Bab 20. Waktu jelang subuh

Marlon pulang ke rumah bersama anak buahnya tepat di pukul dua belas. Ia melihat Reiner barusaja mandi ketika ia dan supirnya menginjakkan kakinya ke dalam rumah.

"Kau sudah pulang?" tegur Reiner sembari menyalakan rokoknya dan memegang segelas alkohol.

Marlon mengangguk sembari memindai tampilan Reiner. Apakah pria itu baru saja 'memakan' Rachel? Kini Marlon yakin bila bos-nya itu sebenarnya memang tertarik kepada Rachel.

"Pria tadi bernama Samuel. Dari penyelidikan yang di lakukan Leon, ternyata dia merupakan salah seorang teman Bryan. Memiliki tempat perjudian ilegal di Vuma!"

Maka gelas yang sedang berada di tangan Reiner langsung pecah karena ia remas. Pria itu menjadi terpancing emosinya.

"Apa dia sengaja menggoda Rachel?" tanya Reiner tanpa terlihat kesakitan.

Marlon mendekati Rainer lalu mengambil sapu tangan dan mengelap tangan Reiner yang terluka akibat pecahan beling.

"Tuan, musuh anda tidak lah sedikit. Adalah sangat baik jika anda tidak lagi membawa nona Rachel untuk urusan pekerjaan!" Marlon memberi saran kepada bos-nya karena semua ini dinilai riskan. Takut kalau Samuel memiliki motif lain padahal semua itu hanya murni pertemuan tak di sengaja.

"Tapi dia bisa kabur kalau tidak aku bawa!" sergah Reiner kurang setuju dengan nasihat Marlon.

Marlon melipat kembali sapu tangan penuh darah itu. "Selama Ayahnya dirawat, dia tidak akan berani kabur!" Marlon menyahuti dengan muka serius.

Membuat Reiner terlihat menimbang-nimbang saran tangan kanannya itu. "Kau yakin?"

Marlon mengangguk penuh keyakinan.

"Sebab saya yakin jika sebenarnya anda memiliki perasaan lain kepada nona Rachel."

"Baiklah. Kita pulang saja sekarang. Kau urus sisanya!"

Marlon kembali membungkuk penuh rasa hormat.

Beberapa saat kemudian, Reiner tampak mendatangi Rachel yang sudah terlelap di kamar. Ia duduk pelan-pelan sembari mencium bibir gadis itu. Rachel yang mendapat sentuhan dan merasa terusik seketika bangun.

Ia terkejut begitu melihat Reiner yang hanya mengenakan celana panjang tanpa baju, duduk di tepi ranjang. Pria itu tidak tersenyum namun juga tidak terlihat marah.

"Apa masih sakit?" tanya Reiner yang langsung tahu hal yang mungkin di derita Rachel.

"Kenapa kau bertanya bodoh. Kau tidak lihat milik mu sebesar apa?" Rachel menggerutu dalam hati.

Merasa tak ada jawaban, Reiner lalu mengusap pelan rambut Rachel lalu menciumi nya. "Kau tahu aku tidak suka kalau kau melakukan hal seperti itu lagi, hm?"

Rachel terdiam sewaktu Reiner menciumi rambut dan beralih ke pipinya. Melawan pun percuma. Kini ia harus paham bila Reiner benar-benar pria gila yang sukar di tebak sikapnya.

"Padahal, aku sudah sangat suka kalau kau bersikap menurut dan tidak membangkang!"

Rachel masih terdiam saat pria itu menciumi pipinya. Namun saat begitu, tanpa sengaja ia melihat luka di telapak tangan Reiner. Membuatnya terkejut.

"Kita akan pulang sekarang!"

Rachel terhenyak dan bahkan tak jadi bertanya soal luka yang tercipta di telapak tangan Reiner, karena terfokus dengan ucapan Reiner barusan.

Tunggu dulu, bukankah Marlon berkata bila dia akan di sana selama tiga hari? Kenapa sekarang dia tiba-tiba mengajaknya pulang?Ah bodo amat, yang terpenting ia bisa segera bertemu ayahnya. Persetan soal mengapa Reiner tiba-tiba mengajaknya pulang.

Rachel mengira mereka akan pulang bersama, tapi ternyata Marlon dan sang supir masih berada di sana. Membuat hati Rachel kian bertanya-tanya. Apakah semua ini ada kaitannya dengan kejadian di bar tadi?

Sepanjang perjalanan, Reiner juga terlihat lebih diam. Rachel pun jadi menduga-duga. Apa terjadi masalah lain? Oh ya ampun, kenapa ia ikutan jadi tidak tenang sih?

Karena tak ada komunikasi selama di perjalanan, Rachel akhirnya tertidur. Tentu saja, sehabis di 'hajar' tadi ia baru tidur sebentar dan langsung di bangunkan oleh Reiner. Ia benar-benar lelah.

Reiner akhirnya membangunkan Rachel saat announcement pesawat akan landing terdengar. Reiner kembali melu*mat bibir perempuan itu agar dia terbangun.

Rachel yang mendapat sentuhan dingin di bibirnya menjadi tergeragap. Ia hampir menjerit karena perbuat Reiner namun tidak jadi.

"Sudah sampai, betulkan posisi duduk mu!" kata Reiner yang langsung kembali ke mode cool.

"Astaga, apa tidak bisa dia membangunkan dengan cara yang normal? Aku kan jadi pusing kalau seperti ini!" Rachel menyatukan kedua alisnya memberengut. Kesal karena Reiner sungguh bukan pria wajar.

Mereka akhirnya turun dari pesawat bersama. Di airport, rupanya sudah ada Leon yang di hubungi Marlon untuk menjemput Reiner dan Rachel.

"Selamat datang tuan!" salam Leon sembari membungkuk hormat.

"Hmmm!"

Sejurus kemudian, Leon terlihat mendekat lalu membisikkan sesuatu di telinga Reiner dan langsung membuat wajah pria itu mengeras.

Rachel duduk di mobil dengan perasaan ingin tahu. Pasalnya, sejak keluar dari airport tadi raut wajah Reiner kembali seperti saat pertama ia bertemu. Kaku dan terlihat sangat jahat. Apa sebenarnya yang di katakan pria bernama Leon itu sehingga air muka Reiner langsung berubah keruh?

Dan setibanya mereka di mansion, barulah Rachel tahu sebab musabab muka Reiner mengeras.

Ia melihat perempuan tua yang masih terjaga di waktu dini hari. Perempuan tua itu terlihat sangat berkelas meskipun kerutan sudah memenuhi tiap inchi kulit putihnya.

"Siapa dia? Kemarin dia tidak ada?" Rachel penasaran.

"Akhirnya kau pulang juga!" kata perempuan itu menyambut Reiner yang wajahnya masih terlihat keruh.

Reiner terlihat malas menjawab. Dia lalu memerintahkan Leon untuk membawa Rachel masuk ke kamar.

"Antarkan dia!"

"Baik tuan!" Leon membungkuk hormat.

"Mari nona, saya antar!"

Rachel sempat melihat ke arah Reiner, tapi pria itu terlihat sangat kesal. Ia lalu tertunduk sebab tatapan wanita itu terhadapnya sangat tak ramah. Semacam tak suka cenderung menghina.

Saat berjalan bersama Leon, sayup-sayup ia mendengar Reiner yang di cecar pertanyaan oleh wanita tua itu.

"Kau membawa pulang perempuan tidak jelas lagi?"

"Dia mengatakan aku wanita tidak jelas? Apa Reiner sering membawa wanita lain sebelumnya?"

Reiner terlihat tak suka dengan bahasa yang di gunakan oleh neneknya. Reiner maju dan menatap tajam wajah perempuan tua itu.

"Mau apa kau kemari? Kalau kedatangan mu hanya ingin meminta ku untuk menjadi pejabat, maaf. Jawabanku masih sama!"

