Surat Wasiat

Semua yang ada disana sangat terkejut dengan tindakan Shofiyah yang tidak pernah mereka lihat. Perempuan lemah lembut bisa menghajar orang sampai seperti itu??

"Itu baru Ummi kami". Teriak kedua anak lelaki itu dengan bangga.

Sedangkan Safa sudah membuka mulutnya karena terkejut.

" Saya memang seorang perempuan, memangnya kenapa??, bagaimana rasanya tendangan maut saya barusan, enak bukan?? Tanya Shofiyah meremehkan

"Gigiku". Ringis Safwan dengan sangat sakit.

" Kau tahu setelah adikmu menikah dan masuk dalam keluarga kami, dia memiliki 6 pelindung laki-laki dan 1 pelindung perempuan yang semuanya bisa beladiri karena memang telah terlatih sejak kecil. Jika kau pikir dia akan bisa kau sakiti maka kau salah besar". Shofiyah menatap tajam lelaki dihadapannya itu

Safwan ketakutan melihat amarah calon mertua adiknya ini. Apa katanya tadi?? 6 orang laki-laki dan seorang perempuan??, artinya tante dihadapannya ini adalah atlet beladiri?? Tanyanya dalam hati

Dia menelan salivanya dengan susah payah, dia akan berurusan dengan keluarga hebat dan bisa bela diri.

"Sekarang diamlah disana jika kamu masih mau selamat dan tunggu notaris datang karena sebentar lagi mereka akan sampai karena mereka ditengah perjalanan". Ucap Shofiyah melangkah menjauh menghampiri sang calon mantu.

Melihat betapa pedulinya dan dekatnya ibu mertuanya kepada sepupunya itu, timbul sedikit rasa iri dihati Shifa karena dia tidak bisa akrab seperti itu dengan sang mertua.

"Apakah karena aku tidak mangabrabkan diri padanya sehingga aku tidak dekat dengannya??. Bahkan Safa saja yang baru calon sudah seperti itu??, bagaimana jika dia sudah menikah dengan Ammar??". Monolognya dalam hati.

" Sialan Safa, bisa-bisa dia yang mendapatkan kak Ammar dan mertua yang begitu sayang dengannya. Aku harus menghentikan pernikahan itu bagaimanapun caranya". Sungut Salwa dalam hati dan dia sangat iri kepada sepupunya itu.

"Maaf yah nak, Ummi terpaksa melakukannya, habisnya kakakmu itu menjengkelkan sekali". Senyum Shofiyah kemudian mengelus calon menantunya itu.

" Tidak apa Ummi, andai bunda masih ada, dia pasti akan senang melihat anak itu dihajar Ummi". Ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ummi memang paling the best pokoknya". Ucap kedua lelaki itu dengan senyuman lebar dan tawa kecil.

Shifa terpesona melihat tawa dan senyuman Umar yang tak pernah dia lihat selama ini. Mungkin karena jarangnya interaksi dirinya dengan sang suami.

" Assalamualaikum, permisi". Ucap seorang lelaki muda yang tampan dan tinggi berkulit putih itu.

Lelaki itu merupakan keponakan Shofiyah adik dari Ukasyah Alfaruq putra dari Nazwa adik kandung Shofiyah.

"Masuklah nak Uwais, kita sudah menunggumu dari tadi". Ucap Shofiyah kepada keponakannya itu.

" Iya Ummi, maafkan aku, tadi ada kendala dijalan sedikit dan aku sedang bersama kak Ukasyah dan Adek Utsman". Ucapnya menyalimi sang tante dan memeluk kedua abang sepupunya itu.

Tidak lama terlihat dua lelaki tampan lainnya dengan memakai pakaian dinas tentara dan kepolisian menyalimi Shofiyah seperti yang dilakukan oleh Uwais.

"Nak Uwais sekarang tolong dibacakan surat wasiat yang dititip oleh Tante Gaby ya nak". Ucap Shofiyah dengan lembut.

" Iya Ummi, saya akan bacakan sekarang". Ucapnya membuka tas kerjanya dan mengambil sebuah amplop coklat besar berisi surat wasiat Gaby.

"Dengarkan baik-baik"

" Bismillahirrahmanirrahim, dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini, saya khumairah Gabriella Adam memberikan surat wasiat ini untuk dibacakan oleh notaris ketika saya sudah meninggal dunia. Notaris dan pengacara yang saya Tunjuk adalah Uwais Al-Qorni keponakan dari kak Shofiyah Khumairah.

"Saya memberikan putri saya satu-satunya Safa Safira perkebunan karet dan kelapa sawit milik suami saya yang berada di soppeng dengan luas 4 hektar dan rumah saya yang kini berada di Makassar beserta isinya termasuk 2 mobil yang berada dirumah itu.

" Sedangkan untuk anak tertua saya Safwan Sagara saya berikan tanah perkebunan dan pertanian di soppeng pula dengan luas total 5 hektar lebih dan rumah peninggalan orangtua suami saya yang berada di soppeng beserta isinya. Demikian surat wasiat ini saya buat tanpa paksaan dan tekanan manapun

Dan saya berpesan kepada keluarga saya untuk menyetujui pernikahan Safa dan Ammar karena itu adalah permintaan terakhir saya untuk sahabat sekaligus kakak angkat saya Kak Shofiyah Khumairah.

Uwais menutup Map berisi surat wasiat dari Almarhumah Gaby kepada keluarga nya.

"Demikian isi surat wasiat itu dan sah secara hukum dan negara.

" Tidak mungkin, saya tidak mau rumah nenek di kampung saya mau rumah ini beserta isinya". Teriak Safwan tidak terima.

"Tapi maaf, itu sudah sah secara hukum dan ibu Gaby sudah membalikkan nama surat-surat itu atas nama kalian sesuai dengan isi surat wasiatnya tadi.

Uwais mengambil beberapa surat tanah dan rumah serta surat-surat berharga lainnya yang menjadi pegangan untuk kedua anak kliennya. Dia sudah memisahkannya dan dimasukkan didalam Amplop besar.

"Ini amplop yang dititipkan tante Gaby untuk diberikan kepada kalian dan itu sudah ada nama kalian masing-masing".

Safwan mengeram penuh amarah, dia tidak terima jika adiknya mendapatkan banyak walau dia sendiri mendapatkan jauh lebih banyak, tapi dia memang serakah ingin memiliki semua warisan itu.

"Terima kasih Uwais". Ucap Safa menerima amplop besar peninggalan sang ibu.

Air matanya menetes tanpa henti mengingat ibunya yang begitu menyayanginya, tapi kini sudah meninggal saat dia menjalani tugasnya sebagai seorang dokter.

" Pulanglah Safwan karena ini bukan rumahmu lagi, ini milik adikmu jangan cari gara-gara lagi". Kini Gibran membuka suaranya kepada keponakannya itu.

Dia tidak mau jika keponakannya mencari gara-gara dengan keluarga Shofiyah apalagi di sini juga ada ketiga keponakannya.

"Paman mengusir ku?? Tanyanya dengan tatapan tajam.

" Paman tidak mengusir mu, tapi ini rumah adikmu sekarang dan paman tidak mau kau menginap disini dan melukai adikmu. Kamu lihat mereka, ketiga orang yang baru masuk itu adalah sepupu calon suami adikmu, kamu bisa lihat sendiri bukan, jika kamu bertindak macam-macam mereka langsung bisa menahanmu, keluarga Ammar bukan tandinganmu". Gibran memperingatkan keponakannya itu dengan keras.

Safwan tidak menjawab dia mengambil paksa amplop besar itu dengan kasar, kemudian pergi dari sana dengan jengkel.

Semua yang ada disana menggelengkan kepalanya atas tindakan tidak bermoral Safwan itu.

"Nah sekarang mari kita bahas tentang pernikahan anak- kita". Ucap Shofiyah mengajak Gibran dan Rina duduk bersama.

" Bagaimana menurut kalian acaranya kapan??, Apakah kami harus melamar resmi?? Tanya Shofiyah kepada mereka setelah mereka semua duduk

"Sepertinya minggu depan saja lamaran Resminya kak Shofiyah karena kita masih dalam suasana berduka". Rina membuka suaranya.

" Maaf yah, bukan aku tak mengerti kesedihan kalian tapi Gaby ingin setelah pemakaman ini, dia ingin melangsungkannya, menurut Gaby dia sangat khawatir karena sifat kakak Safa itu tidak baik dan serakah. Dia takut akan merampas hak milik Safa ketika dia sendirian".

"Itu benar Shofiyah, dia seperti itu karena didikan ayah yang terlalu memanjakannya karena dia adalah cucu lelaki satu-satunya keluarga kami". Gibran menunduk Dalam mengingat bagaimana perlakuan ayah mereka ketika Safwan hadir di tengah mereka.

" Mumpung dia masih ada disini, bagaimana jika kita melangsungkan pernikahan sederhana saja??kemudian nanti minggu depan kita adakan resepsi untuk mengundang, bagaimana??".

"Maaf paman, saya setuju dengan apa yang dikatakan ummi karena melihat tatapan kak Safwan tadi, aku yakin ketika kalian semua pergi dia akan berbuat hal aneh, aku mengenal betul watak kakakku itu". Safa mengingat tatapan marah sang kakak itu.

" Baiklah kalau begitu, bagaimana jika kita lakukan pernikahannya besok dirumah ini dan kami akan mengusahakannya semua rampung malam ini dan besok??". Gibran menyetujui perkataan sang keponakan.

"Baiklah, aku akan menyuruh pekerjaku untuk datang kesini sekarang membawa hiasan penikahan dan menghubungi seluruh kerabat terdekat kami untuk menyaksikannya besok".

" Tidak perlu Shofiyah jangan mengeluarkan terlalu banyak, karena kalian sudah akan memberikan uang 1 milyar lagi kepada Safwan besok". Gibran kembali menunduk malu karena perbuatan keponakannya itu.

"Tidak perlu seperti itu, itu uang Ammar langsung sedangkan yang lainnya adalah uang keluarga kami. Kami tentu saja memberikan yang terbaik untuk menyambut menantu kami dirumah. Dan kamu bisa pilih tinggal dimana setelah kalian menikah".

Episodes
1 Kejadian Setelah Pemakaman
2 Berapa Yang Harus Kubayar
3 Surat Wasiat
4 Rencana Pernikahan
5 Pernikahan
6 Pengenalan Keluarga
7 Ammar si Jahil 1
8 Ammar Si jahil 2
9 Rencana Honeymoon
10 Keluarga Hangat dan Pengertian
11 Ketemu Salwa
12 Harus Hati-hati
13 Jangan Lihat Covernya
14 Terbongkarnya Identitas Ubaidillah
15 Pernikahan Yang tidak diInginkan
16 Apa Yang sebenarnya terjadi
17 Nikahi Gadis Itu
18 Perjuangan cinta Fahira
19 Memaafkan
20 Kalian Anak Kami
21 Keharmonisan Keluarga
22 Salwa Berulah
23 Kemarahan Gibran
24 Kedatangan Keluarga Fahira 1
25 Kedatangan Keluarga Fahira 2
26 Pelindung Fahira
27 Dukungan Moril Keluarga
28 Jalan-jalan
29 Pertengkaran Ammar dan Safa
30 Amarah Ammar
31 Kedatangan Keluarga Salwa
32 Obsesi Salwa
33 Ubaidillah Mengamuk
34 Masuk ke penjara
35 Jangan sentuh Istriku
36 Kesombongan menghancurkan Diri
37 Ingin belajar Parenting
38 Rasa Iri Pada Fahira
39 Nasehat Sang Menantu
40 Syukuran kelulusan Safa
41 Pertengkaran 2 keluarga
42 Tingkah Random para suami
43 Kehamilan Safa
44 Shifa Diculik
45 Pulang Babak Belur
46 Kabar Duka Keluarga Ahmad
47 Pemakaman Shifa dan pertengkaran
48 Ini sudah takdir
49 Bertemu Salwa
50 Safa Masuk Rumah sakit
51 Kedatangan Shofiyah
52 Shofiyah bertindak
53 Pernikahan Salwa
54 Tingkah Random
55 Safa bertemu Sang Kakak
56 Safwan ingin Uang
57 Fahira melahirkan
58 Ammar dan Ahmad kecelakaan
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Kejadian Setelah Pemakaman
2
Berapa Yang Harus Kubayar
3
Surat Wasiat
4
Rencana Pernikahan
5
Pernikahan
6
Pengenalan Keluarga
7
Ammar si Jahil 1
8
Ammar Si jahil 2
9
Rencana Honeymoon
10
Keluarga Hangat dan Pengertian
11
Ketemu Salwa
12
Harus Hati-hati
13
Jangan Lihat Covernya
14
Terbongkarnya Identitas Ubaidillah
15
Pernikahan Yang tidak diInginkan
16
Apa Yang sebenarnya terjadi
17
Nikahi Gadis Itu
18
Perjuangan cinta Fahira
19
Memaafkan
20
Kalian Anak Kami
21
Keharmonisan Keluarga
22
Salwa Berulah
23
Kemarahan Gibran
24
Kedatangan Keluarga Fahira 1
25
Kedatangan Keluarga Fahira 2
26
Pelindung Fahira
27
Dukungan Moril Keluarga
28
Jalan-jalan
29
Pertengkaran Ammar dan Safa
30
Amarah Ammar
31
Kedatangan Keluarga Salwa
32
Obsesi Salwa
33
Ubaidillah Mengamuk
34
Masuk ke penjara
35
Jangan sentuh Istriku
36
Kesombongan menghancurkan Diri
37
Ingin belajar Parenting
38
Rasa Iri Pada Fahira
39
Nasehat Sang Menantu
40
Syukuran kelulusan Safa
41
Pertengkaran 2 keluarga
42
Tingkah Random para suami
43
Kehamilan Safa
44
Shifa Diculik
45
Pulang Babak Belur
46
Kabar Duka Keluarga Ahmad
47
Pemakaman Shifa dan pertengkaran
48
Ini sudah takdir
49
Bertemu Salwa
50
Safa Masuk Rumah sakit
51
Kedatangan Shofiyah
52
Shofiyah bertindak
53
Pernikahan Salwa
54
Tingkah Random
55
Safa bertemu Sang Kakak
56
Safwan ingin Uang
57
Fahira melahirkan
58
Ammar dan Ahmad kecelakaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!