Fitnah Membara

Setelah beberapa hari menetap di dusun Pek Yang, Panglima Bu segera memimpin pasukan nya yang berjumlah ratusan orang kembali ke kota raja di temani oleh Kek Xiansu, Siaw Jin dan kedua saudara angkatnya yang di anggap saudara sekandung.

Mereka melewati jalanan hutan hutan berbukit untuk menghindari perhatian warga di sepanjang jalan yang mereka lalui jika melewati jalan dusun dan kota.

Dua buah kereta tampak di iringi oleh beberapa kuda di depannya. Sedangkan pasukan yang berjalan kaki mengawal dari belakang.

Mereka semua melakukan perjalanan santai dan tidak terburu buru. Meski kota raja masih amat sangat jauh, mereka tetap berjalan perlahan sambil beberapa kali terpaksa menginap di tengah hutan.

Siaw Jin bersama Siaw Gin dan Siaw Kim di temani panglima Bu berada di kereta kedua. Sedangkan kereta kuda pertama, di isi oleh Xiansu bersama singa piaraannya.

Setelah berhari hari melakukan perjalanan panjang, di sore hari itu mereka di kejutkan oleh derap kaki puluhan orang yang sepertinya ingin menghadang jalan mereka.

"Berhenti, kalian tidak boleh lewat jalan ini. Wilayah ini masuk dalam kekuasaan ratu bukit ular. Silakan kalian memutar". Seru pemimpin berbadan besar yang matanya tertutup oleh kulit ular kering.

Saat itu, pintu kereta kedua terbuka dan keluarlah panglima Bu seorang diri.

"Siapakah kalian ini yang bertingkah laksana perampok perampok tengik menghalau jalan orang. Apakah kalian tidak tau sedang berhadapan dengan siapa?" Seru panglima Bu lantang.

"Kami tak peduli kalian siapa. Entah kalian penduduk dusun atau tentara pemerintah, bodo amat". Sahut pimpinan penghadang dengan semangat membara.

"Apakah kalian ini gabungan pemberontak yang ingin menentang kerajaan?" balas panglima Bu.

"Kami tidak menentang siapa siapa. Pokoknya, yang ingin melewati jalan ini harus berhadapan dengan Ratu bukit ular terlebih dahulu". Sahut pria bermata satu bermuka bopeng itu.

"Baiklah kalau itu mau kalian. Seraaaannggg,,," Perintah panglima Bu laksana busur yang melesatkan puluhan anak panah.

Segera terjadi perkelahian besar besaran antara puluhan penghadang dengan tentara yang memang penuh semangat setelah sebelumnya mereka hanya melawan antek antek hartawan Ki yang tidak seberapa.

Bunyi beradunya senjata dan teriakan teriakan kesakitan pun terdengar menderu seolah menambah semangat para prajurit kerajaan yang menyaksikan panglima Bu sendiri turun tangan di barisan terdepan.

Setelah beberapa saat melakukan pembantaian, para tentara kerajaan tiba tiba dikagetkan oleh derap langkah ratusan kaki di sekeliling mereka.

Kini malah keadaan berbanding terbalik. Para penghadang mendapatkan ratusan bala bantuan yang datang bak air bah.

Saat itu amukan seorang wanita tua buruk rupa yang baru tiba yang paling menggiriskan hati para prajurit disana.

Namun, tak berselang lama, para prajurit tentara yang di pimpin panglima Bu itu seperti mendapatkan kembali semangat mereka setelah melihat seorang kakek berambut putih berjubah putih turun dari kereta bersama seekor singa ikut membantu mereka.

Kini setelah Xiansu membantu pihak prajurit, kembali keadaan menjadi payah buat para penghadang.

Hingga setengah jam kemudian, para penghadang itu lari terbirit birit kocar kacir mengikuti pimpinan mereka yang telah lebih dulu melarikan diri setelah terkena pukulan tongkat Xiansu di pundaknya.

