Telat di hari libur

Aku berusaha keras membuka mata saat alarm berbunyi. Rasanya aku belum puas tidur karena semalam pulang larut. Hasilnya bangun pagi ini terasa sangat berat.

Ah, lima menit lagi kali ya.

Kembali memejamkan mata adalah pilihanku. Aku pikir itu hanya butuh waktu beberapa menit saja.

Samar-samar aku kembali mendengar alarm ponsel berbunyi. Dengan meraba-raba kasur, mencari ponsel, setalah aku dapatkan ku angkat dan kulihat layar benda pipih tersebut.

"Astagaaaaa!" aku berteriak histeris melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 6.13 wib.

Demi mempersingkat waktu, aku memilih untuk tidak mandi toh semalam baru saja mandi sebelum tidur dan tidak melakukan aktifitas lain.

Mencuci muka, gosok gigi, dan mengganti pakaian termasuk underwear. Tidak lupa aku menyiapkan jadwal pelajaran, lalu segera berlari keluar kamar menuju meja makan.

Ah, kenapa ada kak Alan sih!

Kuraih roti dan kutambah kan selai cokelat, minum susu lalu segera berlari tanpa berpamitan pada Alan.

"Mau ke mana?" Alan meraih tanganku saat hendak membuka pintu gerbang halaman rumah.

"Sekolah lah, ngapain lagi?" ucapku dengan mulut penuh roti selai cokelat.

"Ta...."

"Jangan ngajak baku hantam sekarang, nanti aja. Aku udah telat banget, Kak."

Alan menatapku tajam. Dia mungkin kesal karena ucapannya aku sela.

"Tunggu, aku anterin pake motor biar cepet."

Terdengar suara moge dia yang sengaja gas nya ditarik hingga menimbulkan kebisingan yang luar biasa.

"Ayo!"

Tanpa ragu aku naik karena di otakku hanya ada kata 'asal nyampe cepet'.

Motor melaju dengan kencang. Tidak ingin jatuh atau sesuatu hal lain nya, aku memegang erat tubuh Alan sambil sesekali melihat ke depan, sesekali memejamkan mata dan bersembunyi di belakang punggungnya yang lebar.

Ternyata takut kesiangan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rasa takut di bonceng Alan pakai motor.

Ini namanya bukan misi tidak kesiangan, tapi misi belajar bunuh diri. Hiks!

"Nyampe."

Aku menengadahkan kepala setelah merasa aman.

"Loh? Kok sepi? Apa udah pada masuk ya? Masa? Tapi meski udah pada masuk harusnya gak sesepi ini kok."

"Ini hari Sabtu."

"Ya? Ya emang ini Sabtu, terus kenapa?"

"Tanggal merah."

"Masa sih?"

Alan masih terdiam tanpa kata. Dia memang tidak pernah mau menjelaskan panjang lebar tentang hal apapun.

"Ya kalau emang ini tanggal merah kenapa kakak gak bilang? kenapa pake anterin aku ke sini segala mana pake acara cosplay jadi mark Marquez lagi gak tau apa jantungku hampir copot barusan karena ketakutan."

Brmmmmm!

Aku yang berbicara tanpa henti, titik dan koma, seketika terdiam saat Alan menarik gas nya.

"I-iya, maaf."

Motor kembali melaju. Kali ini tidak secepat sebelumnya. Ahhhh, rasanya menyenangkan bisa menghirup udara pagi hari dengan mengendarai roda dua. Aku sangat menikmatinya.

Norak memang, aku bahkan merentangkan kedua tangan layaknya di sinteron. Mau bagaimana, rasanya sungguh ... Aku bahkan tidak tahu harus menjelaskan nya dengan merangkai kata seperti apa.

Bodo amat. Aku bahkan tidak peduli kali ini Alan membawaku ke mana. Toh dari kemarin dia selalu membawaku ke tempat yang menyenangkan.

Meski dia tidak menyayangiku layaknya adik kandung, setidaknya dia masih takut pada mama Lusy jika sampai menyakitiku bukan?

"Pegangan," ujar Alan yang sebenarnya tidak terlalu terdengar jelas di telingaku saat itu karena Alan memakai helm.

Dia menarik tanganku, lalu melingkarkan nya di tubuh dia.

Oh, suruh pegang toh? Kenapa? Wah, jangan-jangan.

Sesuai dugaanku, dia kembali ngebut. Aku membenamkan wajah di punggungnya. Tidak heran sih jika dia tercium wangi, hanya saja diluar dugaanku kalau dia sakan sewangi ini.

Hmmm, enak banget kali ya kalau dia beneran kakak kandung aku. Kan aku bisa minta parfumnya. Hiks.

Motor berhenti di depan sebuah toko pakaian. Nampak jelas dari kaca jika pakaian yang ada di dalam sangat cantik-cantik. Mata kewanitaanku menjerit tak terbantahkan.

Mauuuuuu, plisssss.

Alan melangkah memasuki toko tersebut, aku segera mengikutinya dengan penuh harap.

Berharap apa coba?

"Kak, mau ngapain? Kakak mau beli baju? ini kan khusu baju perempuan?" tanyaku sambil sesekali melirik baju-baju yang seolah melambaikan tangan dan berkata "sini, sini, lihat aku, aku cantik kan? Ayo pilih aku."

"Gila kali aku beli baju untuk diri sendiri."

"Terus?"

Bukkkk! Aku menabrak tubuh Alan yang tiba-tiba berhenti. Sebenarnya bukan tiba-tiba dia berhenti, hanya saja mataku memang tidak melihat lurus ke depan.

Dia berbalik.

"Ada yang kamu suka? Ambil."

Aku membelalakkan mata dengan mulut menganga.

"Beneran?"

Seperti biasa, dia tidak menjawab dan hanya menatap dengan mata sinis penuh intimidasi.

Kabuuuuur.

Pakaian yang tadi melambai padaku, aku hampiri dan aku teliti dengan seksama. Rupanya setelah didekati lebih dekat, aku meras dia tidak istimewa. Pun dengan pakaian selanjutnya.

Kenapa mendadak rabun gini ya mata. Perasan tadi mereka terlihat cantik, deh.

"Ambil sesukamu!" teriak Alan dari jauh.

Oke, mari kita sikat sobat.

Mataku mendadak sehat walafiat. Pakaian-pakaian di sana terlihat berseri dan menawan.

Aku memilih baju dan bawahannya. Mix and match sesuai warna dan model. Jangan lupa hiasan rambut dan aksesoris juga. Mumpung Alan setan nya lagi tidur pulas.

"Kalap mata kamu?" tanya Alan saat melihat aku membawa hasil perburuan yang hampir tiga jam lamanya.

"Hehe. Habisnya baju di sini bagus semua."

"Cara bawa baliknya gimana?"

Lupa kalau kami datang ke sini memakai roda dua.

Aku tertunduk lesu. Capek-capek milih, yang dibeli cuma satu pasang hanya untuk dipakai saat ini, pengganti baju seragam sekolah yang aku pakai dari rumah.

"Kita mau ke mana lagi?" tanyaku lesu karena sedih melihat belanjaan yang sudah dipilih, ditinggal begitu saja.

"Nanti juga tau. Buruan, atau tinggal nih."

"Iya, iya! Sabar napa jadi orang. Udah mah sedikit bicara, gak sabaran, jutek, plin-plan! Mana ada teriak suruh ambil sesukanya kalau ujungnya cuma satu doang. Gak menghargai jerih payah, susah-susah memilah."

Tidak ada respon.

Elahhh, kenapa juga aku jadi cerewet sih? Tau dia itu tembok!

Di sini lah kami berada saat ini. Lagi-lagi Alan membuat ku lupa akan kemarahan dan kesedihan sebelum nya.

"Mau pesan apa?"

"Apa aja, Kak." jawabku ngasal karena terlalu asik menikmati pemandangan yang ada di depan mata.

"Nanti teman-temanku pada ke sini."

"Datang aja," jawabku singkat. Aku sibuk memotret sana sini.

Alan memanggil pelayan lalu memesan beberapa menu. Entah apa yang dia pesan, tapi biarkanlah.

"Kak, itu ada wahana permainan. Boleh gak aku naik itu?"

"Jangan!"

"Kenapa? Tapi aku mau naik itu, Kak. Seru kayaknya."

Aku yang hendak merajuk lagi, langsung menciut tatkala melihat tatapan matanya.

Mata dia mengandung apa sih? Menakutkan!

Episodes
1 Hujan di tengah malam
2 Yang tak bisa tergantikan
3 Rahes
4 Studio Musik
5 Perbedaan yang terlalu jauh
6 Telat di hari libur
7 identitas
8 Sadar posisi
9 Berdebar
10 Teman ibu
11 Tiba-tiba menikah
12 New house
13 What's wrong with me.
14 i'am sorry, Mom.
15 Maaf? untuk apa?
16 Kenapa se khawatir itu
17 Pernyataan
18 Hanya sebatas sandiwara
19 Irama jantung yang berbeda
20 Cemas
21 Lampu merah
22 Tidak terkendali
23 Rahasia baru
24 andai ibu masih ada
25 who is he
26 perjodohan
27 Sesuatu yang tersembunyi
28 manipulatif
29 Tertangkap basah
30 anak haram dari wanita gila
31 Perjalanan malam
32 Mencoba mengakhiri
33 Berakhir
34 dia pergi
35 Sepertinya bukan kebetulan
36 Demi kebahagiaan sang buah hati
37 Anggota keluarga yang sah
38 Swafoto (full visual)
39 Emerald
40 Setuju aja dulu
41 jika saja hati bisa dikendalikan
42 berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43 She knows
44 apa waktu bisa diputar kembali
45 Kasihan
46 kehilangan
47 Dua sisi berbeda
48 malam yang jadi saksi
49 dunia yang dipenuhi bunga
50 cinta yang tepat diwaktu yang salah
51 aku bukan menyerah tanpa berjuang
52 kenikmatan yang tidak pantas
53 serpihan hati
54 derita malarindu
55 pertunangan
56 garis dua
57 jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58 demam
59 rasa yang terbalas
60 the winner. (end)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Hujan di tengah malam
2
Yang tak bisa tergantikan
3
Rahes
4
Studio Musik
5
Perbedaan yang terlalu jauh
6
Telat di hari libur
7
identitas
8
Sadar posisi
9
Berdebar
10
Teman ibu
11
Tiba-tiba menikah
12
New house
13
What's wrong with me.
14
i'am sorry, Mom.
15
Maaf? untuk apa?
16
Kenapa se khawatir itu
17
Pernyataan
18
Hanya sebatas sandiwara
19
Irama jantung yang berbeda
20
Cemas
21
Lampu merah
22
Tidak terkendali
23
Rahasia baru
24
andai ibu masih ada
25
who is he
26
perjodohan
27
Sesuatu yang tersembunyi
28
manipulatif
29
Tertangkap basah
30
anak haram dari wanita gila
31
Perjalanan malam
32
Mencoba mengakhiri
33
Berakhir
34
dia pergi
35
Sepertinya bukan kebetulan
36
Demi kebahagiaan sang buah hati
37
Anggota keluarga yang sah
38
Swafoto (full visual)
39
Emerald
40
Setuju aja dulu
41
jika saja hati bisa dikendalikan
42
berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43
She knows
44
apa waktu bisa diputar kembali
45
Kasihan
46
kehilangan
47
Dua sisi berbeda
48
malam yang jadi saksi
49
dunia yang dipenuhi bunga
50
cinta yang tepat diwaktu yang salah
51
aku bukan menyerah tanpa berjuang
52
kenikmatan yang tidak pantas
53
serpihan hati
54
derita malarindu
55
pertunangan
56
garis dua
57
jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58
demam
59
rasa yang terbalas
60
the winner. (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!