Belajar menerima

Hari telah berganti. Waktu liburan tinggal sehari dan besok mereka sudah harus balik ke Kota. Karena Damian tak bisa lama-lama meninggalkan pekerjaannya. Namun, Azalea dan Dina belum juga pergi berlibur ke tempat wisata. Karena kejadian beberapa hari kemarin, semua rencana menjadi tertunda. Damian yang paham akan kebosanan mereka. Hari ini juga dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi keliling tempat wisata yang ada di Bantul. Meski hubungan mereka masih terasa sedikit canggung, kini keduanya mencoba menerima dan sepakat untuk membuka lembaran baru. Kakek nenek Dina pun hanya bisa mendoakan semoga hubungan mereka awet sampai maut memisahkan.

Kini mereka bertiga berada dalam perjalanan menuju Pantai Duo Parang. Kalau biasanya Azalea dan Dina duduk dibelakang, kini berbeda. Azalea duduk di depan disamping suaminya. Dina tak mempermasalahkan hal itu dan dia pun perlahan mulai memposisikan dirinya. Meskipun begitu mereka berdua tetap seperti biasanya.

" Jadi, kemana tempat tujuan pertama kita?" Tanya Damian pada kedua gadis tersebut.

"Bagaimana kalau kita ke Pantai Parangtritis dulu Pa? Terus lanjut ke Pantai Parangkusumo. Gimana Zaa?" Ucap Dina.

"Aku ngikut aja Din, lagian sama-sama ke Pantai" Sahut Azalea.

"Sendiko dawuh tuan putri." Sambung Damian.

Sampainya di Pantai, kedua gadis itu langsung berlari menuju tepian pantai, hal pertama yang mereka lakukan adalah berfoto-foto. Berbagai macam pose mereka lakukan. Damian yang melihat kelakuan kedua gadis itu tersenyum. "Dasar anak muda." Batin Damian.

"Papa, ayok ikutan foto, kita foto bertiga. Masak udah sampai sini kita gak foto bareng!!" Ajak Dina pada papanya.

"E,, ehh,,, begitu ya, iya ayok." Jawab Damian yang menyetujui ajakan anaknya.

Akhirnya mereka berfoto bertiga, walau Azalea sedikit canggung tapi, dia tak mau memperlihatkannya.

Setelah selesai berfoto-foto Azalea dan Dina bermain pasir pantai layaknya anak kecil. Damian hanya mengawasi mereka. Di tempat tujuan selanjutnya hal yang mereka lakukan tidak jauh berbeda dengan hal sebelumnya. Dimana mereka singgah disitu mereka mengambil gambar untuk kenang-kenangan.

"Aturan kesini sore ya Din, bisa sekalian menikmati senja, plus pasti kita bisa dapet latar bagus." Ucap Azalea.

"Tapi kalau sore kesini malamnya kita kecapean dong Zaa, kan besok kita sudah balik ke Kota." Sambung Dina yang dibalas anggukan oleh Azalea.

Mereka memanfaatkan kesempatan yang singkat ini. Di sini baik Azalea maupun Dina melepaskan segala beban pikiran yang sedari kemarin mengendap dalam isi kepala. Azalea melupakan masalahnya sejenak. Mereka benar-benar menikmati liburan ini. Yah kapan lagi ya kan? Apalagi kini status sudah berubah.

Damian yang merasa cuaca semakin panas pun melihat jam tangannya. Ternyata sebentar lagi jam makan siang. Damian pun melihat kedua gadis yang sedang asik bermain pasir pantai "Apa mereka ini gak lapar ya? sepertinya asik sekali!!" Batinnya.

"Apa kalian gak merasa kepanasan? Ini sudah hampir siang." Ucap Damian pada kedua gadis tersebut, heran saja dengan mereka berdua.

"Hah?? iyakah pa? Maaf pa, kita terlalu asik sampai lupa waktu." Jawab Dina.

Azalea hanya diam saja. Dia benar-benar masih terlihat canggung.

Akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke restoran dekat Pantai.