Sorak sorai kemenangan terdengar di dalam hutan rimba itu. Para tentara yang senang bersorak sambil membantu teman temannya yang mengalami luka luka.

Setelah beristirahat sebentar, mereka melanjutkan perjalanan hingga gelap nya malam benar benar menghentikan langkah mereka dan atas perintah pimpinan mereka, para prajurit itu membuat perapian dan bermalam di kaki bukit sebelah utara arah kota raja.

###~***~###

Di kaki bukit salah satu gunung di himalaya, terdapat sepasang suami istri dan seorang putri mereka yang cantik dan manis.

Dia bernama Rambala, sedangkan istrinya bernama Durgha. Jika sepasang suami istri itu berkulit hitam kecoklatan, maka berbeda jauh dengan putri semata wayang mereka yang bernama Raghnaya.

Gadis cilik berusia 9 tahun itu telah lama ikut orang tuanya merantau kesana kemari hingga setahun yang lalu, mereka bertiga memutuskan tinggal di salah satu kaki gunung yang terkenal amat dingin itu.

Selama setahun ini, Raghnaya diajarkan baca tulis dan ilmu jiwa oleh ayah ibunya. Maklum lah, kedua orang tuanya adalah sepasang manusia ahli sihir yang sangat hebat di desa mereka.

Desa ayah dan ibu Raghnaya tepatnya berada di daerah laut timur india bernama desa mayong.

Desa tersebut memang terkenal sejak ratusan tahun lalu karna ilmu sihirnya hampir tiada bandingannya.

Sebagai anak satu satunya dari ahli sihir, tentu saja Naya di ajarkan dasar dasar ilmu itu oleh ayah ibunya.

Pagi itu, Raghnaya sedang duduk mengaitkan kedua kakinya serta mengatur napas sambil memejamkan mata.

Apapun keadaan disekelilingnya, dia tidak boleh membuka mata meski pun ada suara berisik atau binatang buas sekalipun.

Tak lama Naya melakukan semedi, tiba tiba seekor burung elang raksasa berkaok di angkasa mengitarinya. Hal itu menjadi tanda bahwa semedi Naya harus segera di hentikan.

Begitulah kesehariannya saat ayah dan ibunya sibuk mencari makanan dan rempah rempah untuk kebutuhan mereka bertiga.

Hari hari di lalui Naya dengan sangat menyenangkan meskipun bagi sebagian orang hal itu sungguh sangat amat membosankan.

###~***~###

Di dalam sebuah ruangan istana yang megah, terlihat kakek berambut putih yang tidak lain adalah Xiansu sedang di adili oleh hakim dan kaisar kerajaan Qing yang lebih dikenal dengan sebutan Guangsu.

"Xiansu, taukah engkau apa dosamu?" Seruan kaisar terlihat sangat marah.

"Tidak yang mulia. Saya tidak mengerti mengapa saya di sidang seperti ini". Jawab Xiansu yang memang setibanya di kota raja, langsung di sergap oleh pengawal baju merah kerajaan.

"Bukankah sepasang pedang pusaka kau sembunyikan? Lekas katakan, dimana benda milik kerajaan itu kau simpan!"

Mendengar tuduhan sri baginda, Xiansu bertambah maklum bahwa dia telah di fitnah.

"Benar yang mulia, saya mengambilnya dari hartawan Ki dan saya simpan di tempat pribadi saya". Jawaban Xiansu membuat seisi ruangan kaget.

Tiba tiba terdengar suara lantang,

"Bohong, kau yang mencurinya, kau tuduh aku yang mencuri, dasar setan tua". Terlihat seorang pria gemuk yang tak lain adalah hartawan Ki.

"Saya punya bukti dan saksi yang mulia". Lanjut Xiansu tak menghiraukan kata kata hartawan gendut itu.

