Garth Si Perusuh

Waktu istirahat tiba, para pekerja berbondong-bondong menuju kantin. Tempat itu tidak lebih dari ruangan besar dengan meja panjang dan bangku kayu yang sudah reyot. Udara disana pengap, di penuhi aroma makanan murah yang tidak sedap. Kael mengambil nampan berisi sup encer dan sepotong roti keras, lalu duduk di sudut bersama Taron.

Taron tampak tenang, tetapi matanya selalu bergerak mengawasi sekitar, seperti hewan yang waspada terhadap predator. Kael memperhatikan itu dengan seksama.

"Kau seperti selalu siap melarikan diri," komentar Kael sambil menyendok supnya yang hambar.

Taron tersenyum tipis."Di tempat ini, kau harus begitu kalau mau bertahan. Selalu ada orang yang mencari masalah, entah itu penjaga atau sesama pekerja."

Kael hanya mengangguk. Namun sepertinya, ucapan Taron langsung terbukti.

Belum lama mereka duduk, seorang pria berbadan besar dengan muka sangar mendekati mereka. Pria itu memiliki bekas luka di pipi kirinya, dan matanya seperti mata predator yang mencari mangsa. Di belakangnya, dua pria lain dengan tubuh yang tidak kalah besar mengikutinya.

"Hei, anak baru," pria itu berkata sambil mendekatkan wajahnya ke Kael dan menunjuk Kael dengan roti di tangannya. "Aku dengar kau banyak bicara tadi pagi."

Kael mengangkat alis, tetapi tetap tenang. "Aku hanya bertanya soal pekerjaan."

Pria itu menyeringai, lalu duduk di depan Kael tanpa di undang. Bangku kayu itu berderit di bawah bobot tubuhnya. "Kau pikir ini sekolahan? Tempat untuk bertanya-tanya, ingat ini bod*h ! Bekerjalah seperti budak dan patuh saja."

Kael tahu pria ini sedang mencari masalah. Namun, ia memutuskan untuk tidak terprovokasi dengan cepat. "Aku hanya mencoba memahami lingkungan kerja. Tidak ada salahnya kan?"

Pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Kael, membuat nafasnya yang berbau alkohol tercium jelas. "Salah. Disini, kau bekerja, tutup mulut dan jangan macam-macam. Kalau kau tidak paham, aku bisa 'mengajari' kau caranya."

Taron segera menyela. "Santai, Garth. Dia baru di sini, kau tau sendiri anak baru kadang suka bingung."

Namun, Garth—nama pria itu—tidak tampak puas. Ia mengalihkan pandangannya ke Taron. "Kau pikir, kau bisa melindunginya Taron? Kau saja tidak bisa melindungi dirimu sendiri."

Kael tau percakapan ini akan segera berakhir dengan kekerasan. Dan ia tidak suka menjadi sasaran tanpa alasan. Sebelum Garth bisa melanjutkan provokasinya, Kael berbicara dengan nada rendah tetapi penuh ancaman.

"Kau menghabiskan banyak waktu untuk mencari masalah dengan orang yang lebih kecil darimu," katanya sambil menatap Garth dengan tajam. "Apa karena ini satu-satu nya cara kau merasa berkuasa?"

Ruangan kantin menjadi hening. Para pekerja lain mulai memperhatikan mereka, sebagian besar dengan ekspresi cemas. Garth menyipitkan matanya merasa terhina.

"Kau berani bicara seperti itu padaku, bocah?" Garth bangkit berdiri, tubuh besarnya mendominasi ruang diantara mereka. "Kau pikir kau siapa?"

Kael berdiri dengan tenang. Terlihat perbedaan ukuran badan yang signifikan. Bayangkan anak kecil 12 tahun harus berhadapan dengan orang dewasa yang berumur 20 tahunan.

Meskipun tubuh Zayne jauh lebih kecil daripada Garth. Dengan tatapan dinginnya, ia menjawab. "Aku seseorang yang tidak akan lari meski diancam oleh pria besar yang suka menggertak."

