Pria itu menatap hangat Adara dari balik scarfnya. Dia tersenyum manis tanpa terlihat. Adara yang benar benar masih sangat lapar tidak menggubrisnya. Dia tetap santai dan lahap memakan pesanan yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Pria itu hanya diam memperhatikan Adara makan dengan begitu lahap.
"Pelan pelan saja, aku tidak akan merebut makananmu." ujar pria itu. Adara tidak menggubrisnya lagi dan lagi. Dia tetap melahap habis makanan itu. Sampai suara pertanda kekenyangan dari mulutnya yang keluar, dia tersenyum puas. Adara membuka kancing celananya karena merasa sesak. Dia benar benar sangat kenyang sekarang.
"Enak sekali ya?" tanya pria itu, tanpa sadar Adara menganggukkan kepalanya dengan tatapan yang melihat ke arah jendela yang transparan. Sepertinya dia sudah mulai bisa menormalisasikan kehadiran pria aneh ini yang dimana mana saja ada.
"Kau mendekati suami kakakmu untuk membalaskan dendam?" tanya pria itu. Adara cukup kaget sehingga melirik pria asing dihadapannya ini dengan cepat namun dia kembali merasa biasa saja. Entah dari mana pria ini tau semua tentangnya.
"Lagi lagi kau tau." ujarnya pelan namun masih terdengar.
"Ehem, rencanamu tidak terlalu buruk. Tapi..." pria itu menggantung ucapannya membuat Adara meliriknua dengan alis terangkat satu.
"Jika rencanamu berhasil kau tidak memikirkan resiko yang bisa membahayakanmu?" tanyanya dengan tegas. Adara mencerna maksud ucapan sosok pria dihadapannya ini.
"Tapi berhasil kan?" tanyanya tersenyum miring. Pria itu mengangguk pelan.
"Aku tidak peduli, kata kuncinya hanya berhasil, selebihnya apapun yang terjadi biarlah!" ujarnya cuek.
Pria itu menghela nafas pelan namun panjang. "Sedari dulu kau seperti ini!" gumamnya tidak terdengar.
**
Di tempat lain Clarissa berjalan cepat menyusuri lorong menuju lift di perusahaan tempat dia bekerja. Dia berjalan cepat karena langkah lebar pria terus mengikutinya dari arah belakang. Dengan setengah panik, Clarissa nyaris berlari karena tumben sekali lorong yang dia jalani sepi. Sampai akhirnya...
Tingg
Pintu lift terbuka dan Clarissa cepat cepat memasuki lift itu dan memencet tombol lantai pertama dari lantai enam. Nafasnya mulai merasa lega saat pintu lift akan segera tertutup namun tertahan oleh sebuah jari. Clarissa membola dan sedikit Shok.
"Arvan!" gumamnya saat bisa melihat dengar jelas pintu lift terbuka jelas menampilkan seorang pria yang yang sedari tadi mengikutinya tersenyum manis dan lebar. Pria itu langsung memasuki lift bersama dengan Clarissa sehingga di dalam lift itu hanya mereka berdua. Jantung Clarissa terus berdetak sangat cepat dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
"Sebenarnya apa maksudmu mengikutiku arvan! Kenapa kau selalu menggangguku! Kita sudah putus dan aku sudah menikah arvan, kau tidak lupa kan!!" bentak Clarissa kuat kepada sosok pria dihadapannya ini.
Sosok pria yang benar saja namanya arvan tersenyum miring. Memang benar, arvan dan Clarissa memang sepasang sejoli sewaktu SMA dan arvan sangat mencintai Clarissa. Namun, mereka harus berpisah karena Clarissa akhirnya harus dijodohkan. Siapa yang menyangka jika pernikahan Clarissa adalah sebuah perjodohan.
Arvan hanya tersenyum manis memandangi wajah cantik mantan kekasihnya ini. Jangan ditanya mengapa dia masih mengejar Clarissa karena jawabannya tentu saja karena dia masih sangat menyayangi sosok wanita yang pernah menjadi bagian dari hatinya, bahkan sampai sekarang.
"Kau tentu sudah tau jawabannya, Clarissa." jawab singkat arvan. Di dalam lift, dia melangkah sedikit demi sekali langkahnya memojokkan Clarissa. Clarissa menahan nafas dan memejamkan mata saat tangan arvan terangkat ke atas.
huff...
Deru nafas arvan menghembuskan anak rambut Clarissa. "Jangan terlalu takut, bahkan kita sudah pernah melakukan lebih dari ini." bisiknya tepat di telinga Clarissa. Clarissa membulatkan matanya mendengar bisikan arvan beserta dengan deru nafasnya yang hangat. Bau parfum pria itu masih sama dengan bau parfum yang pernah di belikan untuknya. Apakah arvan masih melanjutkan bau parfum itu?
Bruk.. Clarissa tanpa aba aba mendorong tubuh kekar arvan yang terbalut jas. Lift masih juga belum terbuka sementara genggaman tangannya semakin terkepal kuat karena takut dan gemetar.
"Kauu!!!!" saat arvan hendak ingin menyentuhnya lagi, pintu lift langsung sera terbuka. Tanpa aba aba, Clarissa langsung berlari cepat meninggalkan pria itu yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Clarissa memasuki mobilnya dengan langkah terburu buru takut pria itu mengikutinya lagi. Dia langsung menghidupkan mesin mobilnya, jika pria itu kembali mengikuti dna mengganggunya, dia tidak segan segan akan menabraknya. Lihat saja!
Dengan nafas memburu dan menunggu sekitar beberapa saat, tidak ada tanda tanda kehadiran pria kurang ajar itu. Dia menghela nafas lega lalu mematikan kembali mesin mobilnya. Clarissa menenggelamkan wajahnya di balik setir mobil untuk mengurangi rasa takut dan cemasnya.
Brakk..
Dia memukul setir mobilnya mengingat perlakuan pria yang pernah mengisi bagian hatinya. Bisa bisanya dia pernh berhubungan romantis dengan pria bajingan seperti arvan. Tidak menyesal dia memutuskan hubungannya dengan arvan demi pria yang dijodohkan baginya, pria yang jauh lebih baik dari arvan.
"Bagaimana bisa dia masih menjadi bayang bayangmu! Dasar pria sialan!" murkanya. Dia memutar kepalanya bingung memikirkan harus bagaimana dia bisa lepas dari bayang bayang mantan kekasihnya itu. Jika dia memberikan suaminya, makan sebuah aib akhirnya terbongkar dan suaminya bisa menceraikannya. Clarissa tidak mau itu terjadi, dia sudah sangat mencintai suaminya yang sekarang. Dia akan melakukan apapun untuk mempertahankan hubungannya.
*
"Ayo! Ayo! Ayo Adara!" Adara menghela nafas pasrah saat kembaran ini terus menarik paksa dirinya untuk bermain komedi putar.
Ya, memang mereka sekarang sedang berada di sebuah pusat mall kota. Jaka dan Jihan terus memaksanya untuk mengelilingi kota. Bahkan Ama dan Apa nya alias kedua orang tua mereka juga ikut memaksanya. Dia yang sehabis pulang dari kampus harus bekerja malah harus menemani mereka. Tapi mau tidak mau, kembaran ini selalu punya cara untuk membuatnya mengikuti kemauan mereka.
"Tapi hanya sekali putaran!" tegas Adara. Dia bukan tanpa alasan menolak ajakan mereka untuk bermain komedi putar. Siapa yang tau jika sewaktu kecil dia sangat suka mengunjungi tempat bermain seperti ini, apalagi saat bermain komedi putar. Jika ada pasar malam atau pergi ke tempat pusat bermain di sebuah mall, dia akan selalu mengajak keluarganya untuk bermain seperti ini. Namun semenjak masa lalu kelamnya serasa menggantikan atau bahkan melenyapkan semua keinginannya untuk melakukan apa yang dia sukai dulu. Sekarang yang ada hanya ambisi ambisi dan ambisi. Apa yang dia sukai dulu sekarang sepertinya dia tidak punya semangat lagi untuk melakukan hal hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Farika Willesden
kyknya cwok misterius itu arvan deh
2025-04-17
0