Saat itu, masuklah selusin tentara bersama panglima Bu yang membawa tiga orang remaja.

"Hormat kepada sri baginda. Yang mulia, kamilah saksi Xiansu yang ikut dalam pengejaran hartawan Ki sampai kami di penjara di ruang bawah tanah rumahnya".

Ucapan panglima Bu membuat wajah hartawan Ki pucat.

"Sudahlah, jangan banyak bersandiwara kalian. Pengawal, tangkap panglima Bu beserta seluruh antek anteknya. Hukum pancung mereka. Sedangkan Xiansu, mengingat budi baiknya kepadaku, kau dihukum buang 10 tahun ke luar wilayah kerajaan".

Mendengar keputusan kaisar yang terang terang membela sepihak, Xiansu dengan wajah tersenyum getir berkata,

"Kalau bisa, biarlah hamba yang dipancung, panglima Bu yang dibuang. Jangan hukum pancung mereka karena kesalahan yang hamba buat".

"Hei kaisar, jangan seenaknya menuduh kek Xiansu. Orang itulah penjahat sebenarnya. Hukum aku saja dan bebaskan semua orang ini". Dengan kemarahan meluap, Siaw Jin berdiri menentang pandang mata kaisar sambil menunjuk muka hartawan Ki.

"Sh, siapa anak ini?" Tanya kaisar sedikit tergagap.

"Aku adalah Siaw Jin, Lim Siaw Jin". Sahut Siaw jin dengan berapi api.

Terlihat wajah kaisar sedikit berubah. Namun kaisar segera berteriak lantang,

"Sidang di tunda sampai esok pagi".

Hartawan Ki saling lirik dengan panglima muda dan kepala Thaikham yang ada di ruangan itu.

Setelah kaisar masuk, semua orang yang berlutut pun kembali berdiri. Xiansu segera dibawa ke kamarnya di ikuti Siaw Jin, Siaw Gin, Siaw Kim dan panglima Bu.

Sesampainya mereka berempat di kamar Xiansu, mereka segera melakukan perbincangan rahasia dengan suara pelan.

Meskipun para pengawal istana meninggalkan mereka di situ, namun penjagaan di luar sangat lah ketat.

Baru lima menit mereka berunding, tiba tiba pintu kamar Xiansu di buka oleh kepala jaga yang segera berkata,

"Xiansu, atas perintah baginda kaisar, anda dan anak itu segera menghadap". Sambil menunjuk Siaw Jin, kepala jaga bersikap menunggu mereka berdua.

Xiansu segera di kawal menuju ke kamar baginda kaisar di ikuti Siaw Jin di belakangnya.

Sesampainya mereka berdua di sana, Sang kaisar telah menunggu mereka bersama seorang selir kesayangan baginda.

"Xiansu, benarkah dia anakku?" Tanya kaisar kepada kakek rambut putih tersebut.

"Benar baginda. Dia adalah putra mahkota yang aku temukan di dusun Pek Yang".

"Anakku,,". Seruan selir baginda kaisar sambil berlari ingin memeluk Siaw Jin.

Namun Siaw Jin yang kaget, segera menghindar sembunyi dibalik tubuh Xiansu.

"Siaw Jin, beliau adalah ibumu, ibu kandung mu. Dan kaisar sendiri adalah ayahmu". Ucapan Xiansu bagai petir menyambar kepala Siaw Jin.

"Tidak kek, jika wanita ini ibuku, aku masih bisa terima. Tapi kalau pria itu, tentu dia bukan ayahku. Mana ada seorang ayah mau menghukum orang yang telah menyelamatkan anaknya dan malah membebaskan si gendut yang telah meracuniku". Sahutan Siaw Jin dengan suara lantang membuat wajah kaisar yang nampak tua itu tambah berkerut.

"Kau tidak mengerti urusan orang dewasa. kau masih kecil nak". Seru sri baginda kaisar menahan perih hati yang ingin meluncur keluar melalui tangisnya.

"Terserah apa kata kalian". Jawab Siaw Jin sambil berbalik menarik tangan Xiansu ke arah luar pintu kamar tersebut.

BERSAMBUNG. . .

Episodes
1 Awal Mula
2 Jebakan Licik
3 Bentrokan Awal
4 Fitnah Membara
5 Hancurnya Harapan
6 Petualangan
7 Perjalanan Aneh
8 Pengalaman Besar
9 Suratan Takdir
10 Guru Yang Unik
11 Pertemuan 3 Gadis Cilik
12 Latihan Berat
13 Kemelut Kerajaan
14 Misi Sang Jenderal
15 Bocah Sakti
16 Siaw Jin Tertangkap
17 Pemberontakan Kecil
18 Kekalahan Menyakitkan
19 Melatih Bakat Alami
20 Reuni Terselubung
21 Penyesalan Kecil
22 Perbuatan Terkutuk
23 Rencana Apik
24 Siasat Balasan
25 Mangkatnya Kaisar
26 Butiran Cinta Nyata
27 Pengumuman
28 Kehancuran Pemberontak
29 Tiga Pedang Pusaka
30 Dendam Kesumat
31 Takdir Alamiah
32 Waktu Berlalu
33 Hampir Menjadi Korban
34 Menghimpun Kekuatan
35 Membongkar Sekte Sesat
36 Tugas Baru
37 Mengikat Janji
38 Iblis Hitam
39 Mengukir Nama Harum
40 Spot Jantung
41 Cinta Kedua Bersemi
42 Memasuki Tempat Rahasia
43 Melawan Jiwa Iblis
44 Kewajiban Diri
45 Sandiwara Dara Jelita
46 Memastikan Kecurigaan
47 Kenyataan Yang Pedih
48 Hal Tak Terduga
49 Sesuatu Yang Baru
50 Menolong Orang Baik
51 Hajaran Keras
52 Prasangka Kuat
53 Persiapan Pibu
54 Timbulnya Keikhlasan
55 Sistem Eliminasi
56 Suasana Kacau Balau
57 Metode Pibu Lanjutan
58 Terpilihnya Bengcu
59 Membungkam Kesombongan
60 Kisah Cinta Bengcu
61 Persekongkolan Rahasia
62 Pergerakan Musuh
63 Musuh Dalam Selimut
64 Bencana Kecil
65 Rencana Licik
66 Kehancuran Bengcu
67 Perubahan Besar
68 Petualang Rahasia
69 Amukan Sadis
70 Mendapat Luka
71 Merawat Luka
72 Ancaman Menakutkan
73 Kejadian Buruk Terjadi
74 Pertaruhan Nyawa
75 Kemenangan Semu
76 Tipuan Sang Koksu
77 Menembus Penjagaan
78 Samaran Baru
79 Sandiwara Menyakitkan
80 Pengepungan Bunga Merah
81 Rahasia Masa Lalu
82 Mengejar Pasukan
83 Pertaubatan Setian Lama
84 Memburu Musuh
85 Serangan Pancingan
86 Sandiwara Kematian
87 Pengakuan Terberat
88 Keajaiban Cinta
89 Kabar Gembira
90 Gerakan Gertakan
91 Awal Kehancuran
92 Pembebasan Bersyarat
93 Godaan Si Cantik Jelita
94 Memupuk Kekuatan
95 Sergapan Tiba Tiba
96 Persiapan Perang Tanding
97 Hilangnya Keangkuhan
98 Serangan Balik
99 Duka Mendalam
100 Bukan Yang Dicari
101 Bertemu Orang Baru
102 Menyusul Ke Bhutan
103 Taktik Cinta
104 Menjadi Calon Tamu
105 Masuk Tanpa Undangan
106 Cinta Yang Baru
107 Yang Di Rahasiakan
108 Rancangan Terakhir
109 Pukulan Terakhir
110 Akibat Cinta
111 Keputusan Terakhir