Pelayan restoran pun datang menghampiri mereka.

"Silahkan mau pesan apa?"

"Sebentar mbak, saya tanyakan dulu pada mereka." sahut Damian.

"Dina, kamu mau pesan makan apa?"

"Aku samain aja, Pa."

"Kalau Zaazaa mau pesan apa?"

Krik Krik Krik

Dina melirik sahabatnya yang terlihat sedang melamun. Pantas saja tak ada jawaban. Dina langsung menyenggol lengan Azalea.

"Aduh, kenapa Din?" Kaget Azalea.

"Kamu ini, Papa tanya tuh, kamu malah diem aja, mikirin apa sih?" Selidik Dina.

"Ah iya, ma-maaf Om,, Zaazaa ikut aja mau pesan apa aja pasti dimakan kok. hee. " Jawabnya sambil nyengir malu. "Bodoh bodoh bodoh, bikin malu aja." Batin Azalea.

"Saya pesan makanan terfavorit disini aja mbak, minumnya jus jeruk aja." Ucap Damian yang sudah memutuskan pesanan apa yang akan mereka pesan.

Pelayan pun mengangguk "Baik, silahkan ditunggu!!" Lalu melenggang pergi.

"Zaa, kamu kenapa? Ada masalah?" Tanya Damian, sedari tadi dia memperhatikan gadis yang sudah berstatus istrinya itu.

"Hah?? ehh,, eng-enggak papa Om, Zaazaa gak kenapa-kenapa kok. Mungkin hanya merasa lelah jadi kurang fokus." Gugup Azalea karena merasa diperhatikan suaminya.

"Kalau ada apa-apa cerita saja, Om sama Dina kan sudah bukan siapa-siapa lagi. Saling terbuka saja, biar beban gak terlalu berat dan mengendap didalam kepala." Ucap Damian.

"I-iya Om."

"Ciaellah, grogi ya Zaa, kok kamu sekarang jadi punya penyakit gagap. haha" Ledek Dina, wajah Azalea kini menjadi merah karena malu.

"Dina, jangan meledek Zaazaa, meskipun begitu Zaazaa sekarang adalah mamamu." Ucap Damian menasehati putrinya.

"Humm,, iya iya pa, maaf ya mama Zaazaa." Ledek Dina.

Azalea langsung mencubit perut Dina karena dari tadi sudah meledeknya. Damian memakluminya, mungkin suatu saat Dina akan benar-benar bisa memposisikan dirinya.

Tak lama pesanan mereka datang. Azalea yang mencoba memerankan statusnya kini melayani suaminya. Dan, mereka makan dengan tenang, tak ada obrolan apapun lagi disana.

Selesainya makan mereka memutuskan untuk pulang.

Malam hari setelah makan malam mereka berkumpul di ruang tengah. Karena seharian tadi kakek nenek Dina berada di sawah jadi tak sempat mengobrol dengan anak, menantu, dan cucunya.

"Gimana liburane cah ayu?"

"Alhamdulillah seneng nek, lelah juga, lihat nih nek kulitku jadi item. haha" Jawab Azalea.

"Helleh, lebaynya kumat nih anak. Awas nek, jangan terlalu dekat sama Zaazaa, nanti nenek ketularan lebay." Seru Dina, nek Arum pun geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

"Berarti kamu juga dong, kan kita dari SMP deket terus." Ucap Azalea membuat Dina mati kutu. Skakmat deh.

Mereka ngobrol bercanda ngalor ngidul.

"Kalian jadi balik besok pagi?" Tanya kung Darman.

"Iya Pak, pekerjaan gak bisa lama-lama aku tinggal." Sahut Damian

"Baiklah kalau begitu. Lebih baik sekarang kalian lekas istirahat agar besok pagi badan kembali fresh." perintah Kek Darman.

"Iya lagian ini juga sudah malam, sekarang kalian istirahatlah." sambung nek Arum. Akhirnya mereka memutuskan beristirahat.

