"Ohok... ohok" Sean mengipas-ngipas debu di gudang itu dengan telapak tangannya. "Yang benar saja, sudah berapa lama mereka tidak mengunjungi gudang ini?" gumam Zoe masam.
"Aku pulang" mereka yang mendengarnya beranjak menuju ruang keluarga. "Kak Chloe..." gumam Sean terkejut ketika melihat Chloe baru saja kembali.
"Bukankah kakak baru kembali 2 hari lagi? Kenapa sudah pulang?" tanya Zoe terheran.
"Aku sudah menyelesaikannya. Jadi aku bisa tidur sekarang" jawab Chloe melepas sepatunya.
"Anu... komandan 3 dan kepala mencari kakak dari kemarin, mereka menyampaikan-"
"Besok akan kutemui"
Kedua bocah itu menatap punggung Chloe. Pemuda itu berjalan menaiki anak tangga. Kepribadian Chloe yang memang tidak berubah dari tahun ke tahun.
Dia adalah orang yang tidak banyak bergaul. Ruang lingkup sosialnya hanya teman satu rumah dinasnya.
"Kak Chloe sepertinya ada masalah" ujar Sean setelah Chloe menghilang. "Sejak menjadi juniornya, sifatnya memang seperti itu" jawab Zoe terkekeh. Zoe sudah menjadi bagian pasukan intelijen sejak berusia 15 tahun, jadi dia sudah cukup mengenal sifat Chloe.
Semua kembali seperti semula. Suasana hari itu cukup tenang.
"Tadaima..." gumam Daisuke memasuki rumah. "Oniisan sudah pulang ternyata, kebetulan sekali kami baru selesai memasak" ujar Sean menyambut kedatangan Daisuke.
"Hai, hai" gumam Daisuke terkekeh sambil ia melepas sepatu yang dikenakannya.
"Apa Chloe sudah kembali? Beberapa intelijen kota tampaknya baru menginjakkan kaki tadi" Daisuke duduk santai di sofa ruang tamu.
"Sedari tadi siang dia sudah sampai, tapi batang hidungnya tidak terlihat" jawab Zoe segera.
Daisuke menghela nafas. Ia kembali bangkit dan mulai berjalan meninggalkan ruangan.
"Oniisan mau ke mana?" tanya Sean penasaran. "Chloe" jawabnya singkat.
Ia tiba di depan sebuah kamar. "Masuklah" perintah seseorang dari dalam, dan hal itu berhasil membuat Daisuke terkejut.
Tentu saja kamar itu tempat beristirahat Chloe. Pemuda itu tampak sibuk membaca dan memilah beberapa lembar berkas.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Daisuke terheran. "Ada apa dengan pertanyaanmu itu? Yang kulakukan tadi adalah bentuk kemampuan insting dari misi militer yang kulakukan bertahun-tahun"
Daisuke terkekeh seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelahnya ia mengeluarkan sebuah amplop coklat pada Chloe.
"Dari kepala?" tanya Chloe menebak. "Darsy menitipkannya padaku. Lebih baik kau membukanya agar kau tahu" perintah Daisuke duduk di tepi ranjang rekan serumah dinasnya itu.
Chloe menatap Daisuke dengan salah satu alis yang ia naikkan. Setelahnya, pemuda itu membuka amplop dan mendapati sebuah surat di sana.
"Dari... pak-"
"Ayah. Kau seharusnya memanggilnya ayah. Mengapa kau sulit sekali memanggilnya begitu?"
Chloe diam. Siapa ayah yang dimaksud Daisuke?
Dear, Chloe...
Apa kabar, nak? Apa kau menjaga kesehatanmu? Kuharap kau selalu mendengarkan nasehat baik dariku sebelum kau beradu nasib ke ibu kota. Apa kau memiliki beban pikiran atau semacamnya, nak? Kepala militer berkali-kali mengirimiku surat agar aku membujukmu menerima tawaran sebagai penerjemah sekaligus pengawal pribadi putri dari keluarga bangsawan Lee yang akan berkunjung akhir pekan. Tidakkah lebih baik kau menerima tawaran itu? Bukankah kau pernah bercerita kau ingin sekali berkesempatan sebagai pengawal pribadi orang penting? Tidak masalah jika kau menolaknya. Aku juga tidak bisa memaksamu untuk melakukan pekerjaan yang tidak kau sukai.
Kau tidak harus membalas surat ini. Liburan nanti aku menunggumu berkunjung ke rumah. Tetap jaga kesehatanmu, nak dan patuhi aturan dalam pekerjaan yang kau tekuni.
