Bab 4. Main ganti aja

Rasa takutnya terbawa sampai ke tempatnya bekerja. Bahkan, Dilan yang melihat wajah pias Rachel langsung menegurnya.

"Hel, kamu sakit? Kenapa kamu kelihatan pucat sekali?"

Rachel segera menggeleng. Apakah ketakutannya terlalu kentara?

"Maaf kak, mungkin karena belum make up. Aku touch up sebentar ya?" kilahnya memaksa tersenyum menutupi ketakutan.

Laki-laki ganteng berwajah kalem itu pun mengangguk. " Habis itu langsung ke ruangan ya, kita bahas yang tempo hari ingin kamu bicarakan!"

Dengan cepat Rachel mengangguk. Setibanya di toilet, ia dengan cepat memuntahkan isi perutnya karena mendadak mual demi teringat peristiwa tadi siang. Tak mau membuang waktu, ia lalu menambahkan lipstik agar wajah pucatnya tak kelihatan.

Meksipun hati dan pikiran sedang tak sinkron, lantaran seumur hidup ia baru melihat orang di tembak ya pas tadi, tapi ia tak boleh gegabah untuk memberitahu orang. Ia sungguh takut dengan Reiner saat ini. Pria itu pasti bukanlah polisi seperti dugaannya.

Namun ia benar-benar merasa sangat sulit untuk mengendalikan dirinya. Ia ingin bercerita ke semua orang akan apa yang ia lihat. Tapi ia sangat takut dengan ancaman Reiner tadi.

Pikiran yang gelisah tak terasa mempercepat jarak langkah menuju ruangan Dilan. Ia mengetuk pintu sebelum membukanya. Dilan melempar senyuman begitu melihat Rachel mengucapkan salam.

"Ayo masuk. Ada apa? Katanya kamu pingin ngomong sesuatu ke saya?" kata Dilan sembari membereskan beberapa berkas diatas mejanya.

Disinilah letak rasa sungkan pada Dilan berusaha Rachel tekan ke titik paling dasar. Ia sebenarnya malu dengan Dilan soal urusan uang, apalagi dia mengangumi sosok Dilan sedari dulu.

"Saya, berniat mengajukan pinjaman kalau boleh Kak. Saya akan membayarnya dengan tak mengambil libur salama satu tahun, jika itu di izinkan." kata Rachel ragu-ragu. Tapi ia sungguh tak memiliki pilihan lain.

Dilan menatap kasihan Rachel. "Buat berobat Ayah kamu lagi?" tebaknya.

Meksipun malu, tapi Rachel akhirnya mengangguk. "Terus terang saya tak bisa menjanjikan apapun selain jadwal libur saya yang bakal saya isi, Kak. Saya perlu uang itu!"

Dilan terlihat menimbang-nimbang sebelum akhirnya mengatakan, "Kirim nomor rekening kamu. Kamu butuh berapa?"

Rachel menyebutkan sebuh nominal kepada Dilan. Dilan mengangguk menyetujui. Lagipula, ia bisa menilai bila Rachel merupakan orang jujur.

"Nanti aku kabari kamu kalau sudah aku transfer!"

"Makasih banyak, kak!"

Dilan tersenyum. Rachel pamit undur diri meninggalkan pria ganteng itu. Ia lalu bekerja dengan giat seperti biasanya. Bedanya, hari ini ia sudah merasa sangat lelah sebab sebelum jam tujuh sudah bekerja.

Berkali-kali ia menguap. Alarm alami yang menandakan bila fisiknya perlu di istirahatkan.

Saat waktu pulang tiba, ia terkejut karena Dilan memanggilnya sewaktu di parkiran.

"Kak Dilan?" ucap Rachel begitu Dilan mendatanginya.

"Aku boleh bareng nggak? Sopir aku bilang mobilnya masuk bengkel!" terang Dilan tak bohong.

Maka Rachel seketika mengangguk. "Oh, boleh kak. Kita pulang bareng!"

