diwaktu yang salah
51
aku bukan menyerah tanpa berjuang
52
kenikmatan yang tidak pantas
53
serpihan hati
54
derita malarindu
55
pertunangan
56
garis dua
57
jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58
demam
59
rasa yang terbalas
60
the winner. (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!