^^^Salam dariku,^^^
^^^Charlie Keneth^^^
Ekspresi Chloe tampak datar dengan tatapan kosong. "Kepala juga berkali-kali memintaku untuk membujukmu, tidakkah lebih baik kau menerima pekerjaan itu? Mengingat kau sering mengawal kepala dan walikota bertugas keluar"
Daisuke merebahkan tubuhnya, sambil ia menatap langit-langit ruangan itu.
Chloe tidak menjawab. "Kau sendiri tahu bukan siapa yang akan berkunjung ke ibu kota akhir pekan nanti?" tanya Chloe dengan datar.
"Ya. Keluargamu"
"Mereka bukan keluargaku"
"Mau kau berganti nama menjadi Cornelis De Houtman sekalipun, kau tetap lahir dengan darah Lee yang mengalir di dalam dirimu"
Chloe lagi-lagi diam seribu bahasa. "Hanya untuk 3 hari saja, Chloe. Justru dengan kau menolaknya, kepala akan mencari tahu lebih dalam alasanmu"
"Mengapa kau bersih keras aku harus menerima pekerjaan itu?" tanya Chloe menoleh pada Daisuke. Rekannya itu tidak segera menjawab.
Daisuke memejamkan mata lalu tersenyum. Ia menoleh pada Chloe yang menatapnya.
"Agar kau bisa mendengar keluh kesahnya untuk pertama kali. Aku tahu kau tidak bisa membencinya, karena nuna kesayanganmu mirip sekali dengannya bukan?"
Chloe terdiam dengan ekspresi terkejut. "Aku akan menemanimu, tenang saja"
Beberapa hari,
"Apa ini akan membantu? Tidakkah lebih baik aku menutup wajahku saja?" tanya Chloe menatap wajahnya di cermin. "Kau cukup pintar, tapi sepertinya tidak kau gunakan dengan baik. Mereka akan curiga mengapa kau menutupinya"
Chloe menghela nafas malas. Pagi ini Daisuke meminta Ziw, adik Zoe untuk datang ke sana mendandani area mulut Chloe yang terdapat tato bulan sabit di sana.
Selama ini, pemuda itu menutupinya dengan perban yang juga ia gunakan untuk menutupi luka pada sekujur tubuhnya.
"Baiklah, waktunya berangkat" ujar Daisuke tampak rapi. "Ziw, kami titip 2 bocah kematian itu padamu untuk hari ini" namun gadis itu tidak menjawab, ia justru menatap Chloe terkejut.
"Aku tahu aku tampan, berhentilah menatapku"
"Pantas kau memilih Zoe sebagai asisten pribadimu, sifat menjijikkan kalian sama"
Beberapa saat,
"Selamat datang tuan Lee, senang bertemu anda" sambut Theo menjabat tangan seorang pria yang datang tidak sendiri.
Dialah Lee Seung Joon. Kepala keluarga bangsawan Lee dari negeri gingseng. Pria itu datang dengan istri, 2 anak laki-laki, dan seorang anak perempuan yang merupakan bagian keluarganya.
Kim Seo Ji adalah nama istrinya. Lee Kyung Min dan Lee Hyun Min adalah putra kembar mereka. Lalu Lee Na Ra adalah putri mereka, sekaligus anak bungsu di keluarga itu.
"Terimakasih atas sambutan manisnya, tuan Fernandez. Senang juga bertemu anda" jawab seorang pemuda. Namanya Kim Hae Sung. Keponakan dari Ji yang diminta untuk mengawal kedua anak kembar mereka.
"Luar biasa. Terakhir kali aku kemari, saat aku berusia 5 tahun" ujar Joon terpukau.
"Paman bilang dia terakhir kemari saat berusia 5 tahun" ujar Sung terkekeh. "Ahk, iya. Apa kalian memiliki penerjemah? Paman lebih senang berbicara dengan penerjemah" ujar Sung penasaran. "Tentu saja ada" jawab Theo tersenyum senang.
"Chloe, kemarilah" panggil Theo segera. Ekspresi mereka berubah seketika.
Ekspresi mereka terkejut ketika melihat Chloe untuk pertama kalinya. "Salam kenal, tuan. Aku Chloe Keneth, yang akan memandu dan mengawal kalian" sapa Chloe membungkuk hormat.
"Seung... Hwa..." gumam Joon menatap Chloe terkejut. "Seung Hwa?" Theo mulai penasaran.
