Kamar Zayne

Elira merapihkan dokumen yang berada di meja kerjanya. Sudah beberapa hari ini dia tidak mengunjungi Zayne ke asramanya. Dia berniat mengunjungi Zayne malam ini.

"Kamu mau pulang duluan El?" tanya Pak Kepala yang baru saja keluar dari ruangannya.

"Iya pak, saya sudah menyelesaikan semua pekerjaan saya. Termasuk pendataan alur masuk dan keluar keuangan pabrik pada bulan ini." jawab Elira sambil memegang tas, bersiap pulang.

"Yasudah kalau gitu, kamu hati-hati di jalan."

"Baik pak, saya pamit pergi. Terimakasih."

Elira beranjak meninggalkan ruangan.

Sebelum pergi ke asrama Zayne, Elira berniat membelikan Zayne beberapa makanan dan buah-buahan untuk dimakan bersama.

Seingat dia penjual makanan dan buah-buahan berada di sebrang asrama Zayne dan jaraknya agak jauh. Namun, karena Elira ingin membuat suprise, akhirnya dia memutuskan untuk lewat jalanan sepi yang biasanya di jaga oleh beberapa preman.

Memang nasib buruk, tidak ada di kalender. Elira di hadang oleh beberapa preman yang sedang birahi. Bak singa yang kelaparan, karena tidak di beri makan beberapa hari. Mereka dengan cepat menghadang Elira dengan nafsu yang memuncak dang hawa yang menggebu-gebu.

Namun, sepertinya, hal baik masih melindungi Elira. Tak lama kemudian, Kael datang.

...****************...

"Bugggh."

Suara pukulan tongkat kayu dari belakang.

Kael menoleh, bukan dirinya yang terkena pukulan tongkat kayu itu. Terlihat preman itu tersungkur dengan darah yang menetes di pelipisnya. Dan tepat di belakangnya Taron dengan wajah sedikit panik memegang sebuah pipa logam yang tampak berkarat tapi kokoh. Nafasnya tersengal-sengal, matanya melebar antara marah dan ketakutan.

"Berani sekali kau mencoba melukai temanku!" Taron berteriak sambil berdiri di depan Kael, tubuhnya gemetar tetapi posisinya tetap melindungi.

Kael yang melihat itu sedikit terharu. Dia yang biasanya melindungi sekarang dilindungi. Kael melangkah maju, menatap mereka dengan mata dingin.

"Pergi! Sebelum aku benar-benar membuat kalian menyesal," katanya dengan nada rendah tetapi penuh ancaman.

Preman-preman itu saling bertatapan, sebelum akhirnya memilih melarikan diri, meninggalkan Elira, Kael, dan Taron di jalan yang sangat sepi.

Setelah para preman pergi, Elira mendekati Kael dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Zayne, apa kau terluka? Kenapa kau melakukan ini? Kau bisa saja terbunuh!" katanya sambil memegang pipi Zayne dan memeriksa keadaan tubuh Zayne.

Kael menatap Elira dengan tatapan lembut tetapi tegas. "Bibi, aku tidak bisa membiarkan mereka menyakitimu. Kau sudah banyak membantuku semenjak orang tuaku sudah tiada. Ini termasuk hal kecil yang bisa kulakukan."

Elira terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca. "Kau benar-benar anak yang baik, Zayne. Tapi jangan pernah melakukan ini lagi, bahaya seperti ini terlalu besar untukmu."

Taron yang masih memegang pipa logam, menatap Kael dengan bingung."Zayne, kau... kau seperti orang lain saat bertarung tadi. Aku tidak tahu kau sangat hebat dalam bertarung. Dan jujur saja kau sangat berani tadi, aku kira kau akan di buat babak belur oleh para preman itu."

Kael hanya tersenyum kecil tanpa menjawab. Dalam hati, ia tahu bahwa naluri dan pengalaman bertarung takan bisa berbohong.

Karena takut Elira akan di ganggu lagi oleh para preman. Kael dan Taron memutuskan untuk mengantar pulang Elira terlebih dahulu.

