Bab 2. Cara Reiner

Sepanjang perjalanan menuju tempat tinggalnya, Reiner tak berhenti memikirkan luka yang berada di tangan Rachel tadi. Sialan, kenapa dia bisa terganggu pikirannya hanya dengan melihat luka itu.

"Tuan, Leonardo meminta transaksi di lakukan besok malam. Mereka meminta orang-orang di dermaga kita amankan!" kata Marlon seketika memecah lamunannya.

"Lakukan saja. Aku percaya padamu!"

"Baik tuan!"

"Oh ya, aku mau kau menonaktifkan satu pelayan kamarku. Pindahkan satu orang itu ke tempat lain. Terserah kau atur saja!" titah Reiner cepat.

Marlon sebenarnya tak tahu kenapa Reiner memintanya melakukan itu. Tapi perintah Reiner adalah sebuah keharusan. Marlon akhirnya mengangguk sebagai jawaban.

Di lain pihak, Rachel yang di jam satu siang itu masih berada di rumah terlihat melamun usai menyuapi sang Ayah. Ayahnya terkena stroke. Tidak menanggung kerusakan mobil pria itu saja hidupnya sudah sangat semrawut, apalagi jika ia harus mau bekerja di sana. Apakah ia akan sanggup?

Ayahnya tiba-tiba menitikkan air mata begitu melihat Rachel yang sedari tadi melamun. Sementara sang Ibu tiri terlihat masuk dan berkata. "Obat ayahmu harus segera di tebus. Kapan kau akan mengambilnya?"

Rachel menoleh, "Secepatnya akan aku usahakan Bu. Kak Dilan baru datang besok!"

Ibu tiri hanya melengos tanpa menjawab lagi. Saat pukul tiga sore, Rachel masuk cafe dengan muka tak segar. Gina yang melihat itu tak bisa untuk tak bertanya, "Kenapa Hel, ayah kamu kambuh lagi?"

Rachel mengangguk dengan muka murung, "Seharusnya ayah memang perlu perawatan di rumah sakit Gin, tapi aku belum ada uang. Ini aja mau ambil obat aku mau ngajukan kasbon lagi ke kak Dilan."

Gina menatap murung rekannya itu. "Kamu pakai yang aku dulu aja!"

Rachel menggeleng menolak. "Nggak Gin, yang tempo hari aja aku belum bisa balikin. Aku minta maaf, aku gak bisa terima bantuan kamu lagi."

Gina tahu kesulitan teman seperjuangannya itu. Ia tahu jika Rachel memang perempuan yang memiliki prinsip. Tapi ia juga tak bisa memaksakan kehendaknya.

"Aku belum perlu kok, pakai aja dulu!"

Rachel bersikukuh menolak. Ia tak ingin persahabatannya rusak hanya karena uang. Apalagi, ia masih memiliki pinjaman yang berjumlah tak sedikit pada rekannya itu.

Ia akhirnya bekerja seperti biasanya. Melayani para tamu, mengelap meja, dan sesekali membatu pekerjaan yang lain di pantry. Tepat pukul tujuh malam, ia beristirahat dan makan. Saat masih mengistirahatkan diri, sebuah pesan tiba-tiba masuk.

"Jangan bilang kau bakal kabur dan tidak bertanggungjawab. Aku bakal datang ke rumahmu dan meminta uang itu ke orangtua mu kalau kau mencoba-coba kabur!"

Sembari tersedak, Rachel menatap tak percaya sederet nomor yang mengirimkannya pesan beranda ancaman. Ia terheran-heran, dari mana pria itu mendapatkan nomornya.

"Kenapa dia dengan mudahnya punya nomorku? Apakah dia benar-benar polisi?" batinnya gelisah.

Ia pulang dengan pikiran yang masih penuh dengan beban. Kalau pria itu sampai beneran datang ke rumahnya, keadaan ayahnya pasti akan semakin parah. Usai berperang dengan pikirannya sendiri, ia mendecak lalu memutar motornya mencari alamat mansion yang di berikan oleh Reiner.

Setibanya ia di sana, ia sangat tak percaya kala melihat rumah mewah yang pilarnya menjulang tinggi seperti museum. Luas bangunan itu hampir sama seperti luas lapangan bola. Ia jadi tak yakin kalau pria itu adalah seorang polisi. Mana ada polisi yang kaya banget seperti ini.

Dengan penuh keyakinan, ia menekan bel di luar sebanyak tiga kali. Tanpa menunggu lama, seorang pria terlihat datang lalu membukakan pintu gerbang tinggi itu dan mempersilahkannya masuk.

"Anda siapa?Ada yang bisa saya bantu?" tanya pria itu masih terdengar sopan meksipun wajahnya cukup menyeramkan.