Garth yang hilang kesabarannya langsung melayangkan pukulan ke arah Kael, tetapi Kael sudah menduganya. Ia menghindar dengan gesit, membuat Garth kehilangan keseimbangan sedikit. Namun, dua anak buah Garth segera bergabung, mencoba mengepung Kael.

Taron, meskipun terlihat enggan, tidak bisa tinggal diam. Ia menyikut salah satu dari mereka, membuat pria itu mundur beberapa langkah. "Apa kalian tidak punya kerjaan lain selain membuat kekacauan?" teriaknya.

Kael, di sisi lain, tetap fokus pada Garth. Meski tubuh Zayne tidak sekuat tubuh lamanya sebagai Kael Draxon, ia masih memiliki pengalaman bertarung yang cukup untuk memanfaatkan kelengahan lawan. Ketika Garth mencoba menyerangnya lagi, Kael menendang lutut pria itu dengan keras, membuatnya berteriak kesakitan.

Garth segera menangkap Kael, lalu mengangkat dan membantingnya ke lantai. Walau Kael memiliki pengalaman bertarung, perbedaan fisik juga menjadi penghalangnya.

Di sisi lain, Taron hampir babak belur karena menahan dua anak buah Garth yang mempunyai tubuh lebih besar dari Taron.

Pertarungan kian memanas, dan kemudian suara keras yang ditembakkan ke udara menghentikan segalanya. Penjaga bersenjata yang tadi memperingatkan Kael berdiri di depan pintu kantin, wajahnya merah karena marah.

"Apa yang terjadi di sini?" teriaknya, suaranya menggema di ruangan itu.

Semua pekerja membeku, termasuk Garth dan anak buahnya. Penjaga itu melangkah mendekat, menatap mereka dengan tajam. "Siapa yang memulai ini?"

Garth mencoba berbicara, tetapi penjaga itu langsung mengangkat tangannya untuk menghentikannya. "Aku tidak peduli siapa yang salah atau benar. Kalian semua akan mendapatkan pengurangan upah minggu ini. Dan kau," ia menunjuk Kael, "jika aku melihat kau membuat masalah lagi, kau akan di keluarkan. Mengerti?"

Kael hanya mengangguk, menyembunyikan kemarahan di balik wajahnya yang tenang.

"Baik, semua kembali ke kerja kalian! Tidak ada waktu untuk berkelahi disini!" teriak penjaga itu sebelum pergi.

Ketika keadaan kembali tenang, Taron menatap Kael dengan wajah khawatir. "Kau gila. Garth bukan orang yang mudah melupakan ini. Dia pasti akan mencoba balas dendam."

Kael menyeka keringat di dahinya dan menatap Taron dengan dingin. "Aku sudah pernah menghadapi orang seperti dia sebelumnya. Kalau dia mencoba lagi, aku akan siap."

Taron hanya menggelengkan kepala.

"Baiklah terserah kau saja, yang pasti aku tidak akan campur lagi urusan kalian. Oh iya, kita belum sempat berkenalan, seperti yang kau dengar nama ku Taron." Kata Taron sambil mengulurkan tangannya.

Kael yang melihat itu, menjabat uluran tangan Taron. "Nama ku Ka— ah, tidak. Zayne, namaku Zayne."

"Zayne," gumam Taron. "Nama yang bagus, kalau begitu Zayne, mari kita bekerja lagi, sebelum penjaga itu datang kemari. Dan ingat, jangan membuat masalah lagi, atau kau akan di keluarkan nanti."

Zayne dan Taron melengang pergi keluar kantin. Di dalah hati Taron, ia merasa ada sesuatu yang berbeda tentang Zayne. Bocah ini bukan seperti pekerja biasa. Ada sesuatu yang gelap dan berbahaya di balik tatapannya, sesuatu yang membuat taron merasa bahwa Garth mungkin baru saja membuat kesalahan besar.

