Hari ini papa sama mama dikebumikan. Teman-teman, kenalan, rekan kerja, keluarga dari pihak papa, mama, tetangga, juga teman-teman dan guru sekolahku menghadiri upacara pemakaman kedua orangtuaku.
Aku sendiri, selama prosesi pemakaman ini hanya bisa menangis dan menangis, aku tidak peduli dengan sekitarku, aku sangat sedih, sangat terpukul, sangat kehilangan, hatiku rasanya sakiiit sekali, aku nggak bisa membayangkan harus menjalani hidup ini tanpa mereka.
Para pelayat menyalamiku,, berbela sungkawa serta memberiku semangat, tapi aku tidak berkata apa-apa, aku hanya diam dan terus menangis.
Badanku kembali lemas, tapi tangan papi Ricky memelukku kuat, supaya aku tidak terjatuh. Ya, sejak kejadian malam itu, papi Ricky dan mami Heny selalu mendampingiku. Mereka kawatir jika aku tiba-tiba jatuh atau pingsan mengingat aku sudah dua kali pingsan sejak orangtuaku meninggal.
Setelah para pelayat pulang, aku duduk di makam papa dan mama yang masih basah, aku menangis lagi, "Pa, ma, pagi itu waktu papa ngajak ke Malang, harusnya Vania ikut, Vania nyesel sok rajin mau belajar, kalo Vania ikut Vania nggak akan sendiri seperti ini. Seenggaknya kita masih tetap bersama. Pa, ma... mengapa kalian ninggalin Vania?? Vania sayang papa sama mama....Vania mau ikut kalian..., Vania nggak sanggup hidup tanpa kalian..... Ayo bawa Vania bersama kalian!", aku kembali berteriak-teriak dan menangis sejadi-jadinya .
"Vania nggak rela kalian pergi.... Vania nggak mau kehilangan kalian.... Vania hanya mau bersama papa sama mama.....", kataku sambil terus menangis keras.
Mami Heni terus memelukku, mengelus punggungku, berusaha membuat aku tenang sambil berkata, "Sayang, kamu nggak boleh seperti ini, kamu harus kuat, kalo kamu nangis terus seperti ini, kasihan orangtua kamu, jalan mereka ke surga akan terhambat, jadi kamu harus iklas, sayang... Relakan kepergian mereka, meski mami tahu itu sangat berat bagi kamu, nak"
"Mami benar, Vania ! kamu harus kuat ! Kamu harus bisa tunjukkan itu pada orangtuamu, supaya mereka tenang dan tidak berat untuk pergi, Tuhan sudah menyiapkan tempat yang istimewa untuk orang baik seperti papa dan mama kamu, nak".
Mendengar nasehat papi dan mami, aku mulai berusaha mengendalikan emosiku. Papi memelukku dan menepuk-nepuk punggungku, mengecup puncak kepalaku.
"Sayang, satu yang harus kamu ingat, kamu nggak sendiri ! Ada papi sama mami di sini. Anggap kami pengganti orangtuamu. Kami akan selalu menyayangi, mendampingi dan mendukungmu", omongan papi seperti siraman air yang mendinginkan dan bisa membuatku tenang.
"Sudah ya, Van ! Sekarang kamu doa dulu untuk papa sama mama dan sekalian pamit pada mereka. Nanti kamu ikut pulang ke rumah kami, ya !." kata mami dengan lembut.
Aku menganggukkan kepalaku. Aku kembali berlutut di depan makam. Tuhan papa dan mama sudah tiada, ampunilah semua dosa dan kesalahan mereka, ijinkan mereka masuk ke dalam rumahMu. Amin.
"Pa, ma, semoga papa sama mama mendapatkan tempat yang terbaik di surga. Vania janji Vania tidak akan mengecewakan kalian. Vania akan melakukan hal yang baik, hal yang benar agar kalian bangga sama Vania. I love you pa, I love you ma... you are the best, you'll always in my heart. Aku cium nisan mereka. Aku bangkit dan berjalan dengan kaki yang terasa berat untuk digerakkan. Mami berjalan dengan memelukku. Papi di depan, kami mengikuti langkahnya untuk berjalan pulang.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments