Tiba-tiba menikah

Begitu turun dari mobil Yoon, aku merasa ragu saat hendak masuk ke dalam rumah. Pasalnya ada mobil eyang terparkir di halaman.

"Ada apa?" tanya Yoon yang mungkin merasa aneh melihat gelagatku.

"Gak ada apa-apa, Kak. Oh, iya, terimakasih ya udah nganterin Ara sampai rumah."

"Sama-sama, Ra. Kalau gitu aku balik ya."

"Hati-hati, Kak."

Bukan karena menghargai Yoon sampai aku menunggu nya pergi hingga tidak terlihat oleh jangkauan mata, tapi memang aku sangat enggan masuk ke dalam rumah.

"Mah." Aku menyapa dengan nada rendah yang sengaja di buat semanis mungkin. Wajah-wajah tegang sangat nampak terlihat dari orang-orang yang ada di ruang keluarga.

Satu persatu aku datangi dan aku cium tangannya termasuk eyang putri. Ibu dari mama Lusy.

"Sudah jam berapa ini, kok baru pulang."

"Tadi pergi makan dulu, eyang."

"Memangnya tidak bisa makan dirumah saja? Sampai harus makan di luar. pemborosan."

"Ara ditraktir kak Yoon, kok. Gak pakai uang jajan dari mama."

"Hm! Bahkan kamu sudah berani mendekati teman-teman Alan sampai minta dibayarin makan segala."

"Tadi disuruh sama kak Alan, kok. Bukan Ara yang minta."

"Kamu ini ya!" nada bicara eyang meninggi.

"Kalau orang tua sedang bicara, jangan jawab terus. Gak sopan itu namanya. punya adab gak sih kamu jadi anak? Buat apa sekolah kalau masalah kayak gitu aja kamu gak ngerti!"

"Iya, eyang. Ara minta maaf," ucapku terbata.

"Ara, sini." Mama memintaku untuk duduk di dekatnya. Bersamaan dengan itu nenek datang membawakan nampan berisi minuman.

"Bantu nenek kamu ambil minuman dan cemilan, bukan nya malah duduk di sofa bersama kami. Masa gitu aja harus di ingetin terus."

Dadaku sudah bergemuruh hebat sejak tadi, tapi apa yang bisa aku lakukan selain diam menahan semuanya.

"Iya, Eyang." Aku beranjak dari tempat duduk untuk ke dapur mengambil makanan. Namun, papa Adnan menahan tanganku dan meminta untuk kembali duduk di tempat semula.

Suasana hening untuk sesaat.

Drrttttttt. Ponselku bergetar. Rupanya Alan menelepon.

"Mah?" bisikku meminta pendapat. Haruskah aku menerima panggilan Alan, atau sebaliknya abaikan.

Mama mengangguk. artinya aku boleh mengangkat telpon tersebut.

"Halo, Kak."

"Ara! Kita di sini sedang bicara, apa sopan kamu menerima telpon sekarang?"

"Ini kak Alan yang nelpon, eyang."

"Halo, Ra." Alan memanggil.

"Matikan!" bentaknya. Tanpa pikir panjang aku segera menutup telpon dari Alan.

"Saya sudah bicara sama Lusy dan Adnan, bahwa kamu akan kami jodohkan, Ara."

Hah? Apa? Dijodohkan? Aku? sama siapa?

"Mau?"

Mama Lusy hanya bisa tertunduk lesu sambil menggenggam jemari tanganku dengan erat.

Ya, memang. Siapa orang di keluarga ini yang berani menentang keinginan eyang? Tidak ada! Bahkan papa sekalipun. Mereka hanya akan diam menerima semua keputusan meski itu bertolak belakang dengan keinginan kami semua.

"Di jodohkan? Tapi Ara masih kecil, eyang. Sama siapa Ara akan dijodohkan."

"Om Andra?"

"Apa? Om Andra? Anaknya om Andra bahkan lebih tua umurnya sama Ara."