112 Penyelamatan Terakhir
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Mula
2
Jebakan Licik
3
Bentrokan Awal
4
Fitnah Membara
5
Hancurnya Harapan
6
Petualangan
7
Perjalanan Aneh
8
Pengalaman Besar
9
Suratan Takdir
10
Guru Yang Unik
11
Pertemuan 3 Gadis Cilik
12
Latihan Berat
13
Kemelut Kerajaan
14
Misi Sang Jenderal
15
Bocah Sakti
16
Siaw Jin Tertangkap
17
Pemberontakan Kecil
18
Kekalahan Menyakitkan
19
Melatih Bakat Alami
20
Reuni Terselubung
21
Penyesalan Kecil
22
Perbuatan Terkutuk
23
Rencana Apik
24
Siasat Balasan
25
Mangkatnya Kaisar
26
Butiran Cinta Nyata
27
Pengumuman
28
Kehancuran Pemberontak
29
Tiga Pedang Pusaka
30
Dendam Kesumat
31
Takdir Alamiah
32
Waktu Berlalu
33
Hampir Menjadi Korban
34
Menghimpun Kekuatan
35
Membongkar Sekte Sesat
36
Tugas Baru
37
Mengikat Janji
38
Iblis Hitam
39
Mengukir Nama Harum
40
Spot Jantung
41
Cinta Kedua Bersemi
42
Memasuki Tempat Rahasia
43
Melawan Jiwa Iblis
44
Kewajiban Diri
45
Sandiwara Dara Jelita
46
Memastikan Kecurigaan
47
Kenyataan Yang Pedih
48
Hal Tak Terduga
49
Sesuatu Yang Baru
50
Menolong Orang Baik
51
Hajaran Keras
52
Prasangka Kuat
53
Persiapan Pibu
54
Timbulnya Keikhlasan
55
Sistem Eliminasi
56
Suasana Kacau Balau
57
Metode Pibu Lanjutan
58
Terpilihnya Bengcu
59
Membungkam Kesombongan
60
Kisah Cinta Bengcu
61
Persekongkolan Rahasia
62
Pergerakan Musuh
63
Musuh Dalam Selimut
64
Bencana Kecil
65
Rencana Licik
66
Kehancuran Bengcu
67
Perubahan Besar
68
Petualang Rahasia
69
Amukan Sadis
70
Mendapat Luka
71
Merawat Luka
72
Ancaman Menakutkan
73
Kejadian Buruk Terjadi
74
Pertaruhan Nyawa
75
Kemenangan Semu
76
Tipuan Sang Koksu
77
Menembus Penjagaan
78
Samaran Baru
79
Sandiwara Menyakitkan
80
Pengepungan Bunga Merah
81
Rahasia Masa Lalu
82
Mengejar Pasukan
83
Pertaubatan Setian Lama
84
Memburu Musuh
85
Serangan Pancingan
86
Sandiwara Kematian
87
Pengakuan Terberat
88
Keajaiban Cinta
89
Kabar Gembira
90
Gerakan Gertakan
91
Awal Kehancuran
92
Pembebasan Bersyarat
93
Godaan Si Cantik Jelita
94
Memupuk Kekuatan
95
Sergapan Tiba Tiba
96
Persiapan Perang Tanding
97
Hilangnya Keangkuhan
98
Serangan Balik
99
Duka Mendalam
100
Bukan Yang Dicari
101
Bertemu Orang Baru
102
Menyusul Ke Bhutan
103
Taktik Cinta
104
Menjadi Calon Tamu
105
Masuk Tanpa Undangan
106
Cinta Yang Baru
107
Yang Di Rahasiakan
108
Rancangan Terakhir
109
Pukulan Terakhir
110
Akibat Cinta
111
Keputusan Terakhir
112
Penyelamatan Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!