"Adik dari paman bernama tuan Seung Hwa. Dia sudah lama meninggal" jawab Sung terkekeh.
Chloe diam seribu bahasa mendengar hal itu. "Tidak!" ketus seseorang. Kyung Min menatap serius wajah Chloe lebih dekat.
Wajah mereka hampir tidak ada jarak. "Dia, lebih mirip... Seung Han" Daisuke di sana segera menengahi mereka untuk memberi jarak.
"Maaf tuan, sepertinya anda terlalu dekat dengannya" ujar Daisuke terkekeh. Kyung Min dan Hyun Min menatap Chloe masih dengan tatapan yang sama. Berbeda dengan kedua kakak laki-lakinya, Na Ra menatap Chloe dengan tenang.
"Maaf atas kelancanganku" gumam Kyung Min menghela nafas beberapa saat setelahnya.
"Baiklah. Kalian sepertinya mudah akrab, dan aku akan menjelaskan tugasmu, Chloe" ujar Theo tersenyum. "Bukankah dia mengawal keluarga ini?" tanya Daisuke terheran.
"Tidak, dia akan jadi pengawal pribadi nona Na Ra" jawab Sung tersenyum antusias.
Chloe beralih menatap gadis yang dimaksud. Benar, dia mirip sekali dengan Ahn- kakak yang begitu dikagumi dan disayangi Han.
Sepanjang hari, Chloe menemani Na Ra berkeliling kota. Gadis itu tampak menikmati perjalanannya, sementara Chloe hanya terdiam sambil terus memperhatikan ke mana gadis itu.
"Tuan-"
"Chloe, nona tidak perlu terlalu formal"
Na Ra diam memandangi Chloe terkejut. "Rasanya tidak sopan" jawab Na Ra terkekeh. "Tidak masalah, aku adalah pengawalmu" jawab Chloe dengan nada bicara yang tenang.
Tanpa disadari mereka, Daisuke memperhatikan momen itu. "Kau suka sekali mengintip" ledek Marito muncul di sebelahnya.
"Lalu yang kau lakukan sekarang apa? Memasak?" ketus Daisuke masam.
Mereka kembali memperhatikan Chloe dan Na Ra.
"Chloe, usiamu sekarang berapa tahun?" tanya Na Ra penasaran. "27 tahun" jawab Chloe segera.
"Woah, jarak usia kita 5 tahun" gumam Na Ra tanpa sadar.
"Tentu saja. Saat itu aku berusia 10 tahun dan aku meninggalkan gadis kecil berumur 5 tahun yang selalu diurus nuna"
Daisuke berdecak kesal memandangi mereka. "Kenapa kau kesal? Apa karena gadis itu cantik?" tanya Marito terheran.
"Tuduhan macam apa itu? Chloe kaku sekali, kenapa dia tidak membuat topik di antara mereka?" gerutu Daisuke gemas sendiri.
Marito menghela nafas memaklumi.
"Apa anda lapar nona?" tanya Chloe memperhatikan sebuah restoran.
"Tidak" jawab Na Ra terkekeh. Namun setelahnya, mereka bisa mendengar lonceng berbunyi dari perut mereka masing-masing.
Keduanya saling menatap lalu tertawa kecil. "Sepertinya, sudah jam untuk mengisi perut"
Keduanya mengisi perut masing-masing di sebuah restoran. Setelah selesai makan, Na Ra belum puas berjalan keliling kota, jadi Chloe dengan setia menemani perjalanan gadis itu.
Beberapa saat,
"Heh?! Jadi kau sudah menjadi anggota militer sejak usiamu 12 tahun?!" tanya Na Ra memastikan ulang. "Pria tua yang menjagaku menyuruhku untuk masuk satuan militer" jawab Chloe membenarkan seraya menikmati makanannya.
"Hebat sekali! Mirip seperti mendiang kakak sepupuku, dia diterima satuan militer anak negeri gingseng saat berusia 9 tahun"
Chloe terdiam mendengarnya. Ia tahu siapa yang dimaksud Na Ra. Kakaknya, Lee Seung Jun.
"Ada apa?" tanya Na Ra terheran dengan ekspresi terkejut itu. "A-Ahk, tidak ada" jawab Chloe tertawa kecil.
Setelah makan siang selesai, Chloe dengan setia menemani gadis itu. Mengapa ia terpisah dari keluarganya?
Perjalanan mereka terhenti di sebuah jembatan penyebrangan. Senja sore itu tampak indah.