"Begitu kah caramu berbicara dengan nenek mu Reiner Sebastian?"

Reiner menghentikan langkahnya lalu berbalik. "Jangan ganggu hidup ku!"

Nenek Reiner terlihat kesal dengan cucunya yang selalu memiliki sikap kasar dan buruk seperti itu. Ia bukannya tak tahu apa yang di lakukan oleh cucunya, tapi Reiner benar-benar sulit untuk di taklukkan.

Di kamar, Rachel jadi kepikiran dengan siapa sosok wanita tua yang menyebutnya wanita tidak jelas tadi. Namun baru saja akan berganti pakaian, Rainer tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu dan langsung melempar tubuhnya ke atas ranjang. Reiner memejamkan di sana.

Rachel terbengong-bengong, wajah Reiner terlihat lelah sekali. Ia cepat-cepat meneruskan mengganti pakaian. Saat hendak berjalan menuju sofa, Reiner yang matanya terpejam tiba-tiba bersuara, "Mau kemana kau, cepat kemari!"

Rachel terkejut dan langsung mendecak, jadi dia tidak tidur?

Dengan hati-hati Rachel mendekat dan merayap ke ranjang. Namun tangan kekar itu tiba-tiba menarik lalu memeluk tubuhnya.

"Tidurlah. Bukankah besok kau ingin bertemu Ayahmu?"

Rachel sampai mencubit lengannya sendiri demi memastikan jika dia tidak sedang bermimpi. Ia menoleh dan tak sengaja malah menabrak hidung dan bibir Reiner yang sudah mulai mengeluarkan napas teratur. Aroma tubuh pria itu benar-benar masuki sekali. Ia jadi merinding.

Dan jika di lihat dari jarak dekat seperti ini, Reiner memang sangat tampan. Alis tebalnya membingkai wajah kokoh. Sayangnya sikap pria itu kadang seperti iblis. Menyakitinya tanpa pernah meminta maaf.

Merasa tak ada pergerakan karena Reiner sepertinya benar-benar sudah tertidur, Rachel kembali memunggungi Reiner. Biarlah seperti ini dulu, Rachel rasa pengorbanannya tak akan sia-sia karena beberapa waktu kemudian dia pasti akan bertemu sang Ayah.

Waktu jelang subuh itu pun berakhir dengan Rachel yang tidur sembari di peluk oleh Reiner yang jauh di dalam hatinya memendam beribu luka.

Terpopuler

Comments

Yumna

Yumna

Sama2 mom engg🥰🫶🏻

2024-12-03

1

Mommy Eng

Mommy Eng

Terimakasih kak selalu jadi pembaca setia ku 🙏🤗

2024-12-03

3

Yumna

Yumna

Berat banget pasti hidupnya rainer smpe dy jadi smpe kyk bgni….

2024-12-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tersugesti fantasi
2 Bab 2. Cara Reiner
3 Bab 3. Pria mengerikan
4 Bab 4. Main ganti aja
5 Bab 5. Tersinggung dan marah
6 Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7 Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8 Bab 8. Dangerous Man
9 Bab 9. Menurut lah padaku!
10 Bab 10. Heartless
11 Bab 11. Kau sakit Reiner!
12 Bab 12. Dia dan hidupnya
13 Bab 13. Sebenarnya peduli
14 Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15 Bab 15. Anti Depresan?
16 Bab 16. Over protektif
17 Bab 17. Kau candu ku
18 Bab 18. Pria otoriter
19 Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20 Bab 20. Waktu jelang subuh
21 Bab 21. Ternyata dia baik
22 Bab 22. Dia adalah ketua
23 Bab 23. Khawatir
24 Bab 24. Bertemu sahabat
25 Bab 25. Marlon di hajar
26 Bab 26. Penawar marah
27 Bab 27. Intervensi keluarga
28 Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29 Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30 Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31 Bab 31. Agar adil
32 Bab 32. Mual lagi?
33 Bab 33. Terlambat datang bulan?
34 Bab 34. Pernyataan Dilan
35 Bab 35. Hamil
36 Bab 36. Akhir Helen
37 Bab 37. Serangan untuk Reiner
38 Bab 38. Membelot?
39 Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40 Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41 Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42 Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43 Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44 Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45 Bab 45. Keterkejutan Reiner
46 Bab 46. Karena aku menyukaimu
47 Bab 47. Semua ada bagiannya
48 Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49 Bab 49. Pergi dengan tenang
50 Bab 50. Tidur di pangkuan
51 Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52 Bab 52. Namanya juga kangen
53 Bab 53. Hati seorang Ayah
54 Bab 54. Kesedihan Rachel
55 Bab 55. Sisi lain Reiner
56 Bab 56. Karma
57 Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58 Bab 58. Bertemu pria itu
59 Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60 Bab 60. Jadi melankolis
61 Bab 61. Romansa side story
62 Bab 62. Sentuhan ajaib
63 Bab 63. Akan melahirkan
64 Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65 Bab 65. Namanya Zyon
66 Bab 66. Jangan marah lagi
67 Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68 Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69 Bab 69. Satu VS Tiga
70 Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71 Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72 Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73 Bab 73. Rachel tahu
74 Bab 74. Nasihat kakak ipar
75 Bab 75. Perbincangan suami istri
76 Bab 76. Satu bagian penebusan
77 Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78 Bab 78. Pain to be happy
79 Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80 Bab 80. Bos yang baik
81 Bab 81. The end
82 Attention!
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Tersugesti fantasi
2
Bab 2. Cara Reiner
3
Bab 3. Pria mengerikan
4
Bab 4. Main ganti aja
5
Bab 5. Tersinggung dan marah
6
Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7
Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8
Bab 8. Dangerous Man
9
Bab 9. Menurut lah padaku!
10
Bab 10. Heartless
11
Bab 11. Kau sakit Reiner!
12
Bab 12. Dia dan hidupnya
13
Bab 13. Sebenarnya peduli
14
Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15
Bab 15. Anti Depresan?
16
Bab 16. Over protektif
17
Bab 17. Kau candu ku
18
Bab 18. Pria otoriter
19
Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20
Bab 20. Waktu jelang subuh
21
Bab 21. Ternyata dia baik
22
Bab 22. Dia adalah ketua
23
Bab 23. Khawatir
24
Bab 24. Bertemu sahabat
25
Bab 25. Marlon di hajar
26
Bab 26. Penawar marah
27
Bab 27. Intervensi keluarga
28
Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29
Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30
Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31
Bab 31. Agar adil
32
Bab 32. Mual lagi?
33
Bab 33. Terlambat datang bulan?
34
Bab 34. Pernyataan Dilan
35
Bab 35. Hamil
36
Bab 36. Akhir Helen
37
Bab 37. Serangan untuk Reiner
38
Bab 38. Membelot?
39
Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40
Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41
Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42
Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43
Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44
Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45
Bab 45. Keterkejutan Reiner
46
Bab 46. Karena aku menyukaimu
47
Bab 47. Semua ada bagiannya
48
Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49
Bab 49. Pergi dengan tenang
50
Bab 50. Tidur di pangkuan
51
Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52
Bab 52. Namanya juga kangen
53
Bab 53. Hati seorang Ayah
54
Bab 54. Kesedihan Rachel
55
Bab 55. Sisi lain Reiner
56
Bab 56. Karma
57
Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58
Bab 58. Bertemu pria itu
59
Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60
Bab 60. Jadi melankolis
61
Bab 61. Romansa side story
62
Bab 62. Sentuhan ajaib
63
Bab 63. Akan melahirkan
64
Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65
Bab 65. Namanya Zyon
66
Bab 66. Jangan marah lagi
67
Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68
Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69
Bab 69. Satu VS Tiga
70
Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71
Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72
Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73
Bab 73. Rachel tahu
74
Bab 74. Nasihat kakak ipar
75
Bab 75. Perbincangan suami istri
76
Bab 76. Satu bagian penebusan
77
Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78
Bab 78. Pain to be happy
79
Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80
Bab 80. Bos yang baik
81
Bab 81. The end
82
Attention!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!