"Emmm, saya diminta datang kemari. Apakah ini betul alamat tuan Reiner?" kata Rachel seraya menyerahkan kartu nama pada pria itu.

Tangan pria itu terulur menerima kartu berwarna hitam. Ia lalu menelpon seseorang dan beberapa detik kemudian mengangguk paham.

"Bos ada di dalam. Silahkan masuk!" ucap pria tersebut.

Begitu menginjakkan kaki ke area mansion yang banyak di tumbuhi pohon Cemara, Rachel semakin terkagum-kagum manakala melihat rumah besar yang pekarangan nya sungguh luas. Sejenak, ia merasa seperti sedang di permainkan. Sudah punya rumah semewah ini, kenapa harus memeras orang miskin macam dirinya?

"Tunggu di sini sebentar, saya panggil tuan Rei!" kata pria barusan.

Rachel mengangguk paham. Sembari menunggu, ia melanjutkan mengamati kemegahan yang tersuguh di depan sana. Sungguh ia merasa kerdil. Apa pekerjaan orang itu sehingga membuatnya memiliki kekayaan semacam ini? Sekolah dimana dia dulu?

Saat sedang sibuk mengamati beberapa pajangan mahal, derak langkah mengalihkan atensinya. Sesosok pria yang memiliki paras tampan namun terlihat begitu licik datang lalu duduk di hadapan Rachel.

"Sepertinya kau sudah memikirkannya!" kata Reiner yang tentu senang dengan kedatangan Rachel.

Rachel tak mau duduk dan langsung mengutarakan niat dan tujuannya.

"Aku tidak mau bertele-tele. Aku mau bekerja menjadi pembantu di rumah ini. Tapi aku harus menyesuaikan jadwalku di cafe. Semisal hari ini aku masuk sore, maka pagi aku akan bekerja. Jika masuk pagi, maka sore aku akan bekerja. Ku harap anda memiliki kebijaksanaan!" ucapnya memilih kata 'anda' sebab ia sungguh minder dengan pria di depannya.

Reiner tentu saja merasa senang sekaligus menang. Memang ini yang di inginkan. "Kapan kau akan mulai bekerja?"

"Besok!"

Reiner bangkit lalu berjalan mendekati Rachel yang berdiri. Rachel menelan ludahnya begitu wajah Reiner berisik lirih di telinganya.

"Jangan coba menipuku. Aku tidak suka di bohongi, kau dengar?"

Rachel yang degup jantungnya tak beraturan sebab wajah Reiner nyaris menyentuh wajahnya memilih langsung pergi dari tempat itu.

Reiner yang melihat wajah takut Rachel seketika tersenyum puas sebab dalam sekejap rencananya yang ia susun telah berhasil.

Sementara Rachel, lantaran mampir dulu ke mansion Reiner, ia jadi pulang terlalu malam. Setibanya di rumah ia mendapat tamparan keras dari sang Ibu.

PLAK!

"Kluyuran dari mana kamu, hah? Bukankah kamu sudah pulang dari tadi, hah? Aku susah susah ngurus bapakmu kamu malah enak-enak keluyuran. Gantian dong!" maki sang Ibu lantaran lelah seharian berjaga.

Sembari memegangi pipi yang terasa berdenyut dan panas, Rachel mencoba untuk tak melawan. "Maaf, Bu!" hanya itu yang bisa ia jawab.

Helen yang marah langsung pergi ke kamarnya sembari membanting pintu. Meninggalkan Rachael yang masih berdiri dengan pipi yang terasa sakit. Ia lalu pergi ke kamar Ayahnya. Ia menarik kursi lalu mengelus rambut putih pria itu dengan dada nelangsa.

Ia meletakkan kepalanya di sebelah kepala sang ayah sembari berucap, "Maafkan aku Ayah. Aku belum bisa membawa Ayah berobat!"

Tanpa bisa berbicara, air mata Ayah Rachel tiba-tiba meluncur. Dalam hatinya merasa begitu sedih merasakan keadaan mereka saat ini. Ingin rasanya ia mati saja daripada menjadi beban sang anak yang teramat ia cintai.

Terpopuler

Comments

reza indrayana

reza indrayana

air mata mengalir begitu saja..., begini amat jadi org tsk punya...😥😥😥

2025-01-19

1

Yumna

Yumna

Salah dikit main gampar aja dy…

2024-11-11

1

Yumna

Yumna

Kasar banget nih maktir🤬

2024-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tersugesti fantasi
2 Bab 2. Cara Reiner
3 Bab 3. Pria mengerikan
4 Bab 4. Main ganti aja
5 Bab 5. Tersinggung dan marah
6 Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7 Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8 Bab 8. Dangerous Man
9 Bab 9. Menurut lah padaku!
10 Bab 10. Heartless
11 Bab 11. Kau sakit Reiner!
12 Bab 12. Dia dan hidupnya
13 Bab 13. Sebenarnya peduli
14 Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15 Bab 15. Anti Depresan?
16 Bab 16. Over protektif
17 Bab 17. Kau candu ku
18 Bab 18. Pria otoriter
19 Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20 Bab 20. Waktu jelang subuh
21 Bab 21. Ternyata dia baik
22 Bab 22. Dia adalah ketua
23 Bab 23. Khawatir
24 Bab 24. Bertemu sahabat
25 Bab 25. Marlon di hajar
26 Bab 26. Penawar marah
27 Bab 27. Intervensi keluarga
28 Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29 Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30 Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31 Bab 31. Agar adil
32 Bab 32. Mual lagi?
33 Bab 33. Terlambat datang bulan?
34 Bab 34. Pernyataan Dilan
35 Bab 35. Hamil
36 Bab 36. Akhir Helen
37 Bab 37. Serangan untuk Reiner
38 Bab 38. Membelot?
39 Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40 Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41 Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42 Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43 Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44 Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45 Bab 45. Keterkejutan Reiner
46 Bab 46. Karena aku menyukaimu
47 Bab 47. Semua ada bagiannya
48 Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49 Bab 49. Pergi dengan tenang
50 Bab 50. Tidur di pangkuan
51 Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52 Bab 52. Namanya juga kangen
53 Bab 53. Hati seorang Ayah
54 Bab 54. Kesedihan Rachel
55 Bab 55. Sisi lain Reiner
56 Bab 56. Karma
57 Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58 Bab 58. Bertemu pria itu
59 Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60 Bab 60. Jadi melankolis
61 Bab 61. Romansa side story
62 Bab 62. Sentuhan ajaib
63 Bab 63. Akan melahirkan
64 Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65 Bab 65. Namanya Zyon
66 Bab 66. Jangan marah lagi
67 Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68 Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69 Bab 69. Satu VS Tiga
70 Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71 Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72 Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73 Bab 73. Rachel tahu
74 Bab 74. Nasihat kakak ipar
75 Bab 75. Perbincangan suami istri
76 Bab 76. Satu bagian penebusan
77 Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78 Bab 78. Pain to be happy
79 Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80 Bab 80. Bos yang baik
81 Bab 81. The end
82 Attention!
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Tersugesti fantasi
2
Bab 2. Cara Reiner
3
Bab 3. Pria mengerikan
4
Bab 4. Main ganti aja
5
Bab 5. Tersinggung dan marah
6
Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7
Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8
Bab 8. Dangerous Man
9
Bab 9. Menurut lah padaku!
10
Bab 10. Heartless
11
Bab 11. Kau sakit Reiner!
12
Bab 12. Dia dan hidupnya
13
Bab 13. Sebenarnya peduli
14
Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15
Bab 15. Anti Depresan?
16
Bab 16. Over protektif
17
Bab 17. Kau candu ku
18
Bab 18. Pria otoriter
19
Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20
Bab 20. Waktu jelang subuh
21
Bab 21. Ternyata dia baik
22
Bab 22. Dia adalah ketua
23
Bab 23. Khawatir
24
Bab 24. Bertemu sahabat
25
Bab 25. Marlon di hajar
26
Bab 26. Penawar marah
27
Bab 27. Intervensi keluarga
28
Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29
Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30
Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31
Bab 31. Agar adil
32
Bab 32. Mual lagi?
33
Bab 33. Terlambat datang bulan?
34
Bab 34. Pernyataan Dilan
35
Bab 35. Hamil
36
Bab 36. Akhir Helen
37
Bab 37. Serangan untuk Reiner
38
Bab 38. Membelot?
39
Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40
Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41
Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42
Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43
Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44
Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45
Bab 45. Keterkejutan Reiner
46
Bab 46. Karena aku menyukaimu
47
Bab 47. Semua ada bagiannya
48
Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49
Bab 49. Pergi dengan tenang
50
Bab 50. Tidur di pangkuan
51
Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52
Bab 52. Namanya juga kangen
53
Bab 53. Hati seorang Ayah
54
Bab 54. Kesedihan Rachel
55
Bab 55. Sisi lain Reiner
56
Bab 56. Karma
57
Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58
Bab 58. Bertemu pria itu
59
Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60
Bab 60. Jadi melankolis
61
Bab 61. Romansa side story
62
Bab 62. Sentuhan ajaib
63
Bab 63. Akan melahirkan
64
Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65
Bab 65. Namanya Zyon
66
Bab 66. Jangan marah lagi
67
Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68
Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69
Bab 69. Satu VS Tiga
70
Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71
Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72
Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73
Bab 73. Rachel tahu
74
Bab 74. Nasihat kakak ipar
75
Bab 75. Perbincangan suami istri
76
Bab 76. Satu bagian penebusan
77
Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78
Bab 78. Pain to be happy
79
Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80
Bab 80. Bos yang baik
81
Bab 81. The end
82
Attention!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!