Episodes
1 Prolog
2 Kebangkitan Raja
3 Dunia Baru Yang Kejam
4 Bayangan Masa Lalu
5 Pabrik Lothar Industries
6 Garth Si Perusuh
7 Rahasia di Dalam Pabrik
8 Masa Lalu Kael
9 Percakapan Dengan Kakek Marvin
10 Elira, Wanita Penolong
11 Kamar Zayne
12 Nexus Core
13 Jalan-Jalan di Kota
14 Menyelamatkan Elira
15 Sekutu?
16 Markas Edgar
17 Iris, Gadis Hacker
18 Eksekutif Cobra Zone
19 Gadis di Balik Layar
20 Rencana
21 Markas Hancur
22 Rencana Yang Gagal
23 Pengkhianat
24 Lukas
25 Dante
26 Penyelamatan
27 Melarikan diri
28 Mansion Dante
29 Pembunuh Bayaran
30 Mimpi Buruk
31 Langkah Awal
32 Serangan Pertama
33 Konferensi Pers
34 Waktu Luang
35 Membangun Rencana
36 Sekutu Baru
37 Bounty
38 Rendra Graves
39 Pertempuran Di Legend's Lounge
40 Mengurung Diri
41 Membuat Barrier
42 Pencarian Mansion Dante
43 Perburuan di Bukit Eldenvale
44 Interogasi
45 Tantangan Untuk Lukas
46 Kedatangan Lukas
47 Adu Pukul
48 Aura Sang Raja
49 Genjatan Senjata?
50 Rencana Thomas
51 Kael dan Lucien
52 Pertempuran Kael dan Lucien
53 Pelatihan Zayne
54 Minggu Pertama Latihan
55 Malam Penyerangan
56 Hancurnya Markas Cabang
57 Kesepakatan
58 Pesta
59 Kampung Halaman Edgar
60 Kota Vendell
61 Masa Lalu Edgar
62 Masa Lalu Edgar 2
63 Masa Lalu Edgar 3
64 Masa Lalu Edgar 4
65 Masa Lalu Edgar 5
66 Liora
67 Pertemuan
68 Sekutu baru
69 Pasar Gelap
70 Aiden
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Prolog
2
Kebangkitan Raja
3
Dunia Baru Yang Kejam
4
Bayangan Masa Lalu
5
Pabrik Lothar Industries
6
Garth Si Perusuh
7
Rahasia di Dalam Pabrik
8
Masa Lalu Kael
9
Percakapan Dengan Kakek Marvin
10
Elira, Wanita Penolong
11
Kamar Zayne
12
Nexus Core
13
Jalan-Jalan di Kota
14
Menyelamatkan Elira
15
Sekutu?
16
Markas Edgar
17
Iris, Gadis Hacker
18
Eksekutif Cobra Zone
19
Gadis di Balik Layar
20
Rencana
21
Markas Hancur
22
Rencana Yang Gagal
23
Pengkhianat
24
Lukas
25
Dante
26
Penyelamatan
27
Melarikan diri
28
Mansion Dante
29
Pembunuh Bayaran
30
Mimpi Buruk
31
Langkah Awal
32
Serangan Pertama
33
Konferensi Pers
34
Waktu Luang
35
Membangun Rencana
36
Sekutu Baru
37
Bounty
38
Rendra Graves
39
Pertempuran Di Legend's Lounge
40
Mengurung Diri
41
Membuat Barrier
42
Pencarian Mansion Dante
43
Perburuan di Bukit Eldenvale
44
Interogasi
45
Tantangan Untuk Lukas
46
Kedatangan Lukas
47
Adu Pukul
48
Aura Sang Raja
49
Genjatan Senjata?
50
Rencana Thomas
51
Kael dan Lucien
52
Pertempuran Kael dan Lucien
53
Pelatihan Zayne
54
Minggu Pertama Latihan
55
Malam Penyerangan
56
Hancurnya Markas Cabang
57
Kesepakatan
58
Pesta
59
Kampung Halaman Edgar
60
Kota Vendell
61
Masa Lalu Edgar
62
Masa Lalu Edgar 2
63
Masa Lalu Edgar 3
64
Masa Lalu Edgar 4
65
Masa Lalu Edgar 5
66
Liora
67
Pertemuan
68
Sekutu baru
69
Pasar Gelap
70
Aiden

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!