Siapapun, tolong. Aku tidak mau menikah dengan duda tua itu. Aku mohon, tolong.

"Mah, Pah. Ara gak mau nikah sama om Andra. Mama tahu kan dia udah tua. Ara gak mau, mah. Ara masih mau sekolah, Ara masih ingin kuliah. Kata mamah Ara harus jadi dokter anak kan? Mah, mamah." aku menangis histeris sambil bersimpuh di kaki mama Lusy.

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut wanita cantik itu selain Isak tangis dan deraian air mata.

Wajah papa terlihat sangat marah. Tangannya mengepal, namun dia pun sama hanya bisa diam.

Ada apa? Kenapa mereka hanya bisa diam tanpa bisa melawan keinginan eyang?

"Nyonya, saya akan membawa Ara ke kampung. tidak apa-apa dia tidak dianggap keluarga di sini. Dibesarkan pun kami sudah sangat berterimakasih. Tapi ...."

"Siapa kamu berani ikut campur dalam pembicaraan ini?" bentak eyang sambil melempar gelas hingga pecah, tepat di samping nenek.

Aku segera menghampirinya dengan merangkak. ingin memastikan bahwa tidak ada serpihan gelas yang mengenai tubuh rentanya.

"Nenek gak apa-apa?" tanyaku sambil memeriksa tangan dan bagian tubuh yang lainnya.

"Nggak, Ara. Nenek baik-baik saja."

"Keputusan ini sudah bulat. Bahwa selepas kamu lulus sekolah nanti, kamu akan menikah dengan Andra. Titik!"

"Tidak bisa."

Suara yang sangat aku kenal itu memecah suara eyang yang lantang. Kami semua menoleh padanya.

"Eyang tidak bisa seenaknya memerintah Ara."

"Kamu berani menentang eyang, Alan?"

"Aku tidak pernah takut karena kehidupanku tidak bergantung pada apa yang eyang wariskan."

"Kurang ajar!"

"Jika papa terpaksa diam karena eyang selalu menyebut jika papa hanya menumpang hidup, maka berbeda denganku. Aku membangun usahaku sendiri tanpa sepeserpun harta dari eyang."

"Owh, rupanya kamu sudah merasa di atas angin hanya karena memiliki usaha receh itu? Sadar lah Alan, perusahaan kamu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan usaha keluarga kita."

"Aku tidak peduli dan sama sekali tidak tertarik."

"Tapi apapun yang kamu katakan tidak akan merubah keputusan eyang bahwa untuk membalas budi karena sudah membesarkan anak tidak jelas itu, dia akan menikah dengan Andra."

"Bagaimana bisa eyang meminta seseorang yang sudah bersuami menikah dengan pria lain."

Jangankan eyang, aku sendiri bingung dengan apa yang Alan katakan barusan.

"Apa maksud kamu?" tanya eyang cemas.

Alan tidak menjawab. Dia mendekat, lalu membantuku berdiri.

"Aku akan menikahi Ara."

"Apa?" tanya eyang tidak percaya.

"Aku akan menikah dengannya. Jadi, eyang jangan pernah sekali-kali mengusik istriku. Jika tidak, maka eyang akan lihat sendiri akibatnya."

"Papa setuju."

"Pah?" mama terlihat khawatir.

"Apa yang akan orang lain katakan jika kamu menikahi adik kami sendiri, Alan? Mau ditaruh di mana nama baik keluarga kita?"

"Adik? Bukankah selama ini eyang tidak pernah menganggap dia bagian dari keluarga kita. Lagi pula aku sudah bilang pada semua orang jika Ara bukan adik kandungku. Mereka tidak akan mengatakan apapun karena kami tidak punya ikatan darah."

Apa? tunggu sebentar. Menikah? dengan Alan? Apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Tiba-tiba banget nikah sama Alan. Hiks.

Tanpa basa-basi lagi, Alan menyeretku keluar dari rumah. Dia membawaku pergi semakin jauh entah ke mana.

Banyak yang ingin aku katakan, tapi aku bingung harus memulai dari mana. Apa dan bagaimana.

Ah sudahlah, setidaknya aku tidak harus menikah dengan tua bangka Andra. Menikah dengan Alan? Kita bicarakan nanti. Aku yakin dia hanya menggertak, bukan? Iya kan?

Episodes
1 Hujan di tengah malam
2 Yang tak bisa tergantikan
3 Rahes
4 Studio Musik
5 Perbedaan yang terlalu jauh
6 Telat di hari libur
7 identitas
8 Sadar posisi
9 Berdebar
10 Teman ibu
11 Tiba-tiba menikah
12 New house
13 What's wrong with me.
14 i'am sorry, Mom.
15 Maaf? untuk apa?
16 Kenapa se khawatir itu
17 Pernyataan
18 Hanya sebatas sandiwara
19 Irama jantung yang berbeda
20 Cemas
21 Lampu merah
22 Tidak terkendali
23 Rahasia baru
24 andai ibu masih ada
25 who is he
26 perjodohan
27 Sesuatu yang tersembunyi
28 manipulatif
29 Tertangkap basah
30 anak haram dari wanita gila
31 Perjalanan malam
32 Mencoba mengakhiri
33 Berakhir
34 dia pergi
35 Sepertinya bukan kebetulan
36 Demi kebahagiaan sang buah hati
37 Anggota keluarga yang sah
38 Swafoto (full visual)
39 Emerald
40 Setuju aja dulu
41 jika saja hati bisa dikendalikan
42 berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43 She knows
44 apa waktu bisa diputar kembali
45 Kasihan
46 kehilangan
47 Dua sisi berbeda
48 malam yang jadi saksi
49 dunia yang dipenuhi bunga
50 cinta yang tepat diwaktu yang salah
51 aku bukan menyerah tanpa berjuang
52 kenikmatan yang tidak pantas
53 serpihan hati
54 derita malarindu
55 pertunangan
56 garis dua
57 jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58 demam
59 rasa yang terbalas
60 the winner. (end)
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Hujan di tengah malam
2
Yang tak bisa tergantikan
3
Rahes
4
Studio Musik
5
Perbedaan yang terlalu jauh
6
Telat di hari libur
7
identitas
8
Sadar posisi
9
Berdebar
10
Teman ibu
11
Tiba-tiba menikah
12
New house
13
What's wrong with me.
14
i'am sorry, Mom.
15
Maaf? untuk apa?
16
Kenapa se khawatir itu
17
Pernyataan
18
Hanya sebatas sandiwara
19
Irama jantung yang berbeda
20
Cemas
21
Lampu merah
22
Tidak terkendali
23
Rahasia baru
24
andai ibu masih ada
25
who is he
26
perjodohan
27
Sesuatu yang tersembunyi
28
manipulatif
29
Tertangkap basah
30
anak haram dari wanita gila
31
Perjalanan malam
32
Mencoba mengakhiri
33
Berakhir
34
dia pergi
35
Sepertinya bukan kebetulan
36
Demi kebahagiaan sang buah hati
37
Anggota keluarga yang sah
38
Swafoto (full visual)
39
Emerald
40
Setuju aja dulu
41
jika saja hati bisa dikendalikan
42
berdamailah dengan keadaan agar hatimu tenang
43
She knows
44
apa waktu bisa diputar kembali
45
Kasihan
46
kehilangan
47
Dua sisi berbeda
48
malam yang jadi saksi
49
dunia yang dipenuhi bunga
50
cinta yang tepat diwaktu yang salah
51
aku bukan menyerah tanpa berjuang
52
kenikmatan yang tidak pantas
53
serpihan hati
54
derita malarindu
55
pertunangan
56
garis dua
57
jiwaku ada di bawah sana bersamanya
58
demam
59
rasa yang terbalas
60
the winner. (end)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!