Dilan meminta Rachel untuk mundur ke belakang agar ia bisa mengambil alih kemudi. Namun tanpa Rachel sadari, Reiner yang kini menurunkan kaca mobilnya terlihat menatap tak suka Rachel yang tampak bahagia kala berbicara dengan seorang pria.

"Ikuti dia Marlon!" titah Reiner dengan wajah tak senang.

"Baik tuan!"

Kesedihan Rachel seolah sirna ketika Dilan dengan suara ramahnya mengajaknya ngobrol di jalan. Meksipun harus mengeraskan suara dan Rachel musti menajamkan pendengaran karena suara angin yang was-wus. Ia tetap senang.

Baru kali ini ia bisa berbarengan dengan Dilan. Keharuman samar yang menguar dari punggung laki-laki kalem di depannya itu membuat cuping hidungnya terbuka. Rachel suka.

Dan Dilan rupanya meminta Rachel untuk menurunkannya di bengkel, dimana supirnya terlihat sudah selesai membetulkan mobilnya. Sepertinya mereka sudah janjian.

"Terimakasih banyak atas tumpangannya!"

"Sama-sama, kak Dilan. Kalau gitu aku duluan!"

Dilan mengangguk sembari melambaikan tangannya. Hanya dengan itu saja hati Rachel sudah terasa menghangat.

Motor kemudian Rachel lajukan kembali. Dan rupanya Reiner masih terus membuntuti. Sampai akhirnya ia melihat Rachel masuk ke sebuah rumah kecil yang ukurannya tak lebih luas dari kandang anjingnya di halaman belakang.

Melihat Rachel sudah masuk, Reiner meminta Marlon menjalankan kembali mobilnya.

***

Semalam, Reiner tak bisa tidur dan terusik hanya karena teringat raut ceria Rachel yang begitu ramah saat berbincang dengan laki-laki kemarin. Sangat berbeda sekali sewaktu berbicara dengannya yang terus menerus menunjukkan muka jutek.

"Transaksi sukses tuan!" ucap Marlon memberikan laporan. Sejenak mengalihkan kesumpekan yang membayangi.

"Hmmm!" jawabnya sembari menghabiskan segelas minuman. Terlihat penat.

"Aku tidak mau di ganggu hari ini. Siapapun yang ingin bertemu denganku kau handle!" kata Reiner.

Marlon membungkuk hormat. Ia jadi ikutan resah karena suasana hati bosnya terlihat kurang baik.

Semula, Reiner sudah mau menelpon Rachel karena hingga jam empat perempuan itu tidak datang. Namun ketukan di pintu pukul empat lewat dua menit membuatnya urung.

CEKLEK!

Ia menatap datar ke arah Rachel yang terlihat ngos-ngosan di mulut pintu. Apakah perempuan itu barusaja berlari?

"Kau telat satu jam dua menit." ucap Reiner sembari melihat jam di pergelangan tangannya. "Kau bilang kau akan tiba pukul tiga jika akan bekerja sore, hm?" Reiner menatap penuh intimidasi.

"Ban motorku bocor!" ucapnya masih mengatur napas.

Reiner beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke arah Rachel. Ia lalu melipat kedua tangannya menatap penuh intimidasi.

"Kenapa, apa motor jelekmu kelebihan muatan karena tadi malam kau gunakan berboncengan?"

Tangan Rachel mengepal kuat menahan kesal akibat di hina. Tapi, tunggu dulu. Darimana Reiner tahu bila semalam dia berboncengan?

"Maaf tuan. Saya sudah lelah, saya mau langsung bekerja dan tak mau berdebat!"

Tapi tangan kekar Reiner langsung menyeret lalu mendorong Rachel hingga punggungnya membentur dinding. Membuat Rachel kembali di serang ketakutan.

"Kau mencoba tak mengindahkan peraturan ku, hah?" Reiner melotot sampai urat merahnya kentara.

Rachel menelan ludah gugup. Pria di depannya itu sungguh menakutkan. Segala yang di tunjukkan sangat sulit ia tebak. Apakah boleh ia menyebutnya tak normal?

"Aku tidak bohong, tuan. Motoku memang bocor tadi!"

"Marlon!" teriak Reiner dengan nada tinggi.

"Marlon!"

Teriakan yang menggema membuat Marlon datang dengan wajah panik. Ia lalu mendekat ke arah Reiner yang kini masih membelenggu posisi Rachel.

"Buang motor perempuan ini dan ganti dengan yang baru, sekarang juga!" teriak Reiner masih menatap tajam Rachel yang ketakutan setengah mati.

Marlon langsung mengangguk kemudian bergegas pergi.

"Apa-apaan kau main buang motorku? Kau menyebutnya jelek dan busuk? Hey, itu hasil kerja kerasku!" ia bahkan lupa tak menggunakan kata-kata sopan seperti yang sempat ia ucapkan.

"Aku tidak peduli. Kau jangan bermain-main denganku!"

Rachel hampir menumpahkan air matanya karena teriakan Reiner tak kunjung mereda. Selain takut, ia benar-benar bingung dengan tempramen Reiner yang sukar di tebak. Melihat Rachel menitikkan air matanya, Reiner langsung pergi sembari membanting pintu kamarnya.

BRAK

Setibanya ia di ruangan lain, Reiner menjambak rambutnya sendiri. Menduga Rachel terlambat dan menghubungkannya dengan lelaki tempo hari sungguh menyulut emosinya. Ia lalu membuka tutup botol minuman di meja kerjanya lalu menuangkan ke gelas sembari meminumnya dengan gusar.

Rachel yang di tinggal seorang diri di kamar terlihat menghapus air mata yang membasahi pipinya. Ia memilih mulai melakukan tugasnya daripada meratapi nasib. Ia mengambil perlengkapan kebersihan yang tersimpan di sebuah ruangan khusus di kamar Reiner. Meskipun dengan tubuh yang lelah, ia terus menjalan tugasnya. Memvacum sofa, kasur, mengelap kaca jendela, mengepel lantai dan membersihkan toilet serta kamar mandi.

Staminanya bener-bener telah terkikis. Tak mengira jika melakukan pekerjaan ganda bakal semelelahkan seperti saat ini.

Ia melihat ke arah jam dan menunjukkan hampir pukul delapan malam. Ia bersiap-siap untuk pergi namun Reiner tiba-tiba menghadang.

"Hari ini peringatan pertama sekaligus terkahir. Kalau ada kendala segera beritahu. Bukankah aku sudah pernah berkirim pesan padamu?"

Matilah dia. Bahkan nomor Reiner sudah ia hapus karena merasa bukan orang penting dalam hidupnya.

"Kenapa kau diam. Kamarikan ponselmu!"

"Tidak perlu. Aku masih menyimpan nomormu!" kilahnya menyembunyikan ketakutan

"Benarkah, tunjukkan kalau begitu!"

Rachel kebingungan. Dan Reiner yang melihat hal itu menjadi kesal.

"Mana hapemu!" ia berteriak dan membuat Rachel berjingkat.

Dengan takut Rachel menyerahkan ponselnya. Ia melihat chat dan tak mendapati nomornya ada di sana.

"Kau sungguh, menghapus nomorku?" Reiner terlihat marah.

Maka Rachel terpaksa angkat bicara. "Maaf tuan. Memori ponselku penuh. Aku setiap hari harus membersihkan data di ponselku termasuk beberapa pesan!"

Reiner tak menjawab dan sibuk memeriksa pesan yang masuk. Ia makin kesal ketika melihat ada nama 'Kak Dilan ❤️' di ponselnya.

"Siapa Dilan?" tanyanya dengan muka tak suka.

"Bukan siapa-siapa!"

"Bukan siapa-siapa tapi pakai emoticon hati. Wow, bukan siapa-siapa!" entah mengapa Reiner jadi sangat marah.

Rachel kesal dengan kelancangan Reiner. Ia lalu merebut kembali ponselnya dengan kasar.

"Maaf tuan. Saya tahu saya memiliki hutang yang besar pada anda. Tapi bukan berarti anda seenaknya terhadap privasi saya. Saya minta maaf atas kesalahan saya hari ini. Saya tidak akan mengulanginya besok!" sambar Rachel yang harus segera pulang sebab jika ia terlambat Helen pasti akan memukulinya lagi.

Reiner terdiam ketika Rachel berbalik pergi usai mengatakan hal itu. Dan ketika sampai di parkiran, Rachel seketika terkejut sebab motonya benar-benar sudah berganti dengan motor keluaran terbaru.

"Dimana motorku?"

Marlon segera mendatangi Rachel. "Nona. Saya sarankan besok jangan terlambat lagi!"

"Ta-tapi, kemana motor lamaku?"

Marlon menyerahkan sebuah kunci. "Mulai hari ini, ini motor anda!"

Terpopuler

Comments

putrie_07

putrie_07

anjrrr rmhny lebih luas dari PD kandang anjingny yg d blkanggg😩😩

2025-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Tersugesti fantasi
2 Bab 2. Cara Reiner
3 Bab 3. Pria mengerikan
4 Bab 4. Main ganti aja
5 Bab 5. Tersinggung dan marah
6 Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7 Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8 Bab 8. Dangerous Man
9 Bab 9. Menurut lah padaku!
10 Bab 10. Heartless
11 Bab 11. Kau sakit Reiner!
12 Bab 12. Dia dan hidupnya
13 Bab 13. Sebenarnya peduli
14 Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15 Bab 15. Anti Depresan?
16 Bab 16. Over protektif
17 Bab 17. Kau candu ku
18 Bab 18. Pria otoriter
19 Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20 Bab 20. Waktu jelang subuh
21 Bab 21. Ternyata dia baik
22 Bab 22. Dia adalah ketua
23 Bab 23. Khawatir
24 Bab 24. Bertemu sahabat
25 Bab 25. Marlon di hajar
26 Bab 26. Penawar marah
27 Bab 27. Intervensi keluarga
28 Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29 Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30 Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31 Bab 31. Agar adil
32 Bab 32. Mual lagi?
33 Bab 33. Terlambat datang bulan?
34 Bab 34. Pernyataan Dilan
35 Bab 35. Hamil
36 Bab 36. Akhir Helen
37 Bab 37. Serangan untuk Reiner
38 Bab 38. Membelot?
39 Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40 Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41 Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42 Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43 Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44 Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45 Bab 45. Keterkejutan Reiner
46 Bab 46. Karena aku menyukaimu
47 Bab 47. Semua ada bagiannya
48 Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49 Bab 49. Pergi dengan tenang
50 Bab 50. Tidur di pangkuan
51 Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52 Bab 52. Namanya juga kangen
53 Bab 53. Hati seorang Ayah
54 Bab 54. Kesedihan Rachel
55 Bab 55. Sisi lain Reiner
56 Bab 56. Karma
57 Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58 Bab 58. Bertemu pria itu
59 Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60 Bab 60. Jadi melankolis
61 Bab 61. Romansa side story
62 Bab 62. Sentuhan ajaib
63 Bab 63. Akan melahirkan