Di kamar pengantin baru. Ada suatu hal yang sedari kemarin membuat Damian merasa penasaran. Mungkin bagi dirinya pernikahan mendadak ini adalah sebuah takdir Tuhan, namun dalam pikirannya, apakah Azalea juga menerima takdir ini? Damian tahu kalau istrinya ini pasti belum tidur meskipun posisinya membelakanginya. Dan Damian yang gak bisa tidur pun akhirnya membuka suara.

"Zaa, Om boleh bertanya?"

Azalea yang memang belum benar-benar tertidur pun membuka matanya, lalu dia menoleh kearah samping dimana letak suara itu berasal.

"Emm, ke-ke-kenapa Om? A-apa yang ingin Om tanyakan? " gugup Azalea.

"Apakah Om boleh tau, apa kamu sudah menerima pernikahan ini?"

"Ma-maksudnya apa Om? maaf Om, Zaazaa gugup."

Papa Damian yang mengerti hal itu pun kini memberanikan menggenggam tangan Azalea. Sontak Azalea kaget. Badannya panas dingin.

"A-apa yang Om lakukan?" Ucap Azalea semakin gugup.

"Tenanglah, Om hanya ingin membuatmu nyaman, tak perlu gugup, kalau kamu belum bisa memposisikan peranmu, Om tidak mempermasalahkannya, hanya Om ingin tau, apa kamu sudah mulai menerima pernikahan ini?" menenangkan Azalea.

"Zaazaa akan belajar menerimanya Om, tapi Zaazaa,,emb,,Zaazaa belum bisa memberikan itu Om." Azalea rasanya ingin kabur dari situ karena malu setelah mengucapkan kalimat itu. Damian pun paham dan mengerti. Maklum saja.

"Om tidak mempermasalahkan itu Zaa, Om mengerti. Kita jalani saja dulu, seperti air mengalir. Sekarang Om lega karena sudah mendengar jawabanmu. Sekarang ayo kita istirahat agar besok kita tidak bangun kesiangan dan badan kembali fit."

Azalea pun mengangguk lalu mereka pun tidur.

Damian memang tak akan meminta haknya sebelum Azalea memberikannya dengan kemauan hatinya sendiri. Tapi, dalam pikiran Damian *Mungkin kalau hanya sebatas pegang tangan tak masalah, kalau ku peluk apa dia akan menolak ya? Coba saja dulu.*

Damian pun mendekati istrinya dan melingkarkan tangannya diperut istrinya. Damian merasakan Azalea sedikit terkejut dan tegang namun, tak ada penolakan dari istrinya. Karena memang tak ada gerakan dari istrinya, Damian menyamankan posisinya dengan memeluk istrinya. Dan, terlelap.

Episodes
1 Lulus
2 Mendapat izin
3 Berangkat liburan
4 Apa yang telah terjadi?
5 Berubah status
6 Belajar menerima
7 Mulai tertarik
8 Siapa wanita itu?
9 Maaf
10 Tak sengaja mendegar
11 Terluap sudah
12 Wanita tidak tahu malu
13 Pasrah sudah
14 Lagi
15 Membuktikan kebenaran
16 Kampus hari pertama
17 Masih sabar
18 Dasar wanita gila
19 Terkejut
20 Jatuh miskin
21 Istri mungilku
22 Weekend
23 Terlihat aneh
24 Gagal
25 Azalea keguguran
26 Mengikhlaskan
27 Memberi pelajaran
28 Rencana Resepsi
29 Masakan Padang
30 Jadian
31 Menemui W.O
32 Jalan berdua
33 Kejutan untuk Dina
34 Wanita dari masalalu Leo
35 Acara Reuni
36 Dina tenggelam
37 Akhirnya Dina sadarkan diri
38 Beli Bakso
39 Bertemu orang aneh
40 Roy
41 Roy ditahan
42 Acara resepsi
43 Azalea hamil
44 Azalea Ngidam
45 Ngidamnya rujak
46 Pembantu apa?
47 Terlihat s3k si
48 Ngomel tidak jelas
49 Ulang tahun Dina
50 Bertemu Amel
51 Sebuah teguran
52 Soto racikan Leo
53 Masuk perangkap
54 Tak berdaya
55 Berterus terang
56 Jatuh harga diri
57 Akhirnya pulang juga
58 Menjenguk Azalea
59 Rencana 7 bulanan
60 Ayu
61 Ziarah ke makam ayu
62 Syukuran 7 bulanan
63 Lamaran
64 Hanya alasan
65 Azalea cerewet
66 Berasa momong anak
67 Apes atau rejeki?
68 Apes
69 Bertamu
70 Ada apa dengan Riko?
71 Surat undangan
72 Menghadiri resepsi
73 Hanya mimpi
74 Manja tak peka
75 Sakit
76 Zidan dan Zahra
77 Si kembar
78 Bocil punya bocil
79 Siapa?
80 Hanya kenangan
81 Tak sengaja
82 first kiss
83 Termakan drama sendiri
84 Naluri
85 Menyebalkan
86 Salah tingkah
87 Merawat Dina
88 Pertunangan
89 Rumor
90 Mempermalukan diri sendiri
91 Saling menyalahkan
92 Jatuh pingsan
93 Ide lucu
94 Zidan pulang
95 Zahra malu
96 Penantian terbayar lunas
97 Lamaran
98 Jogging
99 Sah. End.
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Lulus
2
Mendapat izin
3
Berangkat liburan
4
Apa yang telah terjadi?
5
Berubah status
6
Belajar menerima
7
Mulai tertarik
8
Siapa wanita itu?
9
Maaf
10
Tak sengaja mendegar
11
Terluap sudah
12
Wanita tidak tahu malu
13
Pasrah sudah
14
Lagi
15
Membuktikan kebenaran
16
Kampus hari pertama
17
Masih sabar
18
Dasar wanita gila
19
Terkejut
20
Jatuh miskin
21
Istri mungilku
22
Weekend
23
Terlihat aneh
24
Gagal
25
Azalea keguguran
26
Mengikhlaskan
27
Memberi pelajaran
28
Rencana Resepsi
29
Masakan Padang
30
Jadian
31
Menemui W.O
32
Jalan berdua
33
Kejutan untuk Dina
34
Wanita dari masalalu Leo
35
Acara Reuni
36
Dina tenggelam
37
Akhirnya Dina sadarkan diri
38
Beli Bakso
39
Bertemu orang aneh
40
Roy
41
Roy ditahan
42
Acara resepsi
43
Azalea hamil
44
Azalea Ngidam
45
Ngidamnya rujak
46
Pembantu apa?
47
Terlihat s3k si
48
Ngomel tidak jelas
49
Ulang tahun Dina
50
Bertemu Amel
51
Sebuah teguran
52
Soto racikan Leo
53
Masuk perangkap
54
Tak berdaya
55
Berterus terang
56
Jatuh harga diri
57
Akhirnya pulang juga
58
Menjenguk Azalea
59
Rencana 7 bulanan
60
Ayu
61
Ziarah ke makam ayu
62
Syukuran 7 bulanan
63
Lamaran
64
Hanya alasan
65
Azalea cerewet
66
Berasa momong anak
67
Apes atau rejeki?
68
Apes
69
Bertamu
70
Ada apa dengan Riko?
71
Surat undangan
72
Menghadiri resepsi
73
Hanya mimpi
74
Manja tak peka
75
Sakit
76
Zidan dan Zahra
77
Si kembar
78
Bocil punya bocil
79
Siapa?
80
Hanya kenangan
81
Tak sengaja
82
first kiss
83
Termakan drama sendiri
84
Naluri
85
Menyebalkan
86
Salah tingkah
87
Merawat Dina
88
Pertunangan
89
Rumor
90
Mempermalukan diri sendiri
91
Saling menyalahkan
92
Jatuh pingsan
93
Ide lucu
94
Zidan pulang
95
Zahra malu
96
Penantian terbayar lunas
97
Lamaran
98
Jogging
99
Sah. End.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!