"Senja ini, indah sekali" gumam Na Ra tanpa sadar. "Nona, mengapa kau tidak bersama keluargamu?" tanya Chloe penasaran.
"Panjang ceritanya. Tapi bagi ayah, kunjungan kami ini lebih mengutamakan pertemuan kedua kakakku dengan pemerintah pusat di sini"
Chloe terdiam dan menatap gadis itu berbeda. Ada sebuah kesedihan di sudut mata gadis itu.
"Apa kau merasa lelah?" tanya Chloe menatap lurus. "Tidak, aku punya kakak perempuan yang mengajariku untuk selalu bersemangat. Jadi aku tidak akan menyerah walaupun mereka tidak menganggap keberadaanku"
Chloe menatap gadis itu terkejut.
"Kakak perempuan?"
"Ya! Kak Jun memanggilnya nuna, dia gadis baik hati yang merawat kami"
Chloe kembali menatap lurus lalu tersenyum. "Ada apa?" tanya Na Ra terheran.
"Kisah kita mirip, aku juga sama denganmu. Dulu kakekku membenci keberadaanku. Dan setelah banyak hal terjadi, aku memutuskan kabur dan aku bertemu pria yang akhirnya menjadi orang tua asuhku sampai sekarang"
Na Ra menatap Chloe terkejut. "Ada apa?" tanya Chloe terheran.
"Aku punya kakak sepupu yang sudah lama hilang" ujar Na Ra berubah sedih. Chloe terdiam.
"Siapa... namanya?" tanya Chloe tanpa sadar. "Seung Han, kak Ahn bilang dia kakak sepupuku yang paling istimewa. Dia orang yang sangat baik dan penuh hormat, aku sangat merindukannya. Hanya dia yang membelaku saat kedua kakakku memarahiku karena aku payah sekali"
Chloe terdiam seribu bahasa. Ya, Chloe Keneth adalah nama pemberian seorang pria tua yang ditinggal mati istri dan anaknya.
Nama asli pemuda itu ialah, Lee Seung Han. Putra kedua dari anak bungsu keluarga bangsawan Lee.
"Bukankah dia seharusnya disebut orang jahat? Dia meninggalkanmu dan menghilang" ujar Chloe dengan ragu.
"Aku benci mengingat peristiwa berdarah itu. Aku kehilangan banyak orang pada malam itu, termasuk dia. Kak Han pasti ketakutan saat itu dan kabur. Mungkin inilah penyebab aku dibenci keluargaku. Ayah tidak suka jika aku mengungkit keberadaannya sampai sekarang"
Chloe lagi-lagi terdiam. Daisuke dan Marito bisa mendengar itu karena mereka mengawasi keduanya dalam jarak yang tidak terlalu jauh.
"Orang bilang dia orang jahat yang membunuh banyak orang, dan aku tidak percaya hal itu. Kak Han yang baik hati tidak akan melakukan hal jahat semacam itu"
Na Ra mengatakannya sambil tersenyum ceria pada Chloe. "Nuna ?"
Chloe membalas senyuman itu. "Jadi apa yang akan kau lakukan untuk menanggapi hal itu?" tanya Chloe penasaran.
"Usiaku sekarang 22 tahun, jadi aku akan terus mencarinya! Aku yakin kak Han masih hidup, dan mungkin dia tinggal di suatu tempat yang melindunginya" jawab gadis itu antusias.
Chloe kembali tersenyum tenang. "Baiklah, kuharap kau bisa segera bertemu dengannya"
Chloe mengantar kembali Na Ra ke penginapan. "Berapa hari kalian akan berada di sini?" tanya Chloe memastikan.
"3 hari saja" jawab Na Ra tersenyum. "Kau adalah nona muda keluarga bangsawan, jika aku mengajakmu ke pedesaan apa kau mau?" tanya Chloe tertawa kecil.
"Desa? Tentu saja!" jawab gadis itu antusias. "Baiklah, sampai jumpa besok nona. Terimakasih untuk hari ini" ujar Chloe membungkuk. Na Ra membalasnya segera.
"Berhati-hatilah" pesan Na Ra setelah pandangan mereka bertemu.
Chloe melambai lalu ia berjalan meninggalkan gadis itu. Na Ra membalasnya.
"Aneh sekali, aku saja tidak berani berbicara banyak hal pada pengawal di rumah. Tapi dia berbeda" gumam Na Ra terheran.
"Sekilas matanya mirip sekali dengan kak Han" gumam Na Ra memasuki penginapan.