Setelah memastikan Elira aman. Kael dan Taron kembali ke asrama mereka.

"Kuharap Bibi Elira tidak mengalami trauma atas kejadian itu." ucap Zayne sambil meniti jalannya.

"Yah, aku harap juga begitu, semoga saja bibimu bisa beraktivitas seperti biasanya." timpal Taron.

"Tapi Zayne, aku tidak pernah menyangka kau bisa mengatasi empat preman seperti itu. Darimana kau belajar semua itu?"

Kael mengangkat bahu, berusaha terlihat santai. " Hanya reflek, aku rasa. Ketika kau sering berada di tempat ini, kau belajar bertahan."

"Memangnya kau sering berada di sini?" Tanya taron sambil mendelik.

Ah. Sepertinya, Kael keceplosan. Sungguh bodoh. Batinnya.

"Bukannya kita sering bolak-balik lewat sini." jawab Kael dengan cepat, agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Tapi kan kita tidak pernah melewati dan bertemu para preman." Kilah Taron.

"Kau lupa? Kita sudah pernah melawan preman, waktu di pabrik." jawab lagi Kael, mengingatkan pertarungan mereka di pabrik melawan Garth dan anak buahnya.

"Kalau itu si be-" belum selesai ucapan Taron, Kael segera menyela.

"Ah sudahlah, tak usah dipikirkan. Aku capek sekali hari ini. Sebaiknya kita cepat- cepat ke asrama."

Taron masih merasa curiga. Ia merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari cerita Kael, tetapi memilih untuk tidak menanyakannya lebih lanjut malam itu.

Mereka pun saling diam sampai kembali ke asrama.

Setelah sampai di asrama, Kael langsung membersikan diri dan merawat lukanya. Di tengah keheningan kamar, pikirannya kembali memutar adegan pertarungan tadi.

Meskipun pengalaman bertarungnya menyelamati kali ini, ia tidak bisa pungkiri kekuatan tubuh juga adalah kunci utama dalam pertarungan. Baru beberapa gerakan saja sudah membuat tubuh ini tidak berdaya.

Akhirnya dia memutuskan, bahwa mulai besok dia akan melatih tubuh ini juga. Agar bisa seimbang dengan keahliannya.

...****************...

Seorang pria dengan kepala botak, membuka pintu salah satu ruangan di sebuah gedung tua lalu masuk ke dalamnya.

"Lapor bos." kata pria botak itu sambil berdiri di depan pintu masuk.

Di hadapannya. Duduk seseorang di balik meja, dengan sebuah siluet hitam dan tubuhnya yang kekar.

"Bagaimana?" tanya pria itu dengan suaranya yang menggema dan mengintimidasi.

"Seperti perkiraan Bos, anak itu bisa menjadi bahaya untuk kita ke depannya." ucap si pria botak.

"Hmm, kalau begitu. Apakah kau bisa memusnahkan ancaman itu?" tanya orang yang di panggil bos itu.

"Tenang saja Bos, kita bisa menghabisinya tanpa menimbulkan kekacauan sedikit pun." jawab si pria botak dengan percaya diri.

"Kalau begitu, aku serahkan urusan bocah itu ke kalian. Selesaikan dengan baik, kalau kalian menimbulkan kekacauan. Kalian tau sendiri, apa akibatnya."

Perintah Bos itu dengan tegas.

"Baik Bos, kalau begitu saya pamit."

Bos itu hanya mengangguk.

Pria botak itu pergi keluar ruangan dan tersenyum dengan lebar.

"Habis kau bocah," gumamnya.

Episodes
1 Prolog
2 Kebangkitan Raja
3 Dunia Baru Yang Kejam
4 Bayangan Masa Lalu
5 Pabrik Lothar Industries
6 Garth Si Perusuh
7 Rahasia di Dalam Pabrik
8 Masa Lalu Kael
9 Percakapan Dengan Kakek Marvin
10 Elira, Wanita Penolong
11 Kamar Zayne
12 Nexus Core
13 Jalan-Jalan di Kota
14 Menyelamatkan Elira
15 Sekutu?
16 Markas Edgar
17 Iris, Gadis Hacker
18 Eksekutif Cobra Zone
19 Gadis di Balik Layar
20 Rencana
21 Markas Hancur
22 Rencana Yang Gagal
23 Pengkhianat
24 Lukas
25 Dante
26 Penyelamatan
27 Melarikan diri
28 Mansion Dante
29 Pembunuh Bayaran
30 Mimpi Buruk
31 Langkah Awal
32 Serangan Pertama
33 Konferensi Pers
34 Waktu Luang
35 Membangun Rencana
36 Sekutu Baru
37 Bounty
38 Rendra Graves
39 Pertempuran Di Legend's Lounge
40 Mengurung Diri
41 Membuat Barrier
42 Pencarian Mansion Dante
43 Perburuan di Bukit Eldenvale
44 Interogasi
45 Tantangan Untuk Lukas
46 Kedatangan Lukas
47 Adu Pukul
48 Aura Sang Raja
49 Genjatan Senjata?
50 Rencana Thomas
51 Kael dan Lucien
52 Pertempuran Kael dan Lucien
53 Pelatihan Zayne
54 Minggu Pertama Latihan
55 Malam Penyerangan
56 Hancurnya Markas Cabang
57 Kesepakatan
58 Pesta
59 Kampung Halaman Edgar
60 Kota Vendell
61 Masa Lalu Edgar
62 Masa Lalu Edgar 2
63 Masa Lalu Edgar 3
64 Masa Lalu Edgar 4
65 Masa Lalu Edgar 5
66 Liora
67 Pertemuan
68 Sekutu baru
69 Pasar Gelap
70 Aiden
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Prolog
2
Kebangkitan Raja
3
Dunia Baru Yang Kejam
4
Bayangan Masa Lalu
5
Pabrik Lothar Industries
6
Garth Si Perusuh
7
Rahasia di Dalam Pabrik
8
Masa Lalu Kael
9
Percakapan Dengan Kakek Marvin
10
Elira, Wanita Penolong
11
Kamar Zayne
12
Nexus Core
13
Jalan-Jalan di Kota
14
Menyelamatkan Elira
15
Sekutu?
16
Markas Edgar
17
Iris, Gadis Hacker
18
Eksekutif Cobra Zone
19
Gadis di Balik Layar
20
Rencana
21
Markas Hancur
22
Rencana Yang Gagal
23
Pengkhianat
24
Lukas
25
Dante
26
Penyelamatan
27
Melarikan diri
28
Mansion Dante
29
Pembunuh Bayaran
30
Mimpi Buruk
31
Langkah Awal
32
Serangan Pertama
33
Konferensi Pers
34
Waktu Luang
35
Membangun Rencana
36
Sekutu Baru
37
Bounty
38
Rendra Graves
39
Pertempuran Di Legend's Lounge
40
Mengurung Diri
41
Membuat Barrier
42
Pencarian Mansion Dante
43
Perburuan di Bukit Eldenvale
44
Interogasi
45
Tantangan Untuk Lukas
46
Kedatangan Lukas
47
Adu Pukul
48
Aura Sang Raja
49
Genjatan Senjata?
50
Rencana Thomas
51
Kael dan Lucien
52
Pertempuran Kael dan Lucien
53
Pelatihan Zayne
54
Minggu Pertama Latihan
55
Malam Penyerangan
56
Hancurnya Markas Cabang
57
Kesepakatan
58
Pesta
59
Kampung Halaman Edgar
60
Kota Vendell
61
Masa Lalu Edgar
62
Masa Lalu Edgar 2
63
Masa Lalu Edgar 3
64
Masa Lalu Edgar 4
65
Masa Lalu Edgar 5
66
Liora
67
Pertemuan
68
Sekutu baru
69
Pasar Gelap
70
Aiden

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!