64 Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65 Bab 65. Namanya Zyon
66 Bab 66. Jangan marah lagi
67 Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68 Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69 Bab 69. Satu VS Tiga
70 Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71 Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72 Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73 Bab 73. Rachel tahu
74 Bab 74. Nasihat kakak ipar
75 Bab 75. Perbincangan suami istri
76 Bab 76. Satu bagian penebusan
77 Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78 Bab 78. Pain to be happy
79 Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80 Bab 80. Bos yang baik
81 Bab 81. The end
82 Attention!
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Tersugesti fantasi
2
Bab 2. Cara Reiner
3
Bab 3. Pria mengerikan
4
Bab 4. Main ganti aja
5
Bab 5. Tersinggung dan marah
6
Bab 6. Kenapa selalu seenaknya?
7
Bab 7. Aku mau kau terus melayaniku
8
Bab 8. Dangerous Man
9
Bab 9. Menurut lah padaku!
10
Bab 10. Heartless
11
Bab 11. Kau sakit Reiner!
12
Bab 12. Dia dan hidupnya
13
Bab 13. Sebenarnya peduli
14
Bab 14. Terpaksa berpura-pura
15
Bab 15. Anti Depresan?
16
Bab 16. Over protektif
17
Bab 17. Kau candu ku
18
Bab 18. Pria otoriter
19
Bab 19. Jangan coba membuatnya cemburu
20
Bab 20. Waktu jelang subuh
21
Bab 21. Ternyata dia baik
22
Bab 22. Dia adalah ketua
23
Bab 23. Khawatir
24
Bab 24. Bertemu sahabat
25
Bab 25. Marlon di hajar
26
Bab 26. Penawar marah
27
Bab 27. Intervensi keluarga
28
Bab 28. Reiner dan perempuan lain?
29
Bab 29. Ketidakberesan dalam hati
30
Bab 30. Jangan campuri hidup ku!
31
Bab 31. Agar adil
32
Bab 32. Mual lagi?
33
Bab 33. Terlambat datang bulan?
34
Bab 34. Pernyataan Dilan
35
Bab 35. Hamil
36
Bab 36. Akhir Helen
37
Bab 37. Serangan untuk Reiner
38
Bab 38. Membelot?
39
Bab 39. Gelisah di hati Reiner
40
Bab 40. Mulan jadi kunci jawaban
41
Bab 41. Mengetahui kehamilan Rachel
42
Bab 42. Tatapan penuh kerinduan
43
Bab 43. Mengetahui Rachel Hamil
44
Bab 44. Demi anak yang ada dalam kandungan ku
45
Bab 45. Keterkejutan Reiner
46
Bab 46. Karena aku menyukaimu
47
Bab 47. Semua ada bagiannya
48
Bab 48. Sudut pandang dua anak manusia
49
Bab 49. Pergi dengan tenang
50
Bab 50. Tidur di pangkuan
51
Bab 51. Welcome to my world, my wife!
52
Bab 52. Namanya juga kangen
53
Bab 53. Hati seorang Ayah
54
Bab 54. Kesedihan Rachel
55
Bab 55. Sisi lain Reiner
56
Bab 56. Karma
57
Bab 57. Harus tau sulitnya membujuk perempuan
58
Bab 58. Bertemu pria itu
59
Bab 59. Pria itu ternyata Bryan
60
Bab 60. Jadi melankolis
61
Bab 61. Romansa side story
62
Bab 62. Sentuhan ajaib
63
Bab 63. Akan melahirkan
64
Bab 64. Perjuangan seorang Ibu
65
Bab 65. Namanya Zyon
66
Bab 66. Jangan marah lagi
67
Bab 67. Takdir yang mempertemukan
68
Bab 68. Sebuah tato bunga menjadi pengingat
69
Bab 69. Satu VS Tiga
70
Bab 70. Pertengkaran pertama Papa Mama
71
Bab 71. Inikah rasanya di marahi?
72
Bab 72. Orang itu adalah Bryan
73
Bab 73. Rachel tahu
74
Bab 74. Nasihat kakak ipar
75
Bab 75. Perbincangan suami istri
76
Bab 76. Satu bagian penebusan
77
Bab 77. Menyatakan pertanggung jawaban
78
Bab 78. Pain to be happy
79
Bab 79. Takdir, selalu memiliki caranya
80
Bab 80. Bos yang baik
81
Bab 81. The end
82
Attention!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!