Di sisi lain,
"Aku pulang" gumam Chloe menutup pintu. Jantungnya hampir keluar ketika Marito sudah menunggunya di ruang tamu.
"Sialan, Dai benar. Kau sering sekali bertingkah seperti hantu" gerutu Chloe dengan wajah masam.
Perhatiannya teralih pada Zoe, Sean, dan Daisuke yang tertidur di sofa, dengan kepala Sean dan Zoe menempel pada pundak Daisuke.
"Kau menikmati perjalananmu?" tanya Marito yang asik membaca buku.
"Lumayan" gumam Chloe singkat. Ia menuju dapur, memastikan menu apa yang dimasak.
"Kau masih membenci mereka?" tanya Marito menutup buku yang ia baca. "Ya" jawab Chloe malas. Ia mulai menikmati makan malam yang disisakan untuknya.
"Ini pertama kalinya aku bertemu langsung dengan paman dan bibimu, aku cukup terkejut setelah mendengar kisah keluarga kalian yang sangat rumit sepertinya" ujar Marito berjalan menuju dapur hendak membuat teh tawar.
"Apa yang dikatakan para pembunuh itu?" tanya Chloe tampak tidak peduli. "Menceritakanmu" jawab Marito dengan nada dingin.
Chloe akhirnya selesai menikmati makan malamnya. Ia mulai mencuci piring, sementara Marito duduk santai dengan secangkir teh.
"Aku terbiasa mendengarnya, mereka akan mengumpat tentangku lalu mereka akan berkata bahwa aku-"
"Mereka mencarimu"
Chloe terdiam. "Men... cariku?" gumam Chloe menghentikan kegiatannya.
"Ya. Mereka mencarimu, Han"
Chloe terdiam seribu bahasa dan menatap Marito tidak percaya.
"Sepertinya kau harus mendengar langsung. Terutama dari anak tertua pamanmu"
...****************...
"Putri kaisar Lee?!" tanya Sean terkejut setelah Sean dan Zoe bertemu Na Ra pertama kali.
"Senang berkenalan denganmu" sapa Na Ra membungkuk sedikit sambil tersenyum. "Woah, kita akan berjalan-jalan dengan tuan putri!" gumam Zoe dibuat antusias.
"Chloe, mengapa kau menutupi sebagian wajahmu?" tanya Na Ra menyadari penampilan Chloe hari itu.
"Aku seorang intelijen negara, nona. Berhubung kita akan berkunjung ke pedesaan, maka aku harus menyembunyikan wajahku"
Alasan logis itu bisa diterima Na Ra. Namun Sean justru menatap Chloe berbeda. Ada sesuatu yang pasti disembunyikan Chloe selama ini.
"Ahk, nona ternyata di sini!" seseorang mengalihkan perhatian mereka. "Sung? Ada apa?" tanya Na Ra terheran.
"Nona, paman meminta tuan Chloe bertemu dengannya hari ini. Ada yang ingin dibicarakan olehnya" jawab Sung segera.
Chloe tentu terkejut mendengarnya. "Lalu bagaimana dengan nona?" tanya Chloe terheran.
"Kami saja! Kami akan mengajaknya berjalan-jalan" jawab Sean antusias. Chloe menatap ragu Sean dan Zoe.
"Pergilah, jika ada sesuatu kami akan menghubungimu" ujar Marito meyakinkan. Chloe menghela nafas.
"Aku ikut denganmu" Daisuke menawarkan dirinya untuk menemani Chloe. "Eh? Tapi paman ingin berbicara berdua saja degannya" ujar Sung terkejut mendengar tawaran itu.
"Dia ini tidak bisa berbicara leluasa dengan orang baru" jawab Daisuke terkekeh.
Beberapa saat,
"Paman, dia sudah di sini" ujar Sung memanggil Joon. "Ahk, baiklah. Persilahkan dia masuk" pesan Joon bangkit berdiri.
Sementara di luar, "Tahan dirimu. Apapun yang dikatakan olehnya, cukup dengarkan saja" pesan Daisuke melihat tidak adanya celah untuk dia menemani Chloe.
Pemuda itu mengangguk dan memasuki area penginapan. Sementara Daisuke memilih mengawasi dari kejauhan.
"Ahk, tuan-"
"Chloe. Orang-orang memanggilku Chloe, tuan"
Joon diam beberapa saat. Chloe membungkuk padanya. "Kenapa kau menutup wajahmu?" tanya Joon terheran.
"Ini adalah aturan pasukan intelijen, tuan" jawab Chloe kembali tegap. "Begitu ternyata"
Beberapa saat, "Jadi kau adalah anggota termuda pada masanya?" tanya Joon terkejut. Chloe mengangguk membenarkan.
"Ada perihal apa tuan mengajakku berbicara?" tanya Chloe penasaran. Ia telah menjadi intelijen hampir 15 tahun lamanya, dan karena itulah pemuda ini mampu menyembunyikan emosinya.
"Sebenarnya tidak ada yang penting, hanya saja aku merasa aku bisa bercerita padamu. Walaupun kita baru mengenal, tapi ada sesuatu yang membuatku tidak ragu bercerita padamu"
Chloe terkejut mendengarnya. "Bercerita?" gumam Chloe tanpa sadar.
"Sejujurnya, kau mirip sekali dengan adikku sekaligus kau juga mirip sekali dengan keponakanku"
Chloe kembali terdiam.
(Mas Kohl diam muluk)
"Ada banyak hal keji yang telah kulakukan. Demi merebut kekuasaan kekaisaran, aku melakukan cara kotor. Dan kini, aku merasa terbebani dengan tugas kekaisaran yang membuatku lelah"
Chloe menahan amarahnya. Pamannya ini, sedang mengakui bahwa dirinya memang pria jahat.
"Apa yang kau perbuat sampai kau terbebani?" tanya Chloe dengan tenang. Joon menghela nafas.
"Aku... membunuh keluargaku sendiri, lalu aku menuduh keponakanku yang terlahir dengan kekuatan istimewa sebagai penyebab semua kejahatanku"
Awalnya pria itu tampak bersedih. Namun kini tatapannya berbeda.
"Aku mencari keponakanku yang hilang, untuk bisa mengganti posisiku. Aku merasa tidak mampu mengemban tugas ini"
Chloe mengepal tangannya. Daisuke yang mendengar percakapan itu bahkan menunjukkan tatapan penuh kebencian. Pria ini, sudah gila.
"Jadi kau mencari keponakanmu yang kau kambing hitamkan itu, hanya untuk menggantikan dirimu?" tanya Chloe seakan memastikan.
Joon tidak segera menjawab. "Ya"
......................
"Hey, Chloe-"
James tidak melanjutkan ucapannya ketika ia mendapati Chloe memasuki rumah dengan tatapan dingin, dan ia tidak mengucap salam sedikitpun.
"Ada... apa, dengannya?" tanya James terheran. "Masalah" jawab Marito santai.
Di sisi lain, Sean berpapasan dengan Chloe. Bocah itu tersenyum senang mendapati Chloe sudah pulang.
"Kak, ayo-"
Ucapan bocah itu terputus. "Kita... bercerita..." gumam Sean tidak melanjutkan ucapannya.
"Ada apa?" tanya Zoe terheran. "Kak Chloe.. aneh"
Di dalam kamar, Chloe terduduk di tepi ranjangnya. Ia menunduk dalam.
"Jadi kau mencari keponakanmu yang kau kambing hitamkan itu, hanya untuk menggantikan dirimu ?"
"Ya"
Tatapan pemuda itu berubah. "SIALAN!" teriaknya mencampakkan barang-barang di dalam kamar.
"Setelah apa yang kau lakukan, lalu kau hidup tenang selama ini. Sekarang ketika penderitaan itu berbalik, kau ingin aku menggantikanmu? Pembunuh!"
"Kau membunuh ayah dan ibu, lalu kau membunuh hyung dan Ri. Setelah itu kau memanfaatkan kekuatanku, dan membuatku seolah-olah menjadi pembunuh kakek? Putramu membunuh nuna di hadapanku! Lalu aku kemari, dan sekarang kau ingin aku kembali ke sana?!"
Chloe tampak kacau.
"KAU PEMBUNUH, LEE SEUNG JOON SIALAN! KAU DAN KELUARGAMU-"
Chloe menghentikan ucapannya setelah ia menerima sebuah serangan menyakitkan di kepalanya. Kesadarannya mulai hilang, dan akhirnya ia terkapar.
"Untung saja" gumam Zoe lega. Ya, Zoe dan Sean sedari tadi mengetuk pintu kamar Chloe yang terdengar berisik dengan suara benda-benda dan teriakan.
Marito segera memukul leher belakang rekannya. "Terlambat beberapa detik saja, dia pasti mengutuk keluarga itu untuk mati" gumam Daisuke dengan ekspresi serius.
"Dan tenggorokannya akan hancur. Itu akan jauh